AS-China Panas Lagi, RI Bisa Resesi, Rupiah Terlemah di Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 June 2020 10:09
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga melemah di perdagangan pasar spot.

Pada Selasa (23/6/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.265. Rupiah melemah 0,39% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Di pasar spot, rupiah pun merah. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.162 di mana rupiah melemah 0,37%.

Kala pembukaan pasar, rupiah masih stagnan di Rp 14.110/US$. Seiring perjalanan, rupiah kemudian melemah dan depresiasinya malah semakin dalam.

Begitu dalamnya pelemahan rupiah sampai membuatnya menjadi mata uang terlemah di Asia. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:07 WIB:

Dari luar negeri, sentimen pasar memburuk setelah investor mendengar pernyataan Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih. Navarro mengungkapkan bahwa perjanjian damai dagang AS-China sudah selesai.

Pada pertengahan Januari lalu, AS-China sudah meneken kesepakatan dagang fase I di Washington. Namun dengan pernyataan Navarro, sepertinya tidak akan ada fase-fase berikutnya.

"Sudah selesai. Mereka mengirimkan ratusan orang ke negara ini untuk menyebarkan virus. Beberapa menit setelah pesawat mereka lepas landas untuk kembali ke negaranya, saat itulah kami mulai mendengar soal pandemi ini," tegas Navarro.

Washington sepertinya masih gondok dan menyalahkan China atas penyebaran virus corona di Negeri Adidaya. Bahkan Navarro sampai berteori para delegasi China yang hadir dalam penandatanganan perjanjian damai dagang fase I menjadi biang keladi penularan virus corona.

Sejauh ini Beijing belum memberikan tanggapan. Namun bisa dipastikan bahwa China tentu tidak akan terima dengan tudingan Gedung Putih.

Selain pandemi virus corona, sepertinya dunia juga harus menghadapi masalah yang tidak kalah pelik yaitu friksi AS-China. Bukan tidak mungkin perang dagang kedua negara bisa meletus lagi seperti tahun lalu.

Sementara di dalam negeri, ada kabar yang agak kurang enak. Awalnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa ekonomi akan kembali tumbuh positif pada kuartal III-2020 meski hanya mendekati 0%. Dengan begitu, Indonesia bisa terhindar dari resesi karena kontraksi tidak terjadi pada dua kuartal beruntun pada tahun yang sama.

Namun terjadi dinamika, dan pemerintah keluar dengan 'ramalan' terbaru. Sri Mulyani menyebutkan sebenarnya ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 1,4% pada kuartal III dan IV, dengan syarat belanja negara terserap dengan baik dan PSBB terus direlaksasi.

"Kalau tidak, maka (pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020) bisa -1,6%. Itu technically resesi. Kalau kuartal III negatif, secara teknis Indonesia bisa masuk ke zona resesi," ungkap Sri Mulyani.

Kombinasi faktor eksternal dan domestik ini membuat investor memilih untuk bermain aman. Akibatnya, arus modal hanya menyemut di aset-aset aman (safe haven) seperti dolar AS dan emas.

Pada pukul 09:43 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,02%. Sementara harga emas dunia di pasar spot naik 0,15%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular