
'Disandera' Profit Taking, Rupiah Lesu di Atas Rp 14.700/US$
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 May 2020 09:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Sepertinya hanya faktor ambil untung (profit taking) yang membuat rupiah melemah, sebab sentimen yang beredar sebenarnya cukup positif.
Pada Kamis (28/5/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.735 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,44% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,41% di hadapan dolar AS. Apresiasi itu sudah cukup untuk membawa rupiah jadi mata uang terbaik Asia.
Namun perlu dicatat bahwa laju rupiah sudah begitu kencang. Dalam sebulan terakhir, penguatan rupiah mencapai 4,18%. Sementara sejak awal kuartal II-2020, penguatan rupiah begitu luar biasa yaitu 10%.
Rupiah yang sudah menguat begitu tajam menyimpan risiko terjadinya koreksi teknikal. Pasti akan tiba saatnya investor tergoda untuk mencairkan cuan gede yang didapat dari rupiah. Kala ini terjadi, nilai tukar rupiah bakal melemah karena tekanan jual.
Mungkin itu saja alasan mengapa rupiah bisa melemah. Sebab sentimen yang ada di pasar sepertinya fine-fine saja. Investor malah sedang berani masuk ke aset-aset berisiko.
Ini terlihat dari penguatan tajam di bursa saham New York. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 2.21%, S&P 500 melonjak 1,48%, dan Nasdaq Composite menguat 0,77%.
Pelaku pasar menyambut positif pelonggaran pembatasan sosial (social distancing) di sejumlah negara seiring meredanya pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Salah satu negara yang melakukan pelonggaran adalah AS, negara dengan kasus corona terbanyak di dunia.
Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa Negeri Paman Sam telah melakukan uji corona terhadap lebih dari 15 juta spesimen. Ini adalah yang tertinggi di dunia.
Berdasarkan pengujian tersebut, terlihat bahwa jumlah pasien positif corona di AS tidak (atau belum) mengalami lonjakan berarti. US Centers for Disease Control and Prevention mencatat, jumlah pasien positif corona per 27 Mei adalah 1.678.843 orang. Bertambah 16.429 orang atau 0,99% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Walau masih ada kenaikan, tetapi lajunya relatif terkendali. Sejak 5 Mei, persentase kenaikan kasus sudah di bawah 2% per hari dengan tren menurun.
"Kita telah melakukan tes lebih dari 15 juta, sejauh ini adalah yang terbanyak di dunia. Bukalah dengan aman!" cuit Trump di Twitter.
Ya, perlahan tetapi pasti denyut kehidupan warga AS mulai terasa setelah sangat lemah selama berbulan-bulan. Kemarin, Walt Disney mengumumkan bahwa taman bermain mereka di Florida akan mulai dibuka kembali pada 11 Juni. Sementara MGM Resort akan mulai membuka kasino di Las Vegas pada 4 Juni.
"Perputaran ekonomi berarti perputaran likuiditas, ini yang paling dibutuhkan. Ada harapan performa ekonomi ke depan akan membaik," kata Peter Cardillo, Chief Market Economist di Spantan Capital Securities, sebagaimana diwartakan Reuters.
Harapan bahwa dunia akan segera bangkit dari serangan virus corona membuat investor berbunga-bunga. Asrus modal pun mengalir lumayan deras ke pasar keuangan Asia. Sayang rupiah tidak bisa menikmatinya karena 'tersandera' oleh profit taking.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Kamis (28/5/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.735 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,44% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,41% di hadapan dolar AS. Apresiasi itu sudah cukup untuk membawa rupiah jadi mata uang terbaik Asia.
Namun perlu dicatat bahwa laju rupiah sudah begitu kencang. Dalam sebulan terakhir, penguatan rupiah mencapai 4,18%. Sementara sejak awal kuartal II-2020, penguatan rupiah begitu luar biasa yaitu 10%.
Rupiah yang sudah menguat begitu tajam menyimpan risiko terjadinya koreksi teknikal. Pasti akan tiba saatnya investor tergoda untuk mencairkan cuan gede yang didapat dari rupiah. Kala ini terjadi, nilai tukar rupiah bakal melemah karena tekanan jual.
Mungkin itu saja alasan mengapa rupiah bisa melemah. Sebab sentimen yang ada di pasar sepertinya fine-fine saja. Investor malah sedang berani masuk ke aset-aset berisiko.
Ini terlihat dari penguatan tajam di bursa saham New York. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 2.21%, S&P 500 melonjak 1,48%, dan Nasdaq Composite menguat 0,77%.
Pelaku pasar menyambut positif pelonggaran pembatasan sosial (social distancing) di sejumlah negara seiring meredanya pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Salah satu negara yang melakukan pelonggaran adalah AS, negara dengan kasus corona terbanyak di dunia.
Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa Negeri Paman Sam telah melakukan uji corona terhadap lebih dari 15 juta spesimen. Ini adalah yang tertinggi di dunia.
Berdasarkan pengujian tersebut, terlihat bahwa jumlah pasien positif corona di AS tidak (atau belum) mengalami lonjakan berarti. US Centers for Disease Control and Prevention mencatat, jumlah pasien positif corona per 27 Mei adalah 1.678.843 orang. Bertambah 16.429 orang atau 0,99% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Walau masih ada kenaikan, tetapi lajunya relatif terkendali. Sejak 5 Mei, persentase kenaikan kasus sudah di bawah 2% per hari dengan tren menurun.
"Kita telah melakukan tes lebih dari 15 juta, sejauh ini adalah yang terbanyak di dunia. Bukalah dengan aman!" cuit Trump di Twitter.
Ya, perlahan tetapi pasti denyut kehidupan warga AS mulai terasa setelah sangat lemah selama berbulan-bulan. Kemarin, Walt Disney mengumumkan bahwa taman bermain mereka di Florida akan mulai dibuka kembali pada 11 Juni. Sementara MGM Resort akan mulai membuka kasino di Las Vegas pada 4 Juni.
"Perputaran ekonomi berarti perputaran likuiditas, ini yang paling dibutuhkan. Ada harapan performa ekonomi ke depan akan membaik," kata Peter Cardillo, Chief Market Economist di Spantan Capital Securities, sebagaimana diwartakan Reuters.
Harapan bahwa dunia akan segera bangkit dari serangan virus corona membuat investor berbunga-bunga. Asrus modal pun mengalir lumayan deras ke pasar keuangan Asia. Sayang rupiah tidak bisa menikmatinya karena 'tersandera' oleh profit taking.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular