
Gegara Second Wave, Rupiah Bisa ke Atas 14.000/US$ Lagi nih!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) melemah dalam 2 hari beruntun Kamis kemarin dan berisiko kembali ke atas Rp 14.000/US$ hari ini, Jumat (12/6/2020).
Kecemasan akan terjadinya gelombang kedua (second wave) penyebaran pandemi penyakit virus corona (Covid-19) membuat sentimen pelaku pasar memburuk yang akan menekan rupiah.
Memburuknya sentimen pelaku pasar terlihat dari bursa saham AS (Wall Street) yang ambrol pada perdagangan Kamis kemarin. Indeks Dow Jones ambles nyaris 7%, sementara S&P 500 dan Nasdaq masing-masing lebih dari 5%. Penyebabnya, lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di AS.
Kasus corona baru di AS meningkat menjadi 20,2486 kasus per hari dari sebelumnya 17,376. Secara total, jumlah pengidap virus corona mencapai 2 juta orang di AS dengan 116.000 korban jiwa.
Negara bagian Texas mencatatkan rekor tertinggi pasien Covid-19 dalam 3 hari terakhir. Sembilan wilayah di California juga melaporkan kenaikan kasus corona dan juga jumlah pasien yang terkonfirmasi terkena virus berbahaya tersebut.
Secara teknikal, rupiah berada dalam fase konsolidasi sepanjang pekan ini, setelah menguat tajam pada pekan lalu. Fase konsolidasi terlihat dari rupiah yang bergerak bolak-balik di rentang Rp 13.850 - 14.020/US$.
Melihat indikator stochastic pada grafik harian masih berada di level jenuh jual (oversold) dalam waktu yang cukup lama, rupiah memang sangat rentan mengalami koreksi alias melemah.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.
![]() idr |
Stochastic yang oversold dalam waktu lama dapat memicu aksi ambil untung (profit taking) yang membuat rupiah melemah. Rupiah perlu "mengambil nafas" dulu setelah berlari kencang pada pekan lalu.
Level psikologis Rp 14.000/US$ menjadi resisten (tahanan atas) terdekat. Tetapi dengan fundamental yang memburuk, resisten tersebut sepertinya akan mudah dijebol, dan rupiah berisiko melemah ke Rp 14.150/US$ sampai Rp 14.300/US$.
Sementara untuk jangka lebih panjang, peluang rupiah ke Rp 13.565/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 100% masih terbuka, selama bertahan di bawah Rp 14.730/US$ (Fibonnaci Retracement 61,8%).
Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
