
Analisis Teknikal
Meski Sulit, Ada Peluang Rupiah Cetak Quintrick Hari Ini
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 May 2020 08:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berhasil menguat pada perdagangan Rabu (6/5/2020) dua hari lalu, dan kembali ke bawah Rp 15.000/US$. Rupiah masih mampu membukukan penguatan meski data ekonomi Indonesia menunjukkan kemerosotan akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).
Pada pekan lalu, rupiah berhasil membukukan quattrick alias penguatan 4 pekan beruntun, sehingga hari ini berpeluang mencetak quintrick atau penguatan 5 pekan beruntun. Meski cukup sulit, rupiah harus menguat setidaknya menguat 1,07%, tapi peluang masih tetap terbuka.
Rabu lalu, rupiah mengakhiri perdagangan di level Rp 14.980/US$ atau menguat 0,33% di pasar spot. Sejak awal pekan, data dari dalam negeri menunjukkan keterpurukan perekonomian.
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini melaporkan pertumbuhan ekonomi (produk domestic bruto/PDB) Indonesia triwulan I-2020 tumbuh 2,97% secara year-on-year (YoY), terendah sejak triwulan IV-2001.
Rilis tersebut jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi domestik tumbuh 4,33% YoY.
Kemudian BPS merilis pada April 2020 terjadi inflasi sebesar 0,08%. Adapun secara tahunan inflasi berada di 2,67%.
Rendahnya inflasi tersebut menjadi salah satu indikasi penurunan daya beli masyarakat yang menurun, akibat banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) serta penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah Indonesia.
Selain itu, IHS Markit melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia di angka 27,5 alias mengalami kontraksi. Jauh menurun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 43,5 dan menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI yang dimulai sejak April 2011.
Pelaku pasar sepertinya sudah "menerima" perekonomian Indonesia melambat, bahkan perekonomian global yang akan mengalami resesi akibat bencana kesehatan Covid-19, dan bukan ulah manusia.
Yang terpenting bagi investor saat ini adakah kemampuan meredam penyebaran Covid-19 dan segara memutar kembali roda perekonomian. Rupiah pun masih bergerak stabil sejak awal pekan dan cenderung menguat.
Di perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (8/5/2020) rupiah juga berpeluang kembali menguat melihat sentimen pelaku pasar yang sedang bagus. Hal tersebut tercermin dari penguatan bursa saham AS (Wall Street) yang diikuti bursa Asia pagi ini.
Selain itu, Kementerian Perekonomian mengeluarkan sebuah rentang waktu atau timeline pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi Covid-19 yang menunjukkan PSBB akan dilonggarkan dalam beberapa fase mulai 1 Juni. Meski dikatakan masih dalam bentuk kajian, setidaknya hal tersebut memberi harapan roda perekonomian akan segera berputar kembali secara perlahan.
Analisis Teknikal
Level psikologis Rp 15.000/US$ masih menjadi kunci pergerakan rupiah yang disimbolkan USD/IDR.
Selama tertahan di bawahnya rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.930/US$. Support (tahanan bawah) selanjutnya jika level tersebut dilewati adalah Rp 14.835/US$. Jika support tersebut berhasil ditembus, peluang rupiah mencatat quintrick semakin besar.
Sementara jika kembali ke atas level psikologis, rupiah berisiko melemah melihat dari indikator stochastic pada grafik harian yang berada di level jenuh jual (oversold) dalam waktu yang cukup lama.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di atas bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.
Resisten (tahanan atas) terdekat berada di kisaran Rp 15.090 -15.100/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 50%. Resisten tersebut sukses menahan pelemahan rupiah pada perdagangan Selasa dan Rabu lalu.
Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Selama tertahan di bawah Fib. 50% tersebut, ke depannya peluang penguatan rupiah masih terbuka.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada pekan lalu, rupiah berhasil membukukan quattrick alias penguatan 4 pekan beruntun, sehingga hari ini berpeluang mencetak quintrick atau penguatan 5 pekan beruntun. Meski cukup sulit, rupiah harus menguat setidaknya menguat 1,07%, tapi peluang masih tetap terbuka.
Rabu lalu, rupiah mengakhiri perdagangan di level Rp 14.980/US$ atau menguat 0,33% di pasar spot. Sejak awal pekan, data dari dalam negeri menunjukkan keterpurukan perekonomian.
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini melaporkan pertumbuhan ekonomi (produk domestic bruto/PDB) Indonesia triwulan I-2020 tumbuh 2,97% secara year-on-year (YoY), terendah sejak triwulan IV-2001.
Rilis tersebut jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi domestik tumbuh 4,33% YoY.
Kemudian BPS merilis pada April 2020 terjadi inflasi sebesar 0,08%. Adapun secara tahunan inflasi berada di 2,67%.
Rendahnya inflasi tersebut menjadi salah satu indikasi penurunan daya beli masyarakat yang menurun, akibat banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) serta penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah Indonesia.
Selain itu, IHS Markit melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia di angka 27,5 alias mengalami kontraksi. Jauh menurun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 43,5 dan menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI yang dimulai sejak April 2011.
Pelaku pasar sepertinya sudah "menerima" perekonomian Indonesia melambat, bahkan perekonomian global yang akan mengalami resesi akibat bencana kesehatan Covid-19, dan bukan ulah manusia.
Yang terpenting bagi investor saat ini adakah kemampuan meredam penyebaran Covid-19 dan segara memutar kembali roda perekonomian. Rupiah pun masih bergerak stabil sejak awal pekan dan cenderung menguat.
Di perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (8/5/2020) rupiah juga berpeluang kembali menguat melihat sentimen pelaku pasar yang sedang bagus. Hal tersebut tercermin dari penguatan bursa saham AS (Wall Street) yang diikuti bursa Asia pagi ini.
Selain itu, Kementerian Perekonomian mengeluarkan sebuah rentang waktu atau timeline pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi Covid-19 yang menunjukkan PSBB akan dilonggarkan dalam beberapa fase mulai 1 Juni. Meski dikatakan masih dalam bentuk kajian, setidaknya hal tersebut memberi harapan roda perekonomian akan segera berputar kembali secara perlahan.
Analisis Teknikal
Level psikologis Rp 15.000/US$ masih menjadi kunci pergerakan rupiah yang disimbolkan USD/IDR.
Selama tertahan di bawahnya rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.930/US$. Support (tahanan bawah) selanjutnya jika level tersebut dilewati adalah Rp 14.835/US$. Jika support tersebut berhasil ditembus, peluang rupiah mencatat quintrick semakin besar.
Sementara jika kembali ke atas level psikologis, rupiah berisiko melemah melihat dari indikator stochastic pada grafik harian yang berada di level jenuh jual (oversold) dalam waktu yang cukup lama.
![]() idr |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di atas bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.
Resisten (tahanan atas) terdekat berada di kisaran Rp 15.090 -15.100/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 50%. Resisten tersebut sukses menahan pelemahan rupiah pada perdagangan Selasa dan Rabu lalu.
Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Selama tertahan di bawah Fib. 50% tersebut, ke depannya peluang penguatan rupiah masih terbuka.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular