
Analisis Teknikal
Mau Menguat Lagi? Hari Ini Rupiah Perlu 'Tenaga Ekstra'
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 May 2020 08:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali menguat 0,27% ke Rp 14850/US$ dan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia pada perdagangan awal pekan kemarin. Tetapi penguatan tidak dicapai dengan mudah, rupiah mengarungi perdagangan dengan sangat labil, beberapa kali keluar masuk zona merah dan hijau.
Pergerakan tersebut menunjukkan rupiah perlu "tenaga ekstra" agar bisa menguat lagi pada perdagangan hari ini, Selasa (12/5/2020).
Sepanjang pekan lalu, rupiah mencatat pelemahan 0,44%, menjadi koreksi "sehat" mengingat rupiah sebelumnya sudah menguat dalam 4 pekan beruntun, dan sepanjang April melesat lebih dari 9%.
Penguatan lebih dari 9% tersebut sepertinya masih terlalu besar bagi rupiah di tengah pandemi virus corona (Covid-19) masih masih memberikan risiko pelambatan ekonomi. Apalagi pada pekan lalu Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo masih menegaskan jika rupiah akan berada di kisaran Rp 15.000/US$ di akhir tahun. Padahal di akhir April rupiah sudah menyentuh level Rp 14.825/US$.
Gubernur Perry mengatakan dalam jangka pendek rupiah memang akan naik turun dipengaruhi faktor teknikal, dan perkembangan situasi global.
Rupiah di Rp 15.000/US$ di akhir tahun yang diungkapkan oleh Perry memberikan dampak psikologis di pasar, para investor tentunya melihat jika rupiah kembali menguat tidak akan jauh dari level tersebut. Sehingga perlu momentum atau "tenaga ekstra" yang lebih besar agar rupiah bisa melaju kencang lagi.
Senin kemarin, rupiah menguat setelah pemerintah Indonesia akan mengizinkan masyarakat berusia di bawah 45 tahun untuk kembali beraktivitas di tengah wabah pandemi Covid-19, sehingga roda perekonomian perlahan kembali berputar.
Hal tersebut ditegaskan Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Letnan Jenderal TNI Doni Monardo dalam konferensi pers yang diselenggarakan melalui live streaming usai rapat terbatas, Senin (11/5/2020).
Meski demikian, pelaku pasar global saat ini dibuat was-was dengan kemungkinan penyebaran virus corona gelombang kedua. China dan Korea Selatan mulai mencatat kenaikan jumlah kasus, China bahkan sudah menerapkan lockdown di Kota Shulan, Provinsi Jilin. Ini dilakukan agar virus tidak semakin menyebar. Hal tersebut bisa mempengaruhi sentimen pelaku pasar dan memberikan dampak negatif ke rupiah.
Analisis Teknikal
Rupiah atau yang disimbolkan USD/IDR kini berada di dekat support (tahanan bawah) Rp 14.835-14.800/US$, dan peluang penguatan ke area tersebut masih cukup terbuka.
Namun, melihat indikator stochastic pada grafik harian masih berada di level jenuh jual (oversold) dalam waktu yang cukup lama, risiko koreksi rupiah cukup besar.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di atas bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.
Selama tertahan di atas support, Mata Uang Garuda berisiko terkoreksi ke Rp 14.930/US$, jika dilewati maka rupiah akan menuju level psikologis Rp 15.000/US$.
Resisten (tahanan atas) yang kuat berada di kisaran Rp 15.090 -15.100/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 50%. Resisten tersebut sukses menahan pelemahan rupiah pada perdagangan Selasa dan Rabu lalu.
Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Selama tertahan di bawah Fib. 50% tersebut, ke depannya peluang penguatan rupiah masih terbuka.
Sebaliknya jika support Rp 14.835-14.800/US$ hari ini berhasil ditembus, rupiah berpotensi menguat menuju Rp 14.730/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pergerakan tersebut menunjukkan rupiah perlu "tenaga ekstra" agar bisa menguat lagi pada perdagangan hari ini, Selasa (12/5/2020).
Sepanjang pekan lalu, rupiah mencatat pelemahan 0,44%, menjadi koreksi "sehat" mengingat rupiah sebelumnya sudah menguat dalam 4 pekan beruntun, dan sepanjang April melesat lebih dari 9%.
Gubernur Perry mengatakan dalam jangka pendek rupiah memang akan naik turun dipengaruhi faktor teknikal, dan perkembangan situasi global.
Rupiah di Rp 15.000/US$ di akhir tahun yang diungkapkan oleh Perry memberikan dampak psikologis di pasar, para investor tentunya melihat jika rupiah kembali menguat tidak akan jauh dari level tersebut. Sehingga perlu momentum atau "tenaga ekstra" yang lebih besar agar rupiah bisa melaju kencang lagi.
Senin kemarin, rupiah menguat setelah pemerintah Indonesia akan mengizinkan masyarakat berusia di bawah 45 tahun untuk kembali beraktivitas di tengah wabah pandemi Covid-19, sehingga roda perekonomian perlahan kembali berputar.
Hal tersebut ditegaskan Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Letnan Jenderal TNI Doni Monardo dalam konferensi pers yang diselenggarakan melalui live streaming usai rapat terbatas, Senin (11/5/2020).
Meski demikian, pelaku pasar global saat ini dibuat was-was dengan kemungkinan penyebaran virus corona gelombang kedua. China dan Korea Selatan mulai mencatat kenaikan jumlah kasus, China bahkan sudah menerapkan lockdown di Kota Shulan, Provinsi Jilin. Ini dilakukan agar virus tidak semakin menyebar. Hal tersebut bisa mempengaruhi sentimen pelaku pasar dan memberikan dampak negatif ke rupiah.
Analisis Teknikal
Rupiah atau yang disimbolkan USD/IDR kini berada di dekat support (tahanan bawah) Rp 14.835-14.800/US$, dan peluang penguatan ke area tersebut masih cukup terbuka.
Namun, melihat indikator stochastic pada grafik harian masih berada di level jenuh jual (oversold) dalam waktu yang cukup lama, risiko koreksi rupiah cukup besar.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di atas bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.
![]() Foto: Refinitiv |
Selama tertahan di atas support, Mata Uang Garuda berisiko terkoreksi ke Rp 14.930/US$, jika dilewati maka rupiah akan menuju level psikologis Rp 15.000/US$.
Resisten (tahanan atas) yang kuat berada di kisaran Rp 15.090 -15.100/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 50%. Resisten tersebut sukses menahan pelemahan rupiah pada perdagangan Selasa dan Rabu lalu.
Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Selama tertahan di bawah Fib. 50% tersebut, ke depannya peluang penguatan rupiah masih terbuka.
Sebaliknya jika support Rp 14.835-14.800/US$ hari ini berhasil ditembus, rupiah berpotensi menguat menuju Rp 14.730/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular