Efisiensi, Garuda Indonesia Rumahkan 800 Tenaga Kontrak

Monica Wareza, CNBC Indonesia
02 June 2020 11:35
The logo of Garuda Indonesia is pictured on an Airbus A330 aircraft parked at the aircraft builder's headquarters of Airbus in Colomiers near Toulouse, France, November 15, 2019. REUTERS/Regis Duvignau
Foto: Logo Garuda Indonesia pesawat Airbus A330 yang diparkir di markas pembangun pesawat Airbus di Colomiers dekat Toulouse, Prancis, 15 November 2019. REUTERS / Regis Duvignau

Jakarta, CNBC Indonesia - Maskapai penerbangan BUMN, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), mengungkapkan perseroan merumahkan sementara waktu sekitar 800 karyawan dengan status tenaga kerja kontrak atau Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) selama 3 bulan terhitung sejak 14 Mei 2020.

Namun perseroan tidak dijelaskan apakah dari 800 karyawan kontrak ini termasuk pilot. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan kebijakan merumahkan karyawan dengan status PKWT tersebut merupakan upaya lanjutan yang perlu ditempuh perusahaan di samping upaya-upaya strategis lain yang telah dilakukan,

Hal ini dilakukan guna memastikan keberlangsungan perseroan tetap terjaga di tengah kondisi operasional penerbangan yang belum kembali normal sebagai dampak pandemi Covid-19.

"Kebijakan tersebut dilakukan dengan pertimbangan yang matang dengan memperhatikan kepentingan karyawan maupun perusahaan dan dilakukan dalam rangka menghindari dilakukannya PHK. Di samping itu, implementasi kebijakan ini juga telah melalui kesepakatan dan diskusi dua
arah antara karyawan dan Perusahaan" papar Irfan, dalam keterbukaan informasi, dilansir CNBC Indonesia, Selasa (2/6/2020).

Ketika dihubungi, Irfan Setiaputra hingga saat ini belum memberikan detail terkait dengan jumlah PHK yang beredar di pasar terutama soal 150 pilot. Dia hanya menegaskan pada dasarnya kebijakan yang Garuda Indonesia berlakukan adalah penyelesaian lebih awal atas kontrak kerja pegawai dengan profesi penerbang dalam status hubungan kerja waktu tertentu.

"Melalui penyelesaian kontrak tersebut, Garuda Indonesia tetap memenuhi kewajibannya atas hak-hak penerbang sesuai masa kontrak yang berlaku," katanya.

"Adapun kebijakan tersebut dilakukan sebagai langkah berkelanjutan yang perlu ditempuh dalam upaya menyelaraskan supply dan demand operasional penerbangan yang saat ini terdampak signifikan imbas pandemi Covid-19," tegas mantan Dirut PT Inti (Persero) ini.

Dia mengatakan kebijakan tersebut dilakukan dengan pertimbangan yang matang dengan tetap memperhatikan hak-hak dari pegawai yang kontraknya diselesaikan lebih awal.

"Ini keputusan berat yang harus kami ambil. Namun demikian, kami yakin Garuda Indonesia akan dapat terus bertahan dan kondisi operasional Perusahaan akan terus membaik dan kembali kondusif sehingga mampu melewati masa yang sangat menantang bagi industri penerbangan saat ini," kata Irfan.

Namun berdasarkan sumber detikcom, ada sekitar 150 pilot berstatus kontrak yang menjadi korban efisiensi maskapai pelat merah ini. "Ini untuk Garuda saja yang sudah ini, dalam terikat dalam perjanjian kontrak sekitar 150, itu rata-rata captain semua," kata sumber tersebuut,m di Jakarta, Senin (1/6/2020).

Menurut dia, sebanyak 150 pilot Garuda ini mulai tidak bekerja lagi per 1 Juni 2020. "Yang sudah dinyatakan dapat pemberitahuan ya sekitar 150 bahwa mereka akan diberhentikan per 1 Juni," ujarnya.

Keputusan ini, berkaitan dengan dampak hantaman Covid-19 terhadap industri penerbangan Tanah Air. Pandemi Corona awalnya menghantam sektor pariwisata nasional, setelah itu baru merembet ke industri penerbangan.

Dia memprediksi keputusan PHK kepada pilot garuda akan terus bertambah, setidaknya ada sekitar 700 pilot termasuk yang status pegawai tetap akan terkena. "Kita memprediksi kemungkinan di Garuda terjadi pengurangan sampai 700 pilot totalnya," ungkapnya.

Manajemen GIAA menegaskan, perseroan memang tengah berjibaku dengan sejumlah strategi demi mempertahankan kelangsungan usaha akibat dampak pandemi virus corona yang menghantam bisnis penerbangan dalam negeri dan global. 

Hingga kini Asosiasi Pilot Garuda juga belum memberikan keterangan ketika dihubungi CNBC Indonesia.

Dalam kesempatan sebelumnya, Direktur Keuangan Garuda Indonesia Fuad Rizal menjelaskan perseroan telah menerapkan pemotongan gaji mulai dari 10% hingga 50% untuk seluruh karyawan maskapai penerbangan BUMN ini.

"Hingga saat ini, program pengurangan pengeluaran ini telah menghemat sekitar US$ 6 juta [setara Rp 89 miliar, kurs Rp 14.900/US$]," kata Fuad dalam surat keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Selasa (26/5/2020).

Dia mengatakan program pengurangan itu juga memungkinkan perseroan untuk mengurangi biaya tunai mingguan yang diperlukan untuk menjalankan operasi menjadi sekitar US$ 46 juta atau Rp 685 miliar.


Per 30 April, saldo kas GIAA menjadi sebesar US$ 150 juta atau Rp 2,24 triliun, yang sebagian besar dibatasi (margin deposit, dan lainnya) dan tidak dapat digunakan secara bebas.

"Perseroan telah mengambil langkah-langkah untuk menjamin kesejahteraan staf dan pelanggan perseroan sembari mengelola likuiditas secara proaktif saat dihadapkan pada ketidakpastian yang tengah dihadapi industri penerbangan saat ini," kata Fuad.

Pendapatan operasi Garuda juga turun sebesar 89% pada April 2020. Pandemi juga menyebabkan arus kas negatif karena peningkatan tunggakan utang dagang perseroan sebesar 47% atau sebesar US$ 236 juta selama kuartal I-2020 dibandingkan kuartal terakhir 2019.

Permintaan yang rendah di pasar memaksa perseroan untuk mengurangi ketersediaan kursi per kilometer (Available Seat Kilometers) sebesar 40% dari 1 Januari hingga 30 April 2020, dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019, dengan jumlah penumpang turun sebesar 45% dan faktor muat kursi (seat load factor) menurun 15% dalam periode tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


(tas/tas) Next Article Garuda Indonesia (GIAA) Mau Tambah 8 Pesawat, Keluarkan Kocek Segini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular