BI Pede Rupiah Masih Kemurahan, Bisa ke Bawah Rp 14.000/US$

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
23 June 2020 12:31
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memandang penguatan nilai tukar rupiah yang terjadi sejak awal April merupakan hal yang wajar. Bahkan dengan penguatan yang ada BI menilai rupiah masih tergolong undervalued.

Sejak ditutup dengan depresiasi yang tajam di hadapan dolar AS pada 23 Maret 2020 lalu di Rp 16.550/US$, nilai tukar rupiah terus menguat dan mencapai level terkuatnya di Rp 13.840/US$ pada 9 Juni lalu.

Kemarin nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup di Rp 14.110/US$. Dengan begitu rupiah telah menguat 16,4% di hadapan dolar greenback sejak 23 Maret.

Faktor yang membuat rupiah mengalami depresiasi yang tajam adalah aliran dana keluar (outflow) besar-besaran yang terjadi saat wabah corona merebak. Namun seiring dengan sentimen di pasar keuangan yang membaik akibat stimulus moneter yang digelontorkan bank sentral global, rupiah berbalik arah dan menguat.

Penguatan rupiah dinilai BI mengikuti fundamentalnya. Selain membaiknya sentimen global yang membuat inflow kembali ke negara berkembang, ada beberapa faktor lain yang membuat rupiah perkasa. 

Penurunan permintaan valas oleh non-residen serta kebutuhan valas oleh Pertamina dan PLN membuat pasar valas domestik mencatatkan net supply. Selain itu, inflasi yang rendah juga turut mendongkrak apresiasi rupiah.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi secara month on month 0,07% pada bulan Mei dan 0,08% di bulan April. Sementara itu secara year on year inflasi Mei tercatat mencapai 2,19%. Tingkat inflasi ini masih berada di kisaran target BI.

Defisit transaksi berjalan juga diperkirakan rendah tahun ini. BI memproyeksi defisit transaksi berjalan (CAD) berada di kisaran 1,5% PDB, jauh dari perkiraan semula di 2,5% - 3% PDB. 

Imbal hasil aset keuangan Tanah Air yang menarik juga turut mengundang investor untuk memarkirkan uangnya ke Indonesia. Yield surat utang pemerintah RI tenor 10 tahun masih memberikan imbal hasil di kisaran 7%. 

Kecemasan global yang menurun, inflasi yang jinak, penurunan defisit transaksi berjalan, imbal hasil aset keuangan RI yang menarik serta disokong dengan penurunan premi risiko membuat rupiah masih dinilai undervalued.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan nilai tukar rupiah pada 2021 diperkirakan menguat seiring dengan berbagai faktor positif yang terjadi, termasuk aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik.

"Kami melihat juga berlanjutnya penguatan rupiah dengan tingginya imbal hasil aset keuangan domestik, membaik kepercayaan investor dan menurunnya ketidakpastian pasar keuangan global," jelas Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Senin (22/6/2020).

"Rata-rata nilai tukar rupiah pada 2020 pada kisaran Rp 14.000 sampai Rp 14.600 per dolar AS dan akan menguat di 2021 pada kisaran Rp 13.700-14.300 per dolar AS," kata Perry melanjutkan.

Namun posisi nilai tukar rupiah pada 2021 yang diperkirakan BI dengan pemerintah berbeda jauh sekali. Pada kesempatan yang sama Menteri Keuangan Sri Mulyani merevisi posisi nilai tukar rupiah dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF), dari yang sebelumnya Rp 14.500-15.500/US$ menjadi Rp 14.900-15.300/US$.

"Untuk nilai tukar rupiah, sedikit menguat dari KEM-PPKF yang memang disusun pada situasi April saat volatilitas tinggi. Sekarang kita mengusulkan pada Rp 14.900-15.300 per dolar AS," kata Sri Mulyani saat melakukan rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Senin (22/6/2020).

Namun jika melihat proyeksi bank investasi global Morgan Stanley, pergerakan rupiah di tahun depan cenderung lebih mirip dengan proyeksi BI. Tahun depan, Morgan Stanley memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak di rentang Rp 13.500 - Rp 13.700 per 1 US$.

PeriodePosisi USD/IDR
Q3-2013850
Q4-2013800
Q1-2113700
Q2-2113600
Q3-2113500
Q-2113500

Sumber : Morgan Stanley

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Tetap Loyo Meski Suku Bunga Acuan Naik, BI Buka Suara!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular