Arah Pasar Berubah, Dolar Singapura Makin Jauhi Rp 10.000

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 June 2020 10:15
FILE PHOTO: A Singapore dollar note is seen in this illustration photo May 31, 2017.     REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: Dollar Singapur (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (23/6/2020) semakin menjauhi level Rp 10.000/US$. Rupiah masih mengalami tekanan akibat sentimen pelaku pasar yang memburuk.

Di awal perdagangan hari ini, dolar Singapura sebenarnya melemah 0,33%, tetapi langsung berbalik menguat 0,38% ke Rp 10.170,1/SG$ pada pukul 9:29 WIB di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Berbaliknya dolar Singapura tersebut terjadi akibat pernyataan penasehat perdagangan Gedung Putih, Peter Navaro beberapa saat lalu yang membuat sentimen pelaku pasar memburuk.

Navaro mengatakan kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China sudah berakhir. Sontak arah pasar langsung berubah setelah pernyataan tersebut, bursa saham Asia yang sebelumnya menghijau (menjadi indikasi mood investor yang membaik) berbalik ke zona merah.
Alhasil rupiah yang sebelumnya menguat melawan dolar Singapura juga berbalik melemah.

Navaro yang berbicara dalam acara "The Story" di Fox mengatakan Presiden AS Donald Trump sudah memutuskan untuk mengakhiri kesepakatan dagang dengan China karena intelejen menyakini virus corona berasal dari laboratorium di kota Wuhan.

"Di sini titik baliknya. Mereka datang pada 15 Januari untuk menandatangani kesepakatan dagang, saat itu mereka sudah tahu ada virus tersebut selama 2 bulan" kata Navaro menjelaskan keputusan tersebut.

"Saat itu, ratusan bahkan ribuan orang China datang ke negara ini sehingga virus menyebar, dan hanya beberapa menit setelahnya kita mulai tahu pandemi ini," tambah Navaro.

Navaro bahkan membandingkan China dengan pemerintahan Jepang pada 1941 ketika berbicara dengan pemerintahan Presiden Franklin D. Roosevelt, sebelum akhirnya malah menyerang Pearl Harbor.

"Saya pikir semua orang di sini dan di sekitar negara ini sudah paham jika China berbohong dan warga Amerika meninggal," kata Navaro.

Pernyataan Navaro tersebut bisa jadi membuat hubungan AS-China memburuk, dan babak baru perang dagang dimulai. Saat pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) belum diketahui kapan akan berakhir, perang dagang AS-China akan menjadi kabar buruk yang membuat perekonomian global semakin nyungsep.

Akibatnya, rupiah yang merupakan aset negara emerging market tentunya dianggap lebih berisiko ketimbang dolar Singapura.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular