Dolar AS di Atas Rp 14.000, Rupiah Terlemah di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 June 2020 10:15
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga lemah di perdagangan pasar spot, bahkan menjadi mata uang terlemah di Asia.

Pada Jumat (19/6/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar rate/Jisdor berada di Rp 14.242. Rupiah melemah 0,39% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Di pasar spot, rupiah pun merah. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.050 di mana rupiah melemah 0,29%.

Kala pembukaan pasar, rupiah masih stagnan di Rp 14.010/US$. Beberapa menit kemudian, rupiah langsung masuk jalur merah dan bertahan di sana hingga saat ini.

Sejatinya mayoritas mata uang utama Asia juga melemah di hadapan dolar AS. Hanya rupee India, yen Jepang, baht Thailand, dan dolar Taiwan yang masih bisa menguat.

Namun depresiasi mata uang Benua Kuning tipis-tipis saja. Oleh karena itu, pelemahan 0,29% sudah cukup untuk membuat rupiah jadi yang terlemah di Asia.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia di perdagangan pasar spot pada pukul 10:05 WIB:

Apa boleh buat, dolar AS memang sedang menguat. Pada pukul 09:36 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,3%.

Dolar AS kembali mendapat momentum penguatan seiring meningkatnya kekhawatiran pasar akan penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Sejumlah negara melaporkan tambahan kasus yang mencemaskan.

Di China, jumlah pasien positif corona pada 18 Juni bertambah 32 orang. Dari jumlah tersebut, 25 orang adalah warga Beijing.

Situasi di AS juga patut diwaspadai. Pada 18 Juni, jumlah pasien positif corona bertambah 23.251 orang dari hari sebelumnya. AS masih menjadi negara dengan jumlah pasien terbanyak di dunia yaitu 2.155.572 orang.

"Kami mencemaskan gelombang serangan kedua (second wave outbreak), dan Anda bisa melihat tanda-tandanya di AS, China, bahkan Jerman. Hal seperti ini akan berujung kepada mini lockdown untuk mencegah penularan lebih lanjut. Pertanyaannya, seberapa jauh ini akan mempengaruhi pasar?" kata Justin Onuekwusi, Portfolio Manager di Legal & General Invesment Management, seperti dikutip dari Reuters.

Dahsyatnya pukulan pagebluk virus corona ke Negeri Paman Sam membuat proses pemulihan rasanya akan berlangsung agak lama. Loretta Mester, Presiden Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang Cleveland, memperkirakan ekonomi Negeri Adidaya akan mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) -6% pada 2020 dan angka pengangguran akan berada di kisaran 9% sampai akhir 2020.

"Kami percaya bahwa kita akan melihat pemulihan ekonomi. Namun untuk kembali ke level seperti sebelum pandemi, sepertinya akan butuh 1-2 tahun lagi," kata Mester, seperti dikutip oleh Reuters.

Dengan prospek pemulihan ekonomi yang masih penuh tanda tanya serta syarat dan ketentuan berlaku, investor lagi-lagi memilih bermain aman. Kalau investor sudah main aman, apa lagi yang diburu kalau bukan dolar AS. Jadi wajar saja dolar AS kembali perkasa dan 'menindas' mata uang lainnya, termasuk rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular