AS-China Rujuk, Kurs Dolar Australia Menguat Lagi ke Rp 9.800

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 June 2020 14:22
Australian dollar notes and coins can be seen in a cash register at a store in Sydney, Australia, February 11, 2016. REUTERS/David Gray
Foto: dollar Australia (REUTERS/David Gray)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Rabu (24/6/2020) melanjutkan penguatan sejak awal pekan ini.

Kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang masih tetap berlaku memberikan sentimen positif ke dolar Australia.

Pada pukul 13:33 WIB, AU$ setara Rp 9.800,69, dolar Australia menguat 0,24% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Dalam 2 hari sebelumnya, dolar Australia menguat 1,5% dan 0,35%.

Kemarin, pasar sempat dibuat "syok" oleh pernyataan penasehat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro, mengenai hubungan AS-China. Navarro yang berbicara dalam acara "The Story" di Fox News mengatakan Presiden AS Donald Trump sudah memutuskan untuk mengakhiri kesepakatan dagang dengan China karena intelijen menyakini virus corona berasal dari laboratorium di kota Wuhan.

"Di sini titik baliknya. Mereka datang pada 15 Januari untuk menandatangani kesepakatan dagang, saat itu mereka sudah tahu ada virus tersebut selama 2 bulan" kata Navarro menjelaskan keputusan tersebut.

"Saat itu, ratusan bahkan ribuan orang China datang ke negara ini sehingga virus menyebar, dan hanya beberapa menit setelahnya kita mulai tahu pandemi ini," tambah Navarro.

Navarro bahkan membandingkan China dengan pemerintahan Jepang pada 1941 ketika berbicara dengan pemerintahan Presiden Franklin D. Roosevelt, sebelum akhirnya malah menyerang Pearl Harbor.

"Saya pikir semua orang di sini dan di sekitar negara ini sudah paham jika China berbohong dan warga Amerika meninggal," kata Navarro.

Pernyataan Navaro tersebut bisa jadi membuat hubungan AS-China memburuk, dan babak baru perang dagang dimulai. Jika hal tersebut terjadi, perekonomian China berisiko merosot lagi dan tentunya berdampak buruk bagi Australia. Maklum saja, China merupakan mitra dagang utama Negeri Kanguru.

Namun, Navarro merevisi lagi pernyataannya, yang membuat pelaku pasar lega.

Presiden AS, Donald Trump juga langsung menyatakan kesepakatan dagang dengan China masih tetap melalui akun Twitternya. 

"Komentar saya diterjemahkan jauh di luar konteks," kata Navaro menanggapi pernyataannya yang membuat sentimen pelaku pasar memburuk.

"Mereka tidak ada melakukan perubahan apapun pada kesepakatan dagang fase I, yang masih tetap seperti sebelumnya. Saya hanya mengatakan kurangnya kepercayaan yang kita miliki saat ini pada Partai Komunis China setelah mereka berbohong mengenai asal virus (corona) China dan menyebarkan pandemi ke seluruh dunia," tambahnya.

AS-China yang masih rujuk sebenarnya berdampak positif juga pada rupiah. Tetapi adanya risiko penyebaran Covid-19 gelombang kedua membuat pelaku pasar berhati-hati mengalirkan modalnya ke negara emerging market. Rupiah yang mengandalkan capital inflow untuk menguat menjadi kekurangan "bensin". Alhasil, dolar Australia dan mampu terus menguat melawan rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular