
'Kado' The Fed Juga Dirasakan IHSG Lho, Ini Buktinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat/AS (Federal Reserve/The Fed) mengatakan bahwa mereka akan memperbarui fasilitas kredit korporasi pasar sekunder dengan memasukkan pendekatan indeksasi. Tujuannya adalah menciptakan portofolio yang didasarkan pada indeks pasar yang lebih luas dan beragam dari obligasi korporasi AS.
Fasilitas tersebut, dengan dimulai dengan membeli aset yang diperdagangkan di bursa pada pertengahan Mei, adalah salah satu kebijakan yang dibuat oleh Fed baru-baru ini yang dimaksudkan untuk meningkatkan fungsi pasar akibat pandemi virus corona, yang telah menyebabkan volatilitas pasar yang substansial.
Pembelian obligasi korporasi akan didasarkan pada indeks yang "terdiri dari semua obligasi di pasar sekunder yang telah dikeluarkan oleh perusahaan AS yang memenuhi peringkat minimum fasilitas, jatuh tempo maksimum, dan kriteria lainnya," kata The Fed pada hari Senin (15/6/2020) waktu setempat, melansir dari Reuters.
Emiten harus mendapat peringkat BBB- atau Baa3, sebelum pengumuman fasilitas kredit ini. Langkah ini dilakukan kurang dari seminggu setelah Federal Open Market Committee (FOMC) memberikan pandangan akan ekonomi AS yang suram, di mana membutuhkan waktu lama untuk pulih dan dukungan semua pihak secara luas.
The Fed berkomitmen akan membeli obligasi korporasi individu, di atas dana yang sudah diperdagangkan di bursa. Pembelian akan dilakukan menggunakan Fasilitas Kredit Korporat Pasar Sekunder The Fed.
Hal ini diumumkan bank sentral AS itu sebagai upaya berkelanjutan untuk mendukung berfungsinya pasar dan mempermudah kondisi kredit, Senin (15/6/2020). Nantinya, The Fed akan memiliki kemampuan untuk membeli hingga US$ 750 miliar.
Di bawah pedoman terbaru ini, The Fed mengatakan akan membeli di obligasi individual yang memiliki sisa tenor lima tahun atau kurang. Pembelian tersebut akan sejalan dengan exchange-traded funds (ETF) yang sudah dibeli oleh The Fed.
Aksi The Fed disambut baik. Sikap The Fed yang kian agresif melakukan pembelian di pasar obligasi menunjukkan bahwa bank sentral Adidaya sedunia ini bakal memastikan likuiditas di pasar untuk tetap terjaga dan bahkan berlebih.
"Keputusan untuk membeli portofolio obligasi korporasi yang luas mewakili perubahan ke strategi yang lebih aktif untuk fasilitas kredit korporasi pasar sekunder, daripada pendekatan pasif yang awalnya dibayangkan," kata Steven Friedman, ahli ekonomi makro senior di MacKay Shields, dikutip dari laman yang sama.
Dengan likuiditas berlebih, maka pasar modal negara berkembang dan emerging market pun berpeluang mendapat limpahan investasi portofolio, menjadi sentimen positif dunia pasar modal.
Dengan kata lain, pengumuman The Fed di pertengahan Juni ini merupakan langkah lain dari bank sentral untuk mendukung pasar keuangan dan meyakinkan investor bahwa mereka akan terus mendukung pasar kredit selama wabah virus corona ada.
"Apa yang tampaknya baru adalah pembelian obligasi di pasar sekunder dan setidaknya dari pengumuman ini, berpotensi bagi The Fed memperluas pembelian obligasi," tulis ahli strategi Evercore ISI, Dennis DeBusschere, dalam sebuah email dilansir CNBC.
"Alasan penyebaran (spread) kredit ketat adalah karena investor percaya bahwa mereka akan menindaklanjuti program ini [pembelian obligasi]," tambah DeBusschere. "Jika mereka tidak menindaklanjuti, spread kredit akan bergerak secara signifikan lebih luas dan The Fed harus membeli lebih banyak [surat] utang untuk menopang kredibilitas."
Merespons hal tersebut, bursa saham di Asia mengalami lonjakan pada perdagangan Selasa pagi (16/6/2020). Data perdagangan mencatat, Indeks Nikkei 225 di Bursa Tokyo, Jepang melonjak 2,86% pada awal perdagangan, sementara indeks Topix menguat 2,49%. Di Korea Selatan, Kospi melonjak 3,1%.
Sementara bursa saham di Australia juga diperdagangkan menguat, di mana Indeks S&P/ASX 200 naik 1,28%. Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia ex-Jepang juga diperdagangkan naik 0,92% pagi ini.
Dari dalam negeri, bursa saham domestik yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di awal perdagangan terpantau menguat 2,3% ke level 4.927,34 hingga pukul 09:15 WIB, merespons stimulus yang diluncurkan oleh The Fed AS.
Menyambut hal tersebut pasar pun ikut sumringah, artinya stimulus ini akan digunakan perusahaan untuk melakukan pembiayaan kembali (refinancing) utang jatuh tempo dan modal kerja perusahaan dari pembelian obligasi korporasi The Fed, sehingga dana segar akan mengalir ke sejumlah emiten yang perusahaannya terdaftar di saham dengan kriteria tertentu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500