
Kuartal 3, Credit Suisse Ramal Harga Emas Tembus US$ 1.750/oz

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank investasi asal Swiss, Credit Suisse menaikkan perkiraan harga emas dunia pada Jumat pekan lalu (5/6/2020). Bank investasi yang didirikan sejak tahun 1856 ini menilai beberapa faktor pendorong harga emas di antaranya imbal hasil (yield) yang masih rendah dan negatif, depresiasi dolar AS dan tekanan inflasi.
Credit Suisse mengatakan dengan proyeksi harga emas yang lebih tinggi saat ini mestinya menjadi peluang bagi produsen emas atau logam mulia untuk menarik aliran modal dari investor kebanyakan alias investor "generalis".
Ekspektasi harga emas dunia yang lebih tinggi juga membuat para analis menaikkan perkiraan mereka untuk target harga saham-saham perusahaan pertambangan.
Investor generalis didefinisikan sebagai tipikal investor yang mengerti akan banyak hal tetapi tidak mengerti hal-hal tersebut secara lebih spesifik. Orang yang generalis mempunyai wawasan yang luas tetapi tidak dalam, dalam artian tidak memerlukan analisis mendalam terhadap suatu informasi.
Bank investasi yang berbasis di Zurich ini memperkirakan harga emas rata-rata berada di level US$ 1.700/troy ons pada kuartal kedua dari US$ 1.540/troy ons sebelumnya.
Harga emas diprediksi akan naik lagi ke US$ 1.750/troy ons pada kuartal ketiga dari US$ 1.560/troy ons sebelumnya dan naik ke US$ 1.775/troy ons pada kuartal keempat dari US$ 1.600/troy ons sebelumnya.
Sementara itu, Credit Suisse juga melihat harga emas rata-rata di level US$ 1.701/troy ons untuk setahun penuh, naik dari US$ 1.570/troy ons sebelumnya.
Mengacu aturan pasar, 1 troy ons ekuivalen atau sama dengan 31,1034768 gram (untuk kemudahan kita ambil angka 31,1 gram). Jadi, jika harga emas dunia tahun ini bakal berakhir di US$ 1.701/troy ons, dibagi dengan 31,1, maka didapat US$ 54,69 per gram. Dengan asumsi kurs rupiah di Rp 14.000/US$, maka harga per gram adalah Rp 765.660/gram.
Tahun depan, harga emas global diprediksi naik menjadi US$ 1.800/troy ons (Rp 810.180/gram) dari US$ 1.600/troy ons.
Lalu harga emas akan mulai turun lagi kembali ke US$ 1.650/troy ons pada tahun 2022, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya di level US$ 1.550/troy ons.
"Kami terus melihat potensi kenaikan signifikan di sektor ini, didasarkan pada harga emas yang lebih tinggi dan peringkat ulang yang lebih dekat dengan kelipatan yang terlihat dalam reli emas yang terakhir pada tahun 2011-2012 lalu, terutama untuk produsen dan kapitalisasi pasar menengah," tulis analisis Credit Suise, dilansir Kitco, Selasa (9/6/2020).
"Kami berharap bahwa harga emas yang lebih tinggi, ditambah dengan fokus [investor terhadap] margin, arus kas bebas, dan pengembalian modal kepada pemegang saham, akan terus menarik modal para investor generalis," melansir dari Kitco.com.
Para analis mengatakan para investor yang mereka ajak diskusi, semakin optimistis terhadap potensi emas. Pembahasan bersama investor cenderung terpusat pada topik seperti penentuan posisi sektor pertambangan logam mulia ini, apakah akan fokus pada produsen, royalti perusahaan atau dana yang diperdagangkan di bursa.
Selain itu, potensi kenaikan harga saham, mengingat kinerja ekuitas emas yang kuat tahun ini dari guncangan operasional jangka pendek bagi perusahaan.
Analis juga mengatakan mereka dan investor mengantisipasi lebih banyak merger dan akuisisi di sektor penambangan emas, menambahkan bahwa "tidak ada kesepakatan premium telah menjadi standar emas."
Jelang pertemuan komite pengambil kebijakan (FOMC) bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed, harga emas dunia menguat dan kini dekati lagi level psikologis US$ 1.700/troy ons.
Selasa ini (9/6/2020), harga emas dunia di pasar spot menguat 0,18%. Pada 07.25 WIB logam mulia emas ditransaksikan di US$ 1.697,72/troy ons, dengan begitu harga emas masih melanjutkan penguatannya kemarin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har) Next Article Credit Suisse Rugi USD 4,7 Miliar akibat Margin Call