
Analisis Teknikal
Rupiah Berpotensi Berjaya, tapi Rentan Dipukul Balik Dolar AS
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 June 2020 08:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat 0,68% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.575/US$ pada perdagangan Jumat (29/5/2020) lalu, dan berada di level terkuat sejak 12 Maret.
Penguatan rupiah (USD/IDR) tersebut melewati target Rp 14.580/US$ pada analisis teknikal Jumat lalu, sehingga kini rentan mengalami koreksi. Tetapi koreksi rupiah tersebut bisa menjadi bagus untuk berlanjutnya penguatan
Indikator stochastic pada grafik harian masih berada di level jenuh jual (oversold) dalam waktu yang cukup lama, yang berisiko membuat rupiah terkoreksi.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di atas bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.
Jika kembali ke atas Rp 14.600/US$, rupiah berisiko melemah menuju Rp 14.730/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%.
Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Selama bertahan di bawah di bawah Fib. Retracement 61,8%, ke depannya rupiah berpeluang menguat menuju Rp 13.615/US$ dalam jangka panjang.
Sementara untuk hari ini, rupiah memiliki peluang menguat ke Rp 14.410/US$.
Secara fundamental, rupiah mendapat angin segar dari Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo.
Dalam paparan Perkembangan Ekonomi Terkini, Perry mengatakan nilai tukar rupiah saat ini masih undervalue, dan ke depannya akan kembali menguat ke nilai fundamentalnya, kembali ke level sebelum pademi penyakit virus corona (Covid-19) terjadi di kisaran Rp 13.600-13.800/US$.
"Ke depan nilai tukar rupiah akan menguat ke fundamentalnya. Fundamental diukur dari inflasi yang rendah, current account deficit (CAD) yang lebih rendah, itu akan menopang penguatan rupiah. Aliran modal asing yang masuk ke SBN (Surat Berharga Negara) juga memperkuat nilai tukar rupiah" kata Perry, Kamis (28/5/2020).
Kami yakni nilai tukar rupiah masih undervalue, dan berpeluang terus menguat ke arah fundamentalnya" tegas Perry.
Pernyataan Perry tersebut berbeda dengan sebelumnya yang mengatakan rupiah akan berada di kisaran Rp 15.000/US$ di akhir tahun. Rupiah kini disebut akan menguat ke nilai fundamentalnya, sehingga memberikan dampak psikologis ke pasar jika Mata Uang Garuda masih berpeluang menguat lebih jauh.
Selain itu, penguatan bursa saham global pada perdagangan Senin (1/6/2020) kemarin, meski Amerika Serikat sedang dilanda kerusuhan menjadi indikasi mood pelaku pasar sedang bagus yang bisa menopang penguatan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Penguatan rupiah (USD/IDR) tersebut melewati target Rp 14.580/US$ pada analisis teknikal Jumat lalu, sehingga kini rentan mengalami koreksi. Tetapi koreksi rupiah tersebut bisa menjadi bagus untuk berlanjutnya penguatan
Indikator stochastic pada grafik harian masih berada di level jenuh jual (oversold) dalam waktu yang cukup lama, yang berisiko membuat rupiah terkoreksi.
![]() Foto: Refinitiv |
Jika kembali ke atas Rp 14.600/US$, rupiah berisiko melemah menuju Rp 14.730/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%.
Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Selama bertahan di bawah di bawah Fib. Retracement 61,8%, ke depannya rupiah berpeluang menguat menuju Rp 13.615/US$ dalam jangka panjang.
Sementara untuk hari ini, rupiah memiliki peluang menguat ke Rp 14.410/US$.
Secara fundamental, rupiah mendapat angin segar dari Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo.
Dalam paparan Perkembangan Ekonomi Terkini, Perry mengatakan nilai tukar rupiah saat ini masih undervalue, dan ke depannya akan kembali menguat ke nilai fundamentalnya, kembali ke level sebelum pademi penyakit virus corona (Covid-19) terjadi di kisaran Rp 13.600-13.800/US$.
"Ke depan nilai tukar rupiah akan menguat ke fundamentalnya. Fundamental diukur dari inflasi yang rendah, current account deficit (CAD) yang lebih rendah, itu akan menopang penguatan rupiah. Aliran modal asing yang masuk ke SBN (Surat Berharga Negara) juga memperkuat nilai tukar rupiah" kata Perry, Kamis (28/5/2020).
Kami yakni nilai tukar rupiah masih undervalue, dan berpeluang terus menguat ke arah fundamentalnya" tegas Perry.
Pernyataan Perry tersebut berbeda dengan sebelumnya yang mengatakan rupiah akan berada di kisaran Rp 15.000/US$ di akhir tahun. Rupiah kini disebut akan menguat ke nilai fundamentalnya, sehingga memberikan dampak psikologis ke pasar jika Mata Uang Garuda masih berpeluang menguat lebih jauh.
Selain itu, penguatan bursa saham global pada perdagangan Senin (1/6/2020) kemarin, meski Amerika Serikat sedang dilanda kerusuhan menjadi indikasi mood pelaku pasar sedang bagus yang bisa menopang penguatan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular