Dow Jones Dibuka Keok, Dihantui Data Buruk Pengangguran

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
04 June 2020 20:55
Traders work on the floor at the New York Stock Exchange (NYSE) at the end of the day's trading in Manhattan, New York, U.S., August 27, 2018. REUTERS/Andrew Kelly
Foto: REUTERS/Andrew Kelly

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) terkapar pada pembukaan perdagangan Kamis (4/6/2020), menyusul buruknya angka klaim pengangguran yang mengganggu optimisme seputar pembukaan kembali perekonomian.

Indeks Dow Jones Industrial Average tergerus 80 poin (-0.3%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan selang 10 menit kemudian relatif tak berubah sebesar 86,92 poin (-0,33%) ke 26.182,97. Indeks S&P 500 juga tertekan 9,34 poin (-0,3%) ke 3.113,53 sebaliknya Nasdaq menguat 6,05 poin (+0,06%) ke 9.688,97.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan ada pengajuan klaim asuransi pengangguran baru sebanyak 1,877 juta sepanjang pekan lalu, atau lebih buruk dari estimasi ekonom dalam poling Dow Jones sebanyak 1,775 juta. Di luar itu, klaim lama (lanjutan) mendekati 21,5 juta.

Dow Jones kemarin melejit 527,24 poin, atau 2,1%, pada Rabu, sementara indeks S&P 500 tumbuh sebesar 1,4%. Secara bulanan, keduanya tercatat telah menguat masing-masing sebesar 10,7% dan 10,3%.

Di sisi lain, Nasdaq kini berjarak hanya 1,6% dari rekor tertinggi sepanjang 2020 yang diraih pada 19 Februari. Lonjakan tersebut didorong oleh bara optimisme terkait pembukaan kembali ekonomi AS dan gelontoran stimulus, mengacuhkan aksi protes massal dan tensi AS-China.

Saham sektor energi, keuangan dan industri membukukan penguatan terbesar pada Rabu, masing-masing sebesar 3%, 3,8% dan 3,9%. Data LPL Financial menunjukkan indeks S&P 500 mencetak reli 50-hari terbaik sepanjang sejarah.

Saham maskapai penerbangan juga menguat, di antaranya Delta Airlines, American Airlines dan United Airlines yang melompat masing-masing sebesar 7,8%, 5,6% dan 12,5%. Sepanjang bulan lalu, ketiganya sudah menguat masing-masing sebesar 26,1%, 11,3% dan 26,4%.

"Mei bisa bernasib sebagai titik balik krisis. Bulan tersebut berakhir dengan virus yang terlihat terkontrol dan dengan pembukaan ekonomi lebih cepat dari ekspektasi," tutur Brad McMillan, Direktur Investasi Commonwealth Financial Network, sebagaimana dikutip CNBC International.

Pemerintah di berbagai belahan dunia mengambil kebijakan untuk menekan efek pandemi Covid-19, sehingga bursa saham kembali menarik bagi investor. Pada Kamis, bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) mengumumkan akan menambah program pembelian surat utang darurat pandemi 600 miliar euro, sehingga total nilai pembelian bakal melampaui 1 triliun euro.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular