Rupiah Sudah Ngamuk 2 Bulan Lebih, Saatnya Santai Dulu...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 June 2020 09:18
money changer
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Johannes P. Christo)
"Data ini sangat mengejutkan. Ini memberi konfirmasi bahwa dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) terhadap pasar tenaga kerja hanya bersifat sementara. Ketika aktivitas ekonomi dibuka lagi dan laju penularan virus melambat, maka lapangan kerja akan dibuka kembali," kata Michael Arone, Chief Investment Strategist di State Street Global Advisors, seperti dikutip dari Reuters.

Ya, kini seluruh negara bagian di AS sudah melakukan reopening setelah berbulan-bulan menerapkan pembatasan sosial (social distancing) bahkan ada yang sampai karantina wilayah (lockdown). Kegiatan bisnis yang semula tidak boleh beroperasi kini mulai diizinkan kembali sehingga mampu menyerap tenaga kerja. Bahkan pusat judi di Las Vegas sudah kembali dibukan untuk umum, meski dengan pembatasan pengunjung dan penerapan protokol kesehatan.


Kabar baiknya, belum ada lonjakan kasus corona sejak AS mulai menerapkan kehidupan normal yang baru alias new normal. US Centers for Diseae Control and Prevention mencatat, jumlah pasien positif corona per 6 Juni adalah 1.891.690 orang. Bertambah 29.034 orang (1,56%) dibandingkan posisi per hari sebelumnya.

Walau masih ada tambahan, tetapi lajunya relatif terkendali. Sejak 17 Mei, belum pernah kasus bertambah lebih dari 2% dalam sehari. Terlihat bahwa kurva kasus corona AS mulai melengkung, tanjakan sudah tidak lagi curam.



Sejauh ini, semoga jangan, belum ada tanda-tanda AS bakal mengalami gelombang serangan kedua (second wave outbreak) virus corona. Jika situasi lancar-lancar saja, maka ekonomi AS akan terus menggeliat dan serapan tenaga kerja semakin meningkat.

Hal serupa juga diharapkan terjadi di negara-negara lain yang mulai menerapkan new normal, termasuk Indonesia. Apabila semakin banyak negara yang bangkit, maka ekonomi global bisa pulih dalam waktu yang tidak terlampau lama.


Harapan yang membumbung tinggi membuat investor ogah bermain aman, termasuk memegang dolar AS. Pada pukul 08:40 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,06%. Sejak awal kuartal II-2020, indeks ini terkoreksi 2,2%.

Pada pekan yang berakhir 2 Juni, data US Commodity Futures mengungkapkan posisi kepemilikan dolar AS di pasar futures adalah US$ 8,17 miliar. Turun dibandingkan pekan sebelumnya yaitu US$ 8,6 miliar. Ini semakin mempertegas bahwa dolar AS sedang mengalami tekanan jual yang semestinya membuat mata uang lainnya menguat.

Namun lagi-lagi sayang, berbagai kabar tersebut sulit diterjemahkan menjadi penguatan nilai tukar rupiah. Pasalnya ya itu tadi, rupiah memang perlu ruang untuk 'bernapas' sejenak setelah 'mengamuk' selama lebih dari dua bulan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular