Rupiah Apes! Kurs Dolar Singapura Menguat ke Rp 10.120

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 June 2020 11:25
Ilustrasi Rupiah dan Dollar di teller Bank Mandiri, Jakarta, Senin (07/5). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah. Rupiah melemah 0,32 % dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. Harga jual dolar AS di  bank Mandiri Rp. 14.043. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat lagi melawan rupiah pada perdagangan Kamis (25/6/2020). Rilis terbaru dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) terkait outlook pertembuhan ekonomi global membuat rupiah terpukul, padalah kemarin rupiah mampu menguat melawan dolar Singapura sekaligus menghentikan pelemahan 2 hari beruntun.

Pada pukul 10:36 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.120,67, dolar Singapura menguat 0,15% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Kemarin, mata uang Negeri Merlion ini melemah 0,36%.

IMF dalam rilis terbarunya yang berjudul A Crisis Like No Other, An Uncertain Recovery kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi minus 4,9% lebih dalam ketimbang proyeksi yang diberikan pada bulan April lalu minus 3%.

Akibatnya sentimen pelaku pasar memburuk, yang tercermin dari amblesnya bursa saham global. Mulai dari bursa Eropa, kemudian bursa Amerika Serikat (Wall Street) yang merupakan kiblat bursa saham dunia. Hingga akhirnya merembet ke bursa saham Asia pagi ini.

Saat sentimen pelaku pasar memburuk, maka akan lebih berhati-hati mengalirkan modalnya ke negara emerging market, rupiah yang mulai mengumpulkan momentum penguatan kemarin akhirnya mendapat apes.

Pergerakan rupiah memang sangat rentan oleh keluar masuknya aliran modal (hot money) sebagai sumber devisa. Sebabnya, pos pendapatan devisa lain yakni transaksi berjalan (current account), belum bisa diandalkan, karena masih mengalami defisit.

Praktis pasokan valas hanya dari hot money, yang mudah masuk-keluar. Ketika terjadi capital outflow yang besar maka tekanan bagi rupiah akan semakin kuat.

Balik lagi ke rilis terbaru IMF, nyaris semua negara, dari negara maju hingga negara berkembang diramal akan mengalami kontraksi ekonomi. Secara umum, perekonomian negara maju akan minus 8%.

Amerika Serikat (AS), negara dengan nilai ekonomi terbesar di dunia diprediksi mengalami kontraksi 8%, kemudian ekonomi zona euro -10,2%. Jepang, negara dengan nilai ekonomi terbesar ketiga di dunia diprediksi -5,8%.

Sementara itu, dari negara berkembang secara umum diramal minus 3%, tetapi perekonomian China diprediksi masih bisa tumbuh 1%. Sementara itu perekonomian Indonesia juga diprediksi -0,3% di tahun ini.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular