Harga Minyak Sudah di Atas US$ 30, Khawatir Jatuh Lagi nih

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
21 May 2020 11:33
FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak naik tipis pada hari Kamis (21/5/2020) setelah persediaan minyak mentah AS dilaporkan mengalami penurunan. Namun kenaikan harga minyak tertahan karena masih ada risiko ketidakpastian global yang membayangi.

Harga minyak mentah Brent untuk kontrak pengiriman Juli diperdagangkan naik 17 sen, atau 0,5% di level US$ 35,92 per barel. Sementara itu untuk jenis minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS pengiriman Juli naik 4 sen atau 0,1% menjadi US$ 33,53 per barel.

Memasuki pekan ini, harga minyak mentah melambung dan sudah diperdagangkan di atas US$ 30/barel. Sentimen yang datang dari dilonggarkannya lockdown dan segala macam pembatasannya menjadi sentimen positif untuk harga minyak karena ada harapan ekonomi berangsur pulih dan permintaan terhadap si emas hitam membaik.



Kenaikan harga minyak hari ini juga didukung oleh sentimen positif lain yang datang dari rilis data pasokan minyak mentah mingguan AS. Administrasi Informasi Energi (EIA) melaporkan persediaan minyak mentah AS turun 5 juta barel pekan lalu.

Penurunan ini berbanding terbalik dengan ekspektasi pasar yang tercermin dalam jajak pendapat Reuters. Konsensus yang dihimpun Reuters memperkirakan terjadi kenaikan 1,2 juta barel. Sementara stok di pusat pengiriman Cushing, Oklahoma, turun 5,6 juta barel.

Penurunan stok minyak mentah AS ini cukup meredakan kekhawatiran pelaku pasar akan terjadinya kelebihan pasokan (oversupply) parah seperti yang sudah terjadi sebelumnya.

"Sementara tanda-tanda bahwa tekanan penyimpanan WTI mereda adalah positif untuk harga, laporan terbaru menunjukkan bahwa penurunan stok sebenarnya lebih kepada faktor-faktor pasokan daripada permintaan produk yang meningkat," kata Capital Economics dalam catatan yang dirilis Rabu (20/5/202), mengutip Reuters.

Kenaikan harga juga didorong oleh pemangkasan produksi yang terjadi di berbagai negara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, Rusia dan sekutunya atau yang dikenal dengan sebutan OPEC +. Awal april lalu anggota OPEC+ sepakat untuk memangkas produksi hingga 9,7 juta barel per hari (bpd) untuk periode Mei-Juni.


Arab Saudi sebagai pemimpin de facto OPEC bahkan berencana memotong output minyaknya secara sukarela hingga 1 juta bpd mulai Juni nanti. Langkah ini juga diikuti oleh anggota OPEC lain yaitu Uni Emirat Arab dan Kuwait yang juga dikabarkan berencana memangkas sebanyak 180 ribu bpd bulan depan

Namun sebenarnya masih ada kekhawatiran tentang kejatuhan ekonomi dari pandemi, terutama di Amerika Serikat sebagai konsumen minyak terbesar di dunia. Hal lain yang juga berpotensi menekan harga minyak adalah ketegangan AS-China, Australia dan China serta kemungkinan terjadinya gelombang kedua wabah. Itulah mengapa harga minyak tak bisa naik banyak.



TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]





(twg/twg) Next Article New Normal Tak Buat Permintaan Minyak AS Naik, Harga Ambles

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular