Kasus Corona 25.000 Lebih, Dolar Singapura Turun ke Rp 10.478

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 May 2020 16:53
Singapore currency notes are seen through a magnifying glass among other currencies in this photo illustration taken in Singapore April 12, 2013. REUTERS/Edgar Su
Foto: REUTERS/Edgar Su
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura melemah melawan rupiah pada perdagangan Rabu (13/5/2020) setelah jumlah kasus penyakit virus corona (Covid-19) tembus 25.000 orang.

Pada pukul 15:35 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.478,41, dolar Singapura melemah 0,11% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Mata uang Negeri Merlion ini masih berada di dekat level terlemah satu setengah bulan Rp 10.433,53/SG$ yang disentuh pada 4 Mei lalu.

Kementerian Kesehatan Singapura (Ministry of Health/MOH) melaporkan terjadi penambahan kasus baru sebanyak 675, sehingga total kasus Covid-19 menjadi 25.346 orang. Dari total tersebut, sebanyak 21 orang meninggal dan 3.851 dinyatakan sembuh.

Menteri Pembangunan Nasional Singapura, yang juga Kepala Gugus Tugas Covid-19, Lawrence Wong pada pekan lalu mengatakan perjuangan melawan virus yang berasal dari kota Wuhan China tersebut baru setengah jalan.

"Ini adalah paruh pertama dari sebuah marathon (penanggulangan Covid-19)," kata Wong, sebagaimana dilansir CNBC International.



Meski demikian Pemerintah Singapura sudah melonggarkan karantina wilayah atau yang disebut "circuit breaker" mulai Selasa kemarin. Sebagian aktivitas di sektor industri manufaktur seperti biofarmasi dan petrokimia akan mulai dibuka.

Menteri Kesehatan Singapura, Gan Kim Yong, mengatakan, pelonggaran selanjutnya akan dilakukan pada 1 Juni mendatang, tetapi tetap harus berhati-hati.

"Kami tidak memperkirakan 1 Juni ekonomi akan dibuka semua, semua akan akan kembali normal, kita mulai merayakan dan berpesta. Kita harus melakukan ini dengan hati-hati" kata Gan sebagaimana dilansir The Strait Times.

"Jika terjadi penambahan kasus yang besar setelah pelonggaran pertama, maka pelonggaran selanjutnya harus dimundurkan, dan kemungkinan akan kembali menerapkan circuit breaker untuk mengendalikan penyeraban Covid-19," ujarnya.

Singapura layak waspada, China dan Korea Selatan sudah mengalami penambahan kasus sejak melonggarkan lockdown, sehingga muncul risiko penyebaran gelombang kedua. Singapura sendiri sudah merasakan gelombang kedua tersebut terlebih dahulu.

Singapura merupakan salah satu negara yang terpapar Covid-19 sejak awal kemunculannya, bahkan sempat menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China. Tetapi, Singapura mampu meredam penyebarannya, hingga pertengahan Maret total jumlah kasus sekitar 200-an orang.

Namun setelahnya, Negeri Merlion menghadapi "serangan" virus corona gelombang kedua. Sebabnya, warga negara Singapura yang tinggal di Eropa maupun Amerika Serikat (AS) "mudik" setelah Eropa kemudian AS menjadi episentrum penyebaran COVID-19.

Dampaknya, Singapura mengalami lonjakan kasus, hingga saat ini sudah lebih dari 25.000 orang, meroket dibandingkan pertengahan Maret lalu yang total kasusnya hanya 200-an.

TIM RISET CNBC INDONESIA 
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular