
Telat Panas, Rupiah Berakhir Stagnan di Rp 14.110/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berakhir stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (23/6/2020), setelah menjadi yang terburuk di Asia dalam 2 perdagangan sebelumnya. Rupiah sempat merosot cukup tajam merespon pernyataan penasehat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro.
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.050/US$, tetapi tidak lama langsung masuk ke zona merah. Depresiasi semakin berlanjut hingga 0,85% di Rp 14.230/US$, yang menjadi level terlemah intraday.
Menjelang penutupan perdagangan, rupiah berhasil memangkas pelemahan hingga berakhir di Rp 14.110/US$ sama dengan posisi kemarin.
Kemarin rupiah menjadi yang terburuk di Asia setelah melemah 0,43%, dan di hari Jumat melemah 0,29% saat mayoritas mata uang utama Asia menguat.
Dengan berakhir stagnan, rupiah tidak lagi menjadi mata uang terburuk Asia, tetapi masih belum bagus juga mengingat mayoritas mata uang Asia menguat melawan dolar AS.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Benua Kuning hingga pukul 15:02 WIB
Lonjakan kasus pandemi penyakit Covid-19 yang terjadi di China, Australia, Jerman, dan AS membuat sentimen pelaku pasar memburuk kemarin, dan membuat rupiah terpukul.
Tetapi nyatanya sentimen pelaku pasar tak buruk-buruk amat, bursa saham AS (Wall Street) berhasil menguat pada perdagangan Senin kemarin.
Penguatan kiblat bursa saham dunia ini tentunya memberikan angin segar ke pasar Asia pagi ini. Sentimen pelaku pasar yang bagus akan menjadi modal bagi rupiah untuk kembali menguat.
Rupiah menunjukkan menunjukkan tanda-tanda menguat sebelum pasar dalam negeri dibuka. Hal tersebut terlihat dari pergerakan rupiah di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat ketimbang posisi kemarin sore.
Tetapi, rupiah di NDF berbalik menjadi lebih lemah beberapa menit sebelum perdagangan dibuka setelah Navarro mengatakan kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China sudah berakhir.
Sontak arah pasar langsung berubah setelah pernyataan tersebut, bursa saham Asia yang sebelumnya menghijau (menjadi indikasi mood investor yang membaik) berbalik ke zona merah.
