Analisis Teknikal

Sentimen Campur Aduk, IHSG Bimbang Tentukan Arah

Haryanto, CNBC Indonesia
15 May 2020 08:23
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Jumat 28/2/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Jumat 28/2/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan akhir pekan, Jumat (15/5/2020) berpotensi melemah di tengah risiko geopolitik global akibat wabah virus corona. Tidak hanya AS, banyak negara yang kecewa dengan China karena mereka tidak tahu apa-apa tetapi menjadi korban.

Sebelumnya, pada perdagangan Kamis kemarin (14/5/2020) bursa saham Tanah Air membukukan penurunan 40,53 poin atau sebesar 0,89% menjadi 4.513,83 dengan rentang harga tertinggi harian di 4.564,15 dan terendah di 4.494,15, karena meningkatnya kembali tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China.

Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, nilai transaksi pada perdagangan Kamis kemarin sebesar Rp 6,69 triliun, dengan investor asing kembali melakukan aksi jual bersih (net sell) hampir mencapai Rp 1 triliun, tepatnya sebesar Rp 956,16 miliar di pasar reguler dan negosiasi.

Saham-saham yang turun di antaranya PT Envy Technologies Indonesia Tbk (ENVY) (-6,67%), PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS) (-6,43%), PT Adaro Energy Tbk (ADRO) (-5,50%), Sedangkan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPS) (-5,45%) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) (-5,26%).

 

Sementara dari bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada penutupan perdagangan Kamis kemarin (Jumat pagi waktu Indonesia), Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 377,37 poin atau 1,6% menjadi 23.625,34, Nasdaq naik 80,55 poin atau 0,9% menjadi 8.943,72 dan S&P 500 melonjak 32,50 poin atau 1,2% menjadi 2.852,50.

Rebound di Wall Street terjadi ketika para pelaku pasar kembali menyatakan optimisme tentang negara-negara yang dibuka kembali di tengah pandemi virus corona.

Menambah sentimen positif, Gubernur New York Andrew Cuomo memperluas pembukaan kembali negara secara bertahap ke lima wilayah. Wilayah-wilayah di New York bagian utara dan tengah dapat melanjutkan operasi manufaktur, konstruksi dan pertanian serta penumpukan di toko-toko ritel mulai Jumat.

Terlepas dari kenaikan kemarin, bagaimanapun, Wall Street menuju penurunan mingguan terbesar sejak akhir Maret. Dow dan S&P 500 keduanya turun lebih dari 2% untuk minggu ini (week to date/wtd). Nasdaq telah kehilangan hampir 2% wtd, melansir dari CNBC Internasional.

"Mengingat banyaknya ketidakpastian tentang krisis yang masih membayangi ini, kita seharusnya tidak terkejut dengan kemunduran yang kita lihat di pasar minggu ini," kata Scott Knapp, kepala strategi pasar di CUNA Mutual Group.

[Gambas:Video CNBC]

Laporan data dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa klaim pengangguran mingguan untuk pekan yang berakhir 9 Mei berjumlah hampir 3 juta. Itu membuat jumlah total klaim menjadi lebih dari 36 juta sejak krisis virus corona dimulai.

Sementara Reuters mengabarkan, China Institutes of Contemporary International Relations (CICIR) yang merupakan lembaga think tank dengan afiliasi ke Kementerian Pertahanan Negeri Tirai Bambu, membuat laporan bahwa Beijing berisiko diterpa sentimen kebencian dari berbagai negara. Skenario terburuknya, China harus bersiap dengan kemungkinan terjadinya konfrontasi bersenjata alias perang.

Pada catatan pukul 07:30 WIB Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) kontrak berjangka (futures) naik 0,20% pada 23.581, S&P 50 naik tipis 0,17%  menjadi 2.851, sedangkan Nasdaq Composite 100 menguat 0,27% pada 9.104.

Pada perdagangan pagi ini Jumat (15/5/2020) rebound di bursa saham Wall Street kemungkinan memberikan harapan baru bagi IHSG untuk bisa mengikuti ke zona hijau.

 

Analisis TeknikalFoto: Revinitif
Analisis Teknikal

 

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (Hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support), terus menembus (break) level support, dengan pelebaran garis BB mengindikasikan untuk turun lebih lanjut. 

Penurunan lebih lanjut perlu melewati level support yang berada di 4.485 dan berlanjut ke area 4.450. Sementara untuk merubah bias menjadi bullish perlu melewati resistance yang berada di area 4.550 hingga area 4.595.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) dengan garis MA yang masih berada di wilayah negatif, probablitias turun lebih lanjut semakin tinggi.

Indikator Stochastic yang memberikan sinyal pergerakan arah tren dengan menggunakan area titik jenuh jual (oversold) di bawah area 20 dan jenuh beli (overbought) di atas area 80, masih menunjukkan oversold, artinya ada kecenderungan untuk rebound.

Secara keseluruhan, dari fundamental dengan rebound bursa saham Wall Street dikombinasikan teknikal dengan indikator Stochastic yang oversold, maka pergerakan IHSG mencoba untuk rebound di tengah beragan sentimen pasar.

Perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular