
Sempat Labil, IHSG Harus Menepi di Zona Merah pada Sesi I

Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat labil di awal pembukaan perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir perdagangan sesi I IHSG terkoreksi 0,63% di level 4.600,90
Penurunan ini terjadi meskipun banyaknya sentimen positif di pasar global seperti pelonggaran karantina wilayah (lockdown) di berberapa negara di Eropa seperti Jerman, Spanyol, Portugal, Belanda, dan Italy. Bahkan di Jerman sendiri taman, kebun binatang, dan museum sudah dibuka kembali.
Hal ini memunculkan optimisme para investor bahwa virus COVID-19 akan segera berlalu dan pelonggaran tersebut akan memutar kembali roda perekonomian dunia.
Penurunan ini ditenggarai oleh aksi jual bersih investor asing di IHSG. Pada penutupan sesi I tercatat transaksi jual bersih asing senilai Rp 158 miliar.
Aksi jual asing terbanyak terjadi di saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang mencatatkan penjualan bersih asing sebanyak Rp 63 miliar yang menyebabkan harga saham berkode TLKM ini terdepresiasi sebesar 2,71% ke harga 3.230 per unit.
Sedangkan aksi beli bersih asing masih berlanjut di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang selama 4 hari berturut-turut dikoleksi investor asing. Hari ini investor asing melakukan pembelian bersih di saham BBCA sebanyak Rp 44 miliar yang menyebabkan harga saham BBCA terapresiasi sebesar 0,66% ke harga 26.600 per unit.
Bursa Asia lainnya sendiri mampu merespons sentimen global ini dengan positif seperti Hangseng Index Hongkong yang naik senilai 0,66%, Straits Times Singapura terapresiasi senilai 0,98%, sementara itu bursa Jepang masih belum dibuka sejak 1 May 2020 karena libur nasional.
Sentimen negatif dari pasar domestik sendiri muncul kemarin dengan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020 yang tercatat hanya 2,97%(tahunan).
PDB kuartal I-2020 jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yaitu sebesar 4,33% Year-on-year (YoY) padahal dampak virus COVID-19 di Indonesia belum begitu terasa pada triwulan I 2020.
Perlambatan ekonomi Indonesia ini diakibatkan oleh rendahnya konsumsi rumah tangga karena adanya pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berberapa daerah di Indonesia sejak bulan Maret. Konsumsi rumah tangga sendiri turun dari 5,02% di triwulan I 2019 menjadi 2,84% di triwulan I 2020.
(trp/trp) Next Article IHSG Anjlok 1,7%, Ternyata Asing Jualan 5 Saham Big Cap Ini!