
Baru Setengah Jam, Saham BRI, BNI & BTN Lompat 5% Lebih

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham bank-bank besar pada Selasa pagi ini (16/6/2020) melesat setelah mengalami tekanan pada perdagangan Senin kemarin. Investor mulai menyerbu saham-saham bank dan membuat harga sahamnya melesat lebih dari 5%.
Berdasarkan data BEI, pada pukul 09.30 WIB, harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 5,52% ke level Rp 3.060/unit. Lalu saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 6,19% ke level Rp 4.460/unit.
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tak mau ketinggalan. Harga saham bank swasta terbesar ini melesat 4% ke level Rp 28.600/unit.
Demikian pula saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) meroket 8,02% ke level harga Rp 1.145/unit. Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga naik 4,45% ke level Rp 4.930/unit.
IHSG saat ini menguat 2,56% ke level 4.939,79. 'Bahan bakar' kenaikan IHSG hari ini datang dari bursa saham Amerika Serikat (AS) yang ditutup menguat pada Senin (16/6/2020), berkat kebijakan agresif bank sentral AS yang baru diumumkan tadi malam.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 157,62 poin, atau 0,6%, ke 25.763,16. Indeks S&P 500 tumbuh 0,8% menjadi 3.066,59 sedangkan Nasdaq melompat 1,4% ke 9.726,02.
Bursa saham Asia juga terpantau menguat pagi ini. Hang Seng Index di Bursa Hong Kong naik sebesar 2,72%, Nikkei di Jepang terapresiasi sebesar 3,32%, sedangkan STI Singapore juga menanjak 2,48%.
Akan tetapi hari ini secara fundamental masih akan ada kabar buruk dari dalam negeri. Kali ini bersumber dari sektor ritel. Bank Indonesia bakal merilis laporan survei penjualan eceran per April. Menurut Tradingeconomics, penjualan ritel periode itu bakal anjlok 11,8% atau lebih buruk dari Maret.
Dalam survei Maret, Indeks Penjualan Riil (IPR) berada di level 219,9 alias terkontraksi 4,5%. Ini mengindikasikan bahwa penjualan ritel masih lesu akibat pandemi Covid-19.
Penurunan terutama terjadi pada penjualan subkelompok komoditas sandang yang terkontraksi -42,8%, turun dalam dibanding periode sebelumnya yang tumbuh 34,3%.
Dengan belum adanya perubahan terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada April, Tim Riset CNBC Indonesia menilai tak ada alasan untuk berharap penjualan ritel berbalik menguat. Hal serupa juga terjadi di AS yang juga dijadwalkan merilis data penjualan ritel (per Mei) yang diprediksi tertekan 24,6%, setelah sebelumnya melemah 21,6%.
(hps/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 4 Saham Bank Syariah di Bursa RI Berlomba di Zona Hijau
