Investor Cemas Gelombang ke-2, Dow Jones Dibuka 'Kebakaran'

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
24 June 2020 21:00
FILE - In this March 18, 2020, file photo traders at the New York Stock Exchange watch President Donald Trump's televised White House news conference in New York. When President Donald Trump speaks, financial markets gyrate and quiver in real time. (AP Photo/Mark Lennihan, File)
Foto: Bursa Amerika (AP/Mark Lennihan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) terkapar pada pembukaan perdagangan Selasa (24/6/2020), karena investor cemas melihat gejala gelombang kedua virus corona yang kian nyata.

Indeks Dow Jones Industrial Average drop 232 poin (-0,8%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan selang 15 menit kemudian bertambah menjadi 242,36 poin (-0,93%) ke 25.913,74. Indeks S&P 500 juga tertekan 20,38 poin (-0,65%) ke 3.110,91 sedangkan Nasdaq anjlok 8,22 poin (-0,08%) ke 10.123,15.

"Pasar berhenti dulu dengan semua pandangan tertuju pada virus dan pembukaan (ekonomi) jelang musim panas... Kita telah memasuki fase baru di krisis ini," tutur Gregory Faranello, Kepala Trading AmeriVet Securities, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Saham United Airlines anjlok 3,2%, sedangkan saham Delta Airlines, American Airlines dan Southwest Airlines semuanya tertekan lebih dari 2%. Sementara itu, Carnival, Norwegian Cruise Line, dan Royal Caribbean melemah masing-masing 5,1%, 4,1% dan 3,9%.

Menurut analisis terhadap data Johns Hopkins University, rerata tujuh hari terakhir terdapat kenaikan hingga 30% jika dibandingkan dengan sepekan lalu. California menjadi negara bagian dengan kenaikan kasus yang dramatis, dengan bertambah 6.000 pada hari Senin saja.

Di Eropa, Jerman melaporkan lonjakan kasus infeksi virus corona di beberapa kota, di mana dua di antaranya berujung pada karantina wilayah (lockdown) secara penuh yang berlaku sejak Selasa sampai dengan Selasa ke depan.

Perkembangan buruk ini memicu aksi buru aset investasi yang minim risiko seperti emas. Harga logam mulia tersebut menguat 0,4% ke level US$ 1,788,3 per ounce.

Penasihat kesehatan Gedung Putih Anthony Fauci pada Selasa mengingatkan bahwa beberapa bagian di AS mulai menunjukkan kenaikan kasus Covid-19 dalam skala "yang mengganggu." Lebih dari 2 juta orang di AS telah terinfeksi virus tersebut, menurut data Worldometers.

Namun, Fauci juga mengatakan bahwa negara-negara yang menunjukkan kenaikan kasus tersebut belum sampai berujung pada kebutuhan untuk melakukan penghentian aktivitas ekonomi secara absolut.

Wall Street kemarin menguat, dengan indeks Nasdaq menyentuh rekor tertingginya lagi, untuk ke-21 kali. Kenaikan kemarin merupakan reli beruntun selama 8 hari, atau yang terpanjang sejak Desember. Saham perusahaan teknologi seperti Apple naik 2,1% menjadi penggerak indeks Nasdaq.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular