Internasional

Babak Baru 'Perang' AS-China, Bakal Kacau nih Saham Apple dkk

tahir saleh, CNBC Indonesia
18 May 2020 06:40
perang dagang
Foto: Presiden Donald Trump menyampaikan pidatonya di samping bendera AS dan China saat dia dan Presiden Cina Xi Jinping bertemu. REUTERS/Damir Sagolj/File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas. Pemantiknya terjadi saat pemerintahan Presiden AS Donald Trump memblokir pengiriman semikonduktor dari pembuat chip global ke Huawei pada Jumat (15/5/2020) dan kian memicu naiknya ketegangan hubungan dua negara adidaya ini.

Dalam pengumumannya, Departemen Perdagangan AS menyatakan sudah merevisi aturan ekspor guna mengekang gerak bisnis Huawei sehingga pabrikan ponsel asal Shenzhen itu tak bisa mengakses produk-produk semikonduktor yang merupakan produk dari perangkat lunak (software) dan teknologi dari AS.

"Pengumuman ini mencegah upaya Huawei [mencari celah] untuk melemahkan kontrol ekspor AS," kata Departemen Perdagangan AS, sebagaimana dilansir CNBC Internasional, Senin (18/5).

Mei tahun lalu, pemerintah Trump memang sudah melarang ekspor teknologi AS ke Huawei, tetapi raksasa teknologi China itu masih dapat membeli semikonduktor yang dibuat di luar AS dengan perangkat lunak dan peralatan AS. Departemen Perdagangan mengatakan revisi aturan baru ini memang dirancang untuk mengatasi celah itu.

Namun tampaknya aksi balasan dari China tinggal menunggu realisasi. Dalam sebuah cuitan di Twitter, seorang pemimpin redaksi sebuah surat kabar China yang dikendalikan negara, Global Times, mengatakan Beijing bisa saja mengambil tindakan balasan.

U.S. President Donald Trump, U.S. Secretary of State Mike Pompeo, U.S. President Donald Trump's national security adviser John Bolton and Chinese President Xi Jinping attend a working dinner after the G20 leaders summit in Buenos Aires, Argentina December 1, 2018. REUTERS/Kevin LamarqueFoto: Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping menghadiri jamuan makan malam setelah pertemuan pemimpin G20 di Buenos Aires, Argentina 1 Desember 2018. REUTERS / Kevin Lamarque
U.S. President Donald Trump, U.S. Secretary of State Mike Pompeo, U.S. President Donald Trump's national security adviser John Bolton and Chinese President Xi Jinping attend a working dinner after the G20 leaders summit in Buenos Aires, Argentina December 1, 2018. REUTERS/Kevin Lamarque


Komentar sang pemred tentang masalah perdagangan AS-China menurut Washington Post sering menjadi indikator yang dapat diandalkan untuk melihat apa yang akan dilakukan Beijing ke depan.

"Berdasarkan apa yang saya ketahui, jika AS lebih lanjut memblokir pasokan teknologi utama ke Huawei, China akan mengaktifkan 'daftar entitas yang tidak dapat diandalkan', membatasi atau menginvestigasi perusahaan-perusahaan AS seperti Qualcomm, Cisco dan Apple, dan menunda pembelian pesawat Boeing," kata Hu Xijin, Editor in Chief di Global Times dalam cuitannya.

Boeing adalah pabrikan pesawat komersial yang berbasis di Chicago, Illinois, AS. Boeing adalah kompetitor utama dari pabrikan pesawat Uni Eropa yang berbasis di Prancis, Airbus.


Akankah bara perang dagang babak kedua ini bakal menghantam saham-saham emiten teknologi di bursa Wall Street naik di New York Stock Exchange (NSYE) dan Bursa Nasdaq?

Berdasarkan data perdagangan Jumat pekan lalu (15/5/2020), saham Apple Inc. berkode AAPL di Bursa Nasdaq ditutup minus 0,59% di level US$ 307,71/saham dan secara tahun berjalan atau ytd (year to date) naik hanya 4,79% dan setahun terakhir mampu melesat 61,17%.

Kapitalisasi pasar saham Apple mencapai US$ 1.333 miliar alias US$ 1,33 triliun di Nasdaq. Apple menjadi perusahaan AS pertama yang memiliki kapitalisasi pasar US$ 1 triliun yang pertama kali disentuh pada Agustus 2018, sempat tergerus menjadi US$ 976 miliar pada pertengahan 2019, lalu naik lagi.


Saham Qualcomm Inc berkode QCOM di Nasdaq juga jatuh hingga 5,13% di level US$ 75,77/saham. Secara ytd, saham perusahaan semikonduktor AS ini minus 14,12% dan setahun turun 12,16% dengan kapitalisasi pasar (market cap) US$ 85,2 miliar.

Sementara itu, saham Cisco berkode CSCO ditutup naik 0,96% di level US$ 44,27/saham di Nasdaq. Tapi saham perusahaan sistem dan jaringan ini turun 7,69% secara ytd dan setahun terakhir juga jatuh 15,58%, dengan market cap US$ 187,7 miliar.

Saham pabrikan pesawat AS, Boeng Co, juga ambles 2,06% di level US$ 120/saham. Secara ytd, saham berkode BA di NYSE ini ambruk 63,16%. Setahun terakhir saham Boeing minus 65,28% dengan kapitalisasi pasar US$ 67,7 miliar.



[Gambas:Video CNBC]

Secara historis, perang dagang AS-China selalu membuat saham-saham perusahaan teknologi AS babak belur. Pertengahan 2019, ketika babak pertama perang dagang AS-China berkecamuk dan negosiasi tarif terus tarik ulur, saham Apple juga langsung ambles 4,6% pada 23 Agustus 2019, menurut catatan Marketrealist.com.

Saat itu China kian intensif, bakal menerapkan tarif lebih tinggi pada barang-barang impor dari AS senilai US$ 75 miliar. Besaran tarifnya antara 5-10%. Tarif ini akan dipungut dalam dua tahap dan mulai efektif 1 September dan 15 Desember 2019.

Selain saham Apple, saham pembuat chip juga terpuruk ke zona merah seperti NVIDIA (NVDA), Qualcomm (QCOM), dan Intel (INTC) masing-masing terjerembab 5,3%, 4,7%, dan 3,9%, pada 23 Agustus.

Pada 3 Desember 2019, komentar Trump yang baka menunda negosiasi tarif hingga selesai Pemilu AS juga menghantam kinerja saham-saham teknologi.

Saat itu, di hadapan wartawan, di sela-sela pertemuan negara-negara the North Atlantic Treaty Organization (NATO),  ia berujar sebaiknya semua pihak menunggu setelah Pemilu Presiden AS digelar. Dengan kata lain, setelah November 2020 nanti.

"Saya lebih suka ide menunggu sampai setelah Pemilu khususnya untuk deal dengan China. Tetapi mereka ingin memuat deal itu sekarang dan kita lihat saja nanti, apakah deal itu terjadi atau tidak," ujarnya, 4 Desember 2019, dikutip dari CNBC International.


Orang-orang memakai masker dan berjalan melewati toko Apple yang ditutup bersama dengan semua toko Apple lainnya di Cina karena masalah kesehatan di tengah wabah virus. (AP Photo/Mark Schiefelbein)Foto: Orang-orang memakai masker dan berjalan melewati toko Apple yang ditutup bersama dengan semua toko Apple lainnya di cina karena masalah kesehatan di tengah wabah virus. (AP Photo/Mark Schiefelbein)
Orang-orang memakai masker dan berjalan melewati toko Apple yang ditutup bersama dengan semua toko Apple lainnya di Cina karena masalah kesehatan di tengah wabah virus. (AP Photo/Mark Schiefelbein)


Pernyataan itu membuat saham raksasa teknologi AS jatuh. Saham Apple ambles 2,5% sekitar setengah hari perdagangan, sementara indeks S&P 500 juga turun 1,1%.

"Meskipun ini semua [negosiasi dagang AS-China] adalah [semacam] permainan poker taruhan tingkat tinggi antara AS dan China saat mereka menuju ke kesepakatan Tahap 1 tentang negosiasi tarif, Apple terus berada dalam 'pertempuran' [kedua negara itu] mengingat jejak manufaktur iPhone cukup unggul di China," kata analis Wedbush, Dan Ives, dikutip barrons.com.

Kini hubungan AS-China memanas lagi dan berpotensi menghantam bursa Wall Street. Selain itu, CNBC menilai, revisi aturan AS ini akan memukul bisnis Huawei, produsen ponsel terbesar kedua di dunia, begitu juga dengan bisnis TSMC asal Taiwan, produsen utama chip HiSilicon milik Huawei, Apple, dan Qualcomm yang menjadi kompetitornya.


Berdasarkan peraturan, perusahaan asing yang menggunakan peralatan pembuat chip AS memerlukan lisensi dari pemerintah AS sebelum memasok chip tertentu ke Huawei ataupun unit usahanya, seperti HiSilicon.

Huawei bisa mendapatkan beberapa chipset atau menggunakan beberapa desain semikonduktor yang terkait dengan perangkat lunak dan teknologi AS, asalkan dapat lisensi dari Departemen Perdagangan AS.

Pada Mei 2019, AS menempatkan Huawei dan 114 afiliasinya dalam daftar hitam dengan alasan masalah keamanan nasional. Hal itu memaksa beberapa perusahaan AS dan asing untuk mencari lisensi khusus dari Departemen Perdagangan untuk menjualnya. China yang menjajaki kemitraan dengan pemerintah AS tampaknya frustrasi dengan kendala yang ada.

Selain itu, pekan lalu, Trump memperpanjang lagi untuk satu tahun ke depan tentang kebijakan darurat nasional teknologi yang sudah diumumkan Mei 2019. Artinya diperpanjang hingga Mei 2021.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular