Internasional

Ekonomi Negara Ini Bakal Runtuh dalam Sebulan karena COVID-19

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
08 May 2020 08:30
Rio's Christ the Redeemer statue is lit up with an image of the earth, as a way to show support for those afflicted by the new coronavirus, in Rio de Janeiro, Brazil, Wednesday, March 18, 2020. For most people COVID-19 causes mild or moderate symptoms. For others, especially the elderly and people with existing health problems, it can cause many other serious illnesses, including pneumonia. (AP Photo/Silvia Izquierdo)
Foto: Patung Christ the Redeemer atau patung Yesus Kristus dengan gaya arsitektur Art Deco terbesar di Rio de Janeiro, Brasil ini bergambar cahaya sebagai dukungan bagi mereka yang menderita virus corona Covid-19. (AP/Silvia Izquierdo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Ekonomi Paulo Guedes memperingatkan jika Brasil dapat mengalami "keruntuhan ekonomi" akibat aturan social distancing untuk menekan angka penyebaran virus corona (COVID-19).

"Dalam waktu sekitar 30 hari, mungkin akan mulai ada kekurangan di rak-rak (toko) dan produksi mungkin menjadi tidak terorganisir, yang mengarah ke sistem keruntuhan ekonomi, gangguan sosial," kata Guedes pada Kamis (7/5/2020), dikutip dari AFP.

Selain itu, negara ekonomi terbesar di Amerika Latin ini juga mengalami kekurangan makanan. "Ini peringatan serius," tambahnya.

Di sisi lain, Presiden Brazil Jair Bolsonaro menentang aturan tinggal di rumah atau social distancing untuk menekan angka penyebaran virus. Ia mengatakan aturan yang dibuat seharusnya tidak perlu merusak ekonomi.

Bolsonaro yang sering mencemooh aturan pembatasan sosial, membandingkan virus corona baru dengan "sedikit flu". Seraya mengatakan bahwa dia memahami "masalah virus" dan percaya bahwa "kita harus menyelamatkan hidup."

"Tetapi ada masalah yang semakin mengkhawatirkan kami ... dan itu adalah masalah pekerjaan, ekonomi yang macet," tambah Bolsonaro. "Memerangi virus seharusnya tidak melakukan lebih banyak kerusakan daripada virus itu sendiri."

Bolsonaro dan Guedes membuat pernyataan tersebut setelah melakukan kunjungan yang tidak dijadwalkan ke ketua Mahkamah Agung Brasil, Dias Toffoli. Pengadilan baru-baru ini memutuskan bahwa pemerintah negara bagian dan lokal memiliki hak untuk menentukan aturan langkah-langkah sosial sendiri.

Seperti langkah yang harus diambil guna menekan angka penyebaran virus. Keputusan tersebut menentang kekuasaan pemerintah Bolsonaro, yang ingin mencabut banyak peraturan.

Bolsonaro memenangkan pemilihan pada 2018 lalu. Ia  menjanjikan ekonomi negara dengan pemotongan penghematan, privatisasi, dan reformasi fiskal.

Namun akibat pandemi COVID-19, proyek tersebut gagal dan malah menghancurkan ekonomi. Ini memaksa pemerintah melakukan pengeluaran stimulus besar-besaran.

Menurut perkiraan Dana Moneter Internasional (IMF), Brasil akan menghadapi kontraksi ekonomi 5,3 persen tahun ini akibat pandemi COVID-19. Padahal, negeri itu baru saja keluar dari resesi besar-besaran pada tahun 2015 dan 2016.

Hingga kini, menurut data Worldometers, Brasil menduduki posisi kedelapan dengan 135.693 kasus positif, 9.188 kasus kematian, dan 55.350 kasus berhasil sembuh per Jumat (8/5/2020). Kota Sao Paulo, Rio de Janeiro, dan Manaus menjadi daerah yang memiliki banyak kasus terjangkit.

[Gambas:Video CNBC]





(sef/sef) Next Article Krisis COVID-19, Perusahaan Minyak Ini Rugi Rp 124 Triliun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular