
Berkat Cadev, Rupiah Balik Hajar Dolar Australia
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 June 2020 12:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat cukup tajam melawan rupiah di awal perdagangan Senin (8/6/2020), tetapi berbalik melemah setelah rilis data cadangan devisa (cadev) Indonesia.
Pada pukul 10:35 WIB, AU$ 1 setara Rp 9.631,82, dolar Australia melemah 0,18% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Di awal perdagangan, mata uang Negeri Kanguru ini sempat menguat 0,75% ke Rp 9.723,15/AU$.
Dolar Australia menjadi mata uang yang cukup sulit untuk ditaklukkan rupiah. Sepanjang pekan lalu saja dolar Australia melemah hanya 0,67%, padahal dolar AS merosot nyaris 5%, dan dolar Singapura lebih dari 3%.
Salah satu penyebab sulitnya rupiah menaklukan dolar Australia adalah kinerja buruk Mata Uang Kanguru ini di bulan Maret lalu. Seperti diketahui, pada bulan Maret lalu rupiah mengalami aksi jual masif, melemah tajam melawan dolar AS, Singapura, dan mata uang lainnya. Dolar Singapura bahkan menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah Rp 11.574,53/SG$
Tetapi, dolar Australia justru ambles melawan rupiah, menyentuh level terelemah sejak September 2011 Rp 8.479,24 pada pertengahan Maret lalu.
Amblesnya dolar Australia kala itu terjadi akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang memukul perekonomian luar dalam. Dari luar, China yang merupakan mitra dagang utama Australia menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) akibatnya permintaan impor produk Negeri Kanguru merosot tajam.
Australia juga menerapkan kebijakan yang sama, perekonomian dalam negeri pun tidak bisa diandalkan. Akibatnya, bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) memangkas suku bunga hingga ke rekor terendah 0,25%, dan untuk pertama kalinya menerapkan kebijakan pembelian aset (quantitative easing/QE).
Kini perekonomian Australia perlahan mulai bangkit, lockdown sudah mulai dibuka sejak secara perlahan dalam 3 pekan terakhir, dan dolar Australia pun "balas dendam".
Data-data ekonomi dari Australia juga cukup mengejutkan belakangan ini. Data pertumbuhan ekonomi (produk domestic bruto/PDB) Australia kuartal I-2020 yang dirilis pagi tadi menunjukkan kontraksi atau minus 0,3% quarter-on-quarter (QoQ). Rilis tersebut masih lebih bagus dari prediksi kontraksi 0,4% di Forex Factory. Sementara jika dilihat secara tahunan atau year-on-year, PDB Australia tumbuh 1,4%.
Sementara pada hari ini, data penjualan ritel bulan April dilaporkan merosot 17,7%, sedikit lebih baik dari prediksi 17,9%. Kemudian penurunan surplus neraca dagang Australia juga tak sebesar prediksi. Surplus neraca dagang di bulan April tercatat sebesar AU$ 8,8 miliar, lebih baik ketimbang prediksi AU$ 7,5 miliar.
Beruntung bagi rupiah, sentimen pelaku pasar sedang bagus-bagusnya yang membuat aliran modal deras masuk ke Indonesia pada pekan lalu. Rupiah pun ditopang capital inflow tersebut dan mampu menguat melawan dolar Australia, meski tidak besar.
Sementara pada hari ini, rupiah diselamatkan data cadev Indonesia yang meningkat. Cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2020 naik menjadi US$ 130,5 miliar, dibandingkan posisi akhir bulan sebelumnya sebesar US$ 127,9 miliar. Cadev Indonesia kini sudah membukukan kenaikan 2 bulan beruntun.
Berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI), Senin (8/6/2020), cadangan devisa meningkat karena penarikan utang luar negeri pemerintah dan penempatan valas perbankan di BI.
Dengan kenaikan cadev tersebut, BI memiliki amunisi lebih besar untuk menstabilkan rupiah jika kembali mengalami gejolak, sehingga investor menjadi lebih nyaman berinvestasi di dalam negeri.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Pada pukul 10:35 WIB, AU$ 1 setara Rp 9.631,82, dolar Australia melemah 0,18% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Di awal perdagangan, mata uang Negeri Kanguru ini sempat menguat 0,75% ke Rp 9.723,15/AU$.
Dolar Australia menjadi mata uang yang cukup sulit untuk ditaklukkan rupiah. Sepanjang pekan lalu saja dolar Australia melemah hanya 0,67%, padahal dolar AS merosot nyaris 5%, dan dolar Singapura lebih dari 3%.
Salah satu penyebab sulitnya rupiah menaklukan dolar Australia adalah kinerja buruk Mata Uang Kanguru ini di bulan Maret lalu. Seperti diketahui, pada bulan Maret lalu rupiah mengalami aksi jual masif, melemah tajam melawan dolar AS, Singapura, dan mata uang lainnya. Dolar Singapura bahkan menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah Rp 11.574,53/SG$
Tetapi, dolar Australia justru ambles melawan rupiah, menyentuh level terelemah sejak September 2011 Rp 8.479,24 pada pertengahan Maret lalu.
Amblesnya dolar Australia kala itu terjadi akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang memukul perekonomian luar dalam. Dari luar, China yang merupakan mitra dagang utama Australia menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) akibatnya permintaan impor produk Negeri Kanguru merosot tajam.
Australia juga menerapkan kebijakan yang sama, perekonomian dalam negeri pun tidak bisa diandalkan. Akibatnya, bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) memangkas suku bunga hingga ke rekor terendah 0,25%, dan untuk pertama kalinya menerapkan kebijakan pembelian aset (quantitative easing/QE).
Kini perekonomian Australia perlahan mulai bangkit, lockdown sudah mulai dibuka sejak secara perlahan dalam 3 pekan terakhir, dan dolar Australia pun "balas dendam".
Data-data ekonomi dari Australia juga cukup mengejutkan belakangan ini. Data pertumbuhan ekonomi (produk domestic bruto/PDB) Australia kuartal I-2020 yang dirilis pagi tadi menunjukkan kontraksi atau minus 0,3% quarter-on-quarter (QoQ). Rilis tersebut masih lebih bagus dari prediksi kontraksi 0,4% di Forex Factory. Sementara jika dilihat secara tahunan atau year-on-year, PDB Australia tumbuh 1,4%.
Sementara pada hari ini, data penjualan ritel bulan April dilaporkan merosot 17,7%, sedikit lebih baik dari prediksi 17,9%. Kemudian penurunan surplus neraca dagang Australia juga tak sebesar prediksi. Surplus neraca dagang di bulan April tercatat sebesar AU$ 8,8 miliar, lebih baik ketimbang prediksi AU$ 7,5 miliar.
Beruntung bagi rupiah, sentimen pelaku pasar sedang bagus-bagusnya yang membuat aliran modal deras masuk ke Indonesia pada pekan lalu. Rupiah pun ditopang capital inflow tersebut dan mampu menguat melawan dolar Australia, meski tidak besar.
Sementara pada hari ini, rupiah diselamatkan data cadev Indonesia yang meningkat. Cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2020 naik menjadi US$ 130,5 miliar, dibandingkan posisi akhir bulan sebelumnya sebesar US$ 127,9 miliar. Cadev Indonesia kini sudah membukukan kenaikan 2 bulan beruntun.
Berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI), Senin (8/6/2020), cadangan devisa meningkat karena penarikan utang luar negeri pemerintah dan penempatan valas perbankan di BI.
Dengan kenaikan cadev tersebut, BI memiliki amunisi lebih besar untuk menstabilkan rupiah jika kembali mengalami gejolak, sehingga investor menjadi lebih nyaman berinvestasi di dalam negeri.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular