Tunggu Gubernur Perry, Kurs Rupiah di Kisaran Rp 14.800/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 May 2020 12:26
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (19/5/2020), tetapi tidak terlalu besar. Padahal sentimen pelaku pasar sedang bagus-bagusnya.

Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah menguat 0,13% ke Rp 14.800/US$. Setelahnya rupiah sempat melemah 0,07% ke Rp 14.830/US$ sebelum berbalik menguat hingga 0,3% ke Rp 14.775/US$. Tetapi sayangnya laju penguatan rupiah terhenti di situ, dan akhirnya terpangkas hingga berada di Rp 14.800/US$ pada pukul 12:00 WIB.

Rupiah saat ini sudah cukup jauh dari level Rp 15.000/US$. Sementara Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam beberapa kesempatan selalu menekankan rupiah akan di kisaran Rp 15.000/US$ di akhir tahun ini.

Pernyataan Perry tersebut tentunya memberikan dampak psikologis di pasar "rupiah tidak akan menguat lebih jauh", sehingga perlu tenaga ekstra atau momentum yang besar agar rupiah mampu menguat tajam lagi. Akibatnya rupiah pun jadi "malu-malu" untuk menguat dalam beberapa hari terakhir.



Sentimen pelaku pasar yang sedang bagus-bagusnya juga masih belum cukup untuk mendorong penguatan tajam rupiah. Bagusnya sentimen pelaku pasar tercermin dari penguatan bursa saham Asia hari ini, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melesat 1,82% di sesi I. Di pasar obligasi, yield

Surat Utang Negara (SBN) tenor 10 tahun juga mengalami penurunan sebesar 2,2 basis poin menjadi 7,723%.

Pergerakan yield berbanding terbaik dengan harganya, ketika yield naik berarti harga sedang turun, sebaliknya ketika yield turun artinya harga sedang naik. Ketika harga naik, itu berarti sedang ada aksi beli di pasar obligasi.

Penurunan yield obligasi bisa menjadi indikasi aliran modal kembali masuk ke dalam negeri.

Kabar bagus hari ini datang dari perusahaan bioteknologi Moderna di AS yang memproduksi vaksin virus corona. Moderna menyatakan hasil uji klinis pertama vaksin cukup positif. Pasalnya, imun atau antibodi dari 8 orang yang diujicobakan mampu menghasilkan antibodi virus corona.

Perusahaan memulai percobaan manusia fase 1 pertama pada Maret dengan 45 sukarelawan, dan telah disetujui untuk segera memulai fase 2, yang akan melakukan pengujian kepada 600 orang pada akhir Mei atau Juni. Jika semuanya berjalan dengan baik, vaksinnya dapat diproduksi pada awal Juli mendatang.


Kabar tersebut tentunya memberikan harapan virus corona bisa segera ditanggulangi dan kehidupan kembali normal, roda perekonomian kembali berputar kencang. Sentimen pelaku pasar pun membaik, dan rupiah kembali menguat, meski masih tipis.

BI yang akan mengumumkan kebijakan moneter siang ini, sepertinya menjadi penahan laju rupiah. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan median 4,25% untuk suku bunga acuan. Artinya, BI 7 Day Reverse Repo Rate dikurangi 25 basis poin dari posisi saat ini yang sebesar 4,5%.

Rupiah saat ini menanti apakah Gubernur Perry mengumumkan suku bunga akan dipangkas seperti konsensus, atau malah masih dipertahankan. Pemangkasan suku bunga oleh BI bisa memberikan efek positif ke pasar dan membuat rupiah kembali menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

[Gambas:Video CNBC]





(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular