Ini Alasan Moody's Menganggap Prospek Rating India 'Negatif'

Haryanto, CNBC Indonesia
02 June 2020 12:11
Indian crowd wave their flags as they wait for Indian Prime Minister Narendra Modi at a community gathering during his two-day visit, at Bahrain National Stadium, Isa Town, in Manama, Bahrain, August 24, 2019. REUTERS/Hamad I Mohammed
Foto: Rakyat India Mengibarkan Bendera India saat Menunggu PM Narendra Modi di Bahrain (24/08/2019) (REUTERS/Hamad I Mohammed)

Jakarta, CNBC Indonesia - Moody's memangkas peringkat kredit India ke Baa3 dengan outlook 'negatif' sejalan dengan S&P dan Fitch yang masing-masing menurunkan peringkat India menjadi BBB-, setelah peningkatan mengejutkan pada November 2017 lalu.

Namun, keputusannya untuk menjaga prospek sebagai 'negatif' berbeda dari agensi lain yang bahkan meningkatkan persepsi pasar tentang risiko kredit India yang tergelincir ke peringkat non-investasi.

Moody's menjelaskan bahwa tindakan pemeringkatan tidak banyak didorong oleh pandemi tetapi lebih karena kerapuhan makro ekonomi yang berkembang bahkan sebelum Covid-19.

Lembaga pemeringkat global tersebut memprediksi pertumbuhan ekonomi sebesar -4% di 2021. Melebarnya defisit fiskal dengan fleksibilitas terbatas dan peningkatan utang publik terhadap PDB diperkirakan mencapai 84% di 2021 dibandingkan dengan negara sejenis yang sebesar 40% dengan mengurangi ruang kebijakan yang tersedia.

Tantangan di sektor keuangan cenderung menjadi angin penghadang upaya Negeri Bollywood tersebut mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8% dalam waktu dekat.

Moody sebelumnya menyoroti penurunan peringkat sebagai risiko material yang harus diwaspadai India di 2021. Namun pertanyaannya, apakah Moody's akan mengekor dua lembaga pemeringkat lain yang berharap ada perbaikan, ataukah malah memangkas peringkat India menjadi tak layak investasi.

Mengingat tantangan untuk menghidupkan kembali pertumbuhan, Moody tidak akan dapat mengesampingkan kemungkinan penurunan peringkat oleh dua lembaga lainnya meskipun waktunya akan sulit untuk diprediksi karena langkah pertama kemungkinan adalah perubahan prospek.

Aliran masuk portofolio utang akan dipengaruhi perubahan peringkat itu, tetapi ketakutan akan ketidakstabilan makro ekonomi atau depresiasi kurs yang tajam dapat memicu arus keluar modal. Namun, jika bank sentral India (Reserve Bank of India/RBI) bisa menetralkan arus keluar ini, maka tekanan depresiasi mata uang di luar reaksi spontan bisa dihindari.

Setelah arus keluar besar-besaran sejak pertengahan Februari, total ketersediaan aliran utang portofolio hanya US$ 42 miliar dibandingkan cadangan valas RBI sebesar US$ 490 miliar. Ini berpotensi meminimalkan risiko penumpukan spekulatif dari posisi jual (sell) terhadap INR (India rupee).

Pada pertemuan terakhirnya, RBI telah mempertahankan kebijakannya sehubungan dengan membantu pasar obligasi pemerintah secara langsung. Setiap langkah besar setelah penurunan peringkat saat ini dapat memaksa intervensi RBI melalui Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operations/OMO) dan tindakan lainnya.

Biaya kredit eksternal kemungkinan akan naik dan karenanya saluran kredit domestik harus diblokir untuk mencegah tersedaknya aliran kredit. Upaya India memasukkan indeks obligasi global mungkin mundur dan bahkan peningkatan stabil investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) selama beberapa tahun terakhir dapat goyah.

Moody's juga mengingatkan neraca pembayaran (Balance of Payment/BoP) India bisa tergelincir ke zona defisit pada 2021 jika masuk ke level tak layak investasi, bersamaan dengan perlambatan pemulihan ekonomi beberapa tahun, yang memaksa negara melewati guncangan makro ekonomi untuk periode yang panjang.

 TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har) Next Article Wah, India Setop Terbitkan Obligasi Tenor 10 Tahun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular