
Diduga Poles Pendapatan Rp 30 T, Eks Bos Wirecard Ditangkap

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan pemroses pembayaran dan penyedia jasa keuangan Jerman yang terdaftar di Bursa Frankfurt, Wirecard AG, terjerat megaskandal miliaran euro atau triliunan rupiah. Saham perusahaan pun jatuh hingga 44% dalam sehari perdagangan di awal pekan, Senin kemarin (22/6/2020).
Kabar terbaru, atas dugaan megaskandal ini, mantan CEO Wirecard Markus Braun ditangkap dengan tuduhan menggelembungkan neraca perusahaan, sebagaimana diungkapkan jaksa penuntut di Munich, Jerman, dilansir CNBC International Selasa (23/6/2020).
Braun mengundurkan diri pada Jumat lalu setelah perusahaan penyedia layanan pembayaran Jerman ini mengatakan bahwa auditor EY yang melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan tidak dapat menemukan dana kas senilai 1,9 miliar euro (US$ 2,1 miliar) atau setara Rp 30 triliun (asumsi kurs Rp 15.824/euro) di neraca perusahaan.
Senin kemarin, perusahaan mengatakan kemungkinan bahwa dana itu memang tidak ada.
![]() Wirecard/AP Photo |
Jaksa penuntut mengatakan bahwa Braun menyerahkan diri pada Senin malam dan akan dibawa ke hakim investigasi pada Selasa, yang kemudian akan diputuskan apakah ia harus tetap ditahan atau tidak.
Pihak Wirecard tidak bersedia untuk berkomentar ketika dihubungi oleh CNBC pada Selasa.
Jaksa penuntut mengungkapkan Braun dituduh telah menggelembungkan total aset dan volume penjualan Wirecard melalui "pendapatan palsu" dari transaksi dengan pihak ketiga untuk membuat perusahaan tampak lebih menarik bagi investor dan pelanggan.
Dana yang hilang senilai 1,9 miliar euro di neraca perusahaan itu terus diupayakan untuk dicari, tapi tampaknya menemui jalan buntu pekan lalu.
Dua bank Filipina yang diduga memegang dana itu juga sama-sama menyangkal hubungan bisnis dengan Wirecard dan mengatakan bahwa karyawan yang nakal telah memalsukan dokumen yang menghubungkan mereka dengan perusahaan tersebut. Bank sentral Filipina juga mengatakan pada Minggu bahwa uang itu belum memasuki sistem keuangan negara Filipina.
Dua bank tersebut yakni BDO Unibank Inc dan BPI (Bank of Philippine Islands) Filipina.
"Laporan awal adalah bahwa tidak ada uang masuk ke Filipina," kata Benjamin Diokno, Gubernur Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), bank sentral Filipina, Minggu, dilansir CNBC. Dia juga menambahkan bahwa alasan mencatu dua bank Filipina yakni BDO dan BPI digunakan "dalam upaya untuk menutupi jejak para pelaku."
Baik BDO maupun BPI mengatakan bahwa oknum karyawan nakal yang memalsukan dokumen untuk menunjukkan keberadaan dana tersebut. Ketika dihubungi oleh CNBC hari Senin, juru bicara Wirecard mengatakan "saat ini perusahaan tidak membuat pernyataan lebih lanjut."
Data perdagangan mencatat, saham Wirecard terjerembab 44,07% di level 14,44 euro/saham atau Rp 228.000/saham pada Senin kemarin. Namun pada perdagangan Selasa ini, saham Wirecard justru naik 27% di level 18,41 euro/saham.
Wirecard AG adalah pemroses pembayaran dan penyedia jasa keuangan Jerman yang terdaftar di bursa Jerman dan berkantor pusat di Aschheim, kota di distrik Munich.
Hilangnya kas ini terungkap setelah dilakukan audit oleh EY pada pekan lalu. Dalam pernyataannya, dilansir CNBC International, manajemen Wirecard menyatakan pihaknya tengah mencermati saldo kas yang tidak terhitung yang ditandai oleh auditor di EY dengan kalimat "tidak ada." Dana yang hilang tersebut mewakili sekitar seperempat neraca Wirecard.
Pengakuan bahwa uang itu mungkin tidak ada adalah kabar meresahkan bagi Wirecard, yang tengah berjuang untuk bertahan hidup di tengah skandal akuntansi ini.
Skandal Wirecard berawal dari pemeriksaan pembukuan yang dilakukan konsultan dan auditor global, EY, ketika mengaudit laporan neraca Wirecard. Pada Minggu yang lalu, EY menolak neraca 2019 Wirecard dan mengatakan, mereka tidak bisa menemukan dana 1,9 miliar euro yang menurut pembukuan perusahaan "diparkir" di Asia.
CEO Wirecard Markus Braun sebelumnya juga tiba-tiba mengundurkan diri pada Jumat, sehari setelah perusahaan mengatakan EY telah menolak untuk menandatangani akun laporan keuangan 2019 yang telah diaudit itu. Sebelum keluar, Braun mengatakan bahwa Wirecard kemungkinan menjadi korban penipuan yang "cukup besar".
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Skandal Wirecard: Duit Raib Rp 30 T di Asia, Saham Jatuh 44%
