
Rupiah Perkasa di Asia, Tapi Loyo di Eropa
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 May 2020 11:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menunjukkan keperkasaannya pekan ini. Tidak hanya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), rupiah juga menang satu lawan satu dengan mata uang Asia. Namun rupiah tidak berdaya kala berlaga di Eropa.
Sepanjang pekan ini, rupiah menguat 0,72% terhadap dolar AS di perdagangan pasar spot. Rupiah jadi salah satu mata uang dengan performa terbaik di Asia.
Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning dalam minggu ini:
Bukan cuma dolar AS, berbagai mata uang utama Asia pun takluk di hadapan rupiah. Dari 10 mata uang utama Asia, hanya dolar Singapura dan won Korea Selatan yang menolak tunduk.
Berikut perkembangan kurs mata uang Asia terhadap rupiah sepanjang pekan ini:
Akan tetapi, rupiah tidak bertaji kala memasuki Eropa. Rupiah melemah di hadapan seluruh mata uang utama Benua Biru.
Berikut perkembangan kurs mata uang Eropa terhadap rupiah pada pekan ini:
Harap maklum, investor sedang semringah karena sentimen positif yang menyelimuti Eropa. Berbagai negara yang awalnya terpukul hebat oleh virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) kini mulai pulih dan menata diri.
Misalnya Italia. Sebelumnya Italia sempat menjadi episentrum penyebaran virus corona di luar China. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan jumlah pasien positif corona di Negeri Spageti per 29 Mei adalah 231.732 orang. Bertambah 593 atau 0,26% dibandingkan hari sebelumnya.
Meski masih ada penambahan, tetapi lajunya semakin terkendali. Hampir selama sebulan terakhir persentase penambahan kasus corona di Italia sudah di bawah 1%.
Kemudian di Spanyol, yang sempat bernasib sama seperti Italia. Data WHO menyebutkan jumlah pasien positif corona di Negeri Matador per 29 Mei adalah 238.278 orang. Bertambah 1.137 orang atau 0,48% dibandingkan hari sebelumnya.
Betul kasus corona di Spanyol masih bertambah. Namun laju pertumbuhannya semakin melambat. Dalam 14 hari terakhir, rata-rata kasus bertambah 0,27% per hari. Bahkan sempat ada hari di mana terjadi kontraksi (pertumbuhan negatif) yaitu pada 26 Mei sebesar -0,16%.
Oleh karena itu, Italia dan Spanyol sudah mulai mengendurkan karantina wilayah (lockdown). Keran aktivitas publik kembali dibuka meski bertahap. Bahkan mulai bulan depan, kompetisi sepakbola rencananya mulai bergulir kembali.
Masyarakat yang kembali beraktivitas memberi harapan bahwa ekonomi Eropa bakal bangkit dalam waktu dekat. Apabila tidak ada gelombang penyebaran kedua (second wave outbreak), maka bukan tidak mungkin Eropa bisa kembali bisa mencatatkan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini.
Tanda-tanda pemulihan di Eropa yang semakin nyata membuat investor mengarahkan modalnya ke sana. Bahkan indeks MSCI Europe melonjak 5,04% sepanjang pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Sepanjang pekan ini, rupiah menguat 0,72% terhadap dolar AS di perdagangan pasar spot. Rupiah jadi salah satu mata uang dengan performa terbaik di Asia.
Bukan cuma dolar AS, berbagai mata uang utama Asia pun takluk di hadapan rupiah. Dari 10 mata uang utama Asia, hanya dolar Singapura dan won Korea Selatan yang menolak tunduk.
Berikut perkembangan kurs mata uang Asia terhadap rupiah sepanjang pekan ini:
Akan tetapi, rupiah tidak bertaji kala memasuki Eropa. Rupiah melemah di hadapan seluruh mata uang utama Benua Biru.
Berikut perkembangan kurs mata uang Eropa terhadap rupiah pada pekan ini:
Harap maklum, investor sedang semringah karena sentimen positif yang menyelimuti Eropa. Berbagai negara yang awalnya terpukul hebat oleh virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) kini mulai pulih dan menata diri.
Misalnya Italia. Sebelumnya Italia sempat menjadi episentrum penyebaran virus corona di luar China. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan jumlah pasien positif corona di Negeri Spageti per 29 Mei adalah 231.732 orang. Bertambah 593 atau 0,26% dibandingkan hari sebelumnya.
Meski masih ada penambahan, tetapi lajunya semakin terkendali. Hampir selama sebulan terakhir persentase penambahan kasus corona di Italia sudah di bawah 1%.
Kemudian di Spanyol, yang sempat bernasib sama seperti Italia. Data WHO menyebutkan jumlah pasien positif corona di Negeri Matador per 29 Mei adalah 238.278 orang. Bertambah 1.137 orang atau 0,48% dibandingkan hari sebelumnya.
Betul kasus corona di Spanyol masih bertambah. Namun laju pertumbuhannya semakin melambat. Dalam 14 hari terakhir, rata-rata kasus bertambah 0,27% per hari. Bahkan sempat ada hari di mana terjadi kontraksi (pertumbuhan negatif) yaitu pada 26 Mei sebesar -0,16%.
Oleh karena itu, Italia dan Spanyol sudah mulai mengendurkan karantina wilayah (lockdown). Keran aktivitas publik kembali dibuka meski bertahap. Bahkan mulai bulan depan, kompetisi sepakbola rencananya mulai bergulir kembali.
Masyarakat yang kembali beraktivitas memberi harapan bahwa ekonomi Eropa bakal bangkit dalam waktu dekat. Apabila tidak ada gelombang penyebaran kedua (second wave outbreak), maka bukan tidak mungkin Eropa bisa kembali bisa mencatatkan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini.
Tanda-tanda pemulihan di Eropa yang semakin nyata membuat investor mengarahkan modalnya ke sana. Bahkan indeks MSCI Europe melonjak 5,04% sepanjang pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular