
Walau AS-China Panas, Bursa Asia Menguat di Awal Pekan
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
25 May 2020 08:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Di hari pertama perdagangan awal pekan ini, bursa saham kawasan Asia Pasifik bergerak di zona hijau. Padahal gempuran sentimen negatif yang datang dari poros Washington-Beijing masih membayangi.
Senin (25/5/2020) beberapa bursa saham kawasan Benua Kuning yang masih buka ditransaksikan di zona hijau. Pada 07.50, indeks ASX 200 (Australia 200) menguat 1,57%. Di Jepang indeks Topix menguat 1,19%. Sementara bursa Korea Selatan juga menghijau tetapi dengan penguatan lebih rendah yakni 0,59%.
Beberapa bursa di kawasan Asia memang sedang libur. Pasar saham Benua Kuning yang sedang libur antara lain Singapura, India dan Indonesia.
Apresiasi yang terjadi di pasar saham Asia pada perdagangan awal pekan ini dinilai karena masih kuatnya sentimen investor meskipun ada kekhawatiran atas kembali retaknya hubungan AS-China.
Pasar Asia Pasifik ambles pada hari Jumat setelah China mengumumkan undang-undang keamanan nasional baru, yang, jika diterapkan, akan memberi Beijing lebih banyak kontrol atas Hong Kong dan dapat memicu protes pro-demokrasi lebih lanjut di kota itu.
Rancangan ini diumumkan ketika Kongres Rakyat Nasional China (NPC) yang merupakan parlemen di Negeri Tirai Bambu memulai sesi tahunannya dan akan berlangsung hingga 28 Mei.
"Sentimen terhadap risiko terbukti tangguh, pada Jumat malam, menyusul kekhawatiran tentang dampak dari China yang memperkenalkan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong. Pelemahan pasar saham Asia membuat bursa saham Eropa cenderung flat, dan apresiasi tipis di pasar saham AS, "kata Hayden Dimes di ANZ Research dalam catatan Senin pagi, melansir CNBC International.
Namun, pengumuman China tersebut menuai kritik dari pejabat AS. Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Robert O'Brien mengatakan pada hari Minggu (24/5/2020) bahwa jika Beijing terus menerapkan hukum yang kontroversial tersebut maka pemerintah AS kemungkinan akan menjatuhkan sanksi terhadap China.
Lebih lanjut, CNBC International melaporkan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi mengatakan kepada wartawan bahwa tekanan politik yang datang dari AS cenderung "mengekang" hubungan bilateral keduanya dan mendorong dua kekuatan ekonomi ke ambang perang dingin baru.
Penguatan pasar saham di kawasan Asia Pasifik ini terjadi seiring dengan pelemahan aset-aset minim risiko (safe haven) seperti emas dan dolar AS. Pada pagi ini, harga emas global dan indeks dolar yang mengukur keperkasaan dolar greenback sama-sama tergelincir.
Setelah berbagai sentimen menggempur pasar pekan lalu. Sebenarnya investor kini sedang fokus mencermati kelanjutan perkembangan hubungan Washington-Beijing. Jika tensi geopolitik AS-China terus tereskalasi bukan tidak mungkin pasar saham akan kembali tertekan pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article The Fed Tahan Suku Bunga, Nikkei Melemah Tipis
Senin (25/5/2020) beberapa bursa saham kawasan Benua Kuning yang masih buka ditransaksikan di zona hijau. Pada 07.50, indeks ASX 200 (Australia 200) menguat 1,57%. Di Jepang indeks Topix menguat 1,19%. Sementara bursa Korea Selatan juga menghijau tetapi dengan penguatan lebih rendah yakni 0,59%.
Beberapa bursa di kawasan Asia memang sedang libur. Pasar saham Benua Kuning yang sedang libur antara lain Singapura, India dan Indonesia.
Pasar Asia Pasifik ambles pada hari Jumat setelah China mengumumkan undang-undang keamanan nasional baru, yang, jika diterapkan, akan memberi Beijing lebih banyak kontrol atas Hong Kong dan dapat memicu protes pro-demokrasi lebih lanjut di kota itu.
Rancangan ini diumumkan ketika Kongres Rakyat Nasional China (NPC) yang merupakan parlemen di Negeri Tirai Bambu memulai sesi tahunannya dan akan berlangsung hingga 28 Mei.
"Sentimen terhadap risiko terbukti tangguh, pada Jumat malam, menyusul kekhawatiran tentang dampak dari China yang memperkenalkan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong. Pelemahan pasar saham Asia membuat bursa saham Eropa cenderung flat, dan apresiasi tipis di pasar saham AS, "kata Hayden Dimes di ANZ Research dalam catatan Senin pagi, melansir CNBC International.
Namun, pengumuman China tersebut menuai kritik dari pejabat AS. Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Robert O'Brien mengatakan pada hari Minggu (24/5/2020) bahwa jika Beijing terus menerapkan hukum yang kontroversial tersebut maka pemerintah AS kemungkinan akan menjatuhkan sanksi terhadap China.
Lebih lanjut, CNBC International melaporkan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi mengatakan kepada wartawan bahwa tekanan politik yang datang dari AS cenderung "mengekang" hubungan bilateral keduanya dan mendorong dua kekuatan ekonomi ke ambang perang dingin baru.
Penguatan pasar saham di kawasan Asia Pasifik ini terjadi seiring dengan pelemahan aset-aset minim risiko (safe haven) seperti emas dan dolar AS. Pada pagi ini, harga emas global dan indeks dolar yang mengukur keperkasaan dolar greenback sama-sama tergelincir.
Setelah berbagai sentimen menggempur pasar pekan lalu. Sebenarnya investor kini sedang fokus mencermati kelanjutan perkembangan hubungan Washington-Beijing. Jika tensi geopolitik AS-China terus tereskalasi bukan tidak mungkin pasar saham akan kembali tertekan pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article The Fed Tahan Suku Bunga, Nikkei Melemah Tipis
Most Popular