
PDB RI Cuma Tumbuh 2,97% di Q1, Rupiah Dekati Rp 15.100/US$
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 May 2020 11:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (5/5/2020) mendekati Rp 15.100/US$, setelah pertumbuhan ekonomi Indonesia merosot tajam di triwulan I-2020 akibat penyebaran penyakit virus corona (Covid-19) yang membuat roda perekonomian melambat.
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung melemah 0,17% di Rp 15.075/US$. Pelemahan sempat bertambah menjadi 0,2%, tetapi setelahnya rupiah mampu berbalik menguat hingga 0,47% ke Rp 14.890/US$.
Tetapi tidak lama, rupiah perlahan memangkas penguatan hingga stagnan. Setelah rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia, rupiah kembali masuk ke zona merah, melemah melemah 0,23%di Rp 15.085/US$ pada pukul 11:40 WIB berdasarkan data Refinitiv.
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia (produk domestic bruto/PDB) triwulan I-2020 tumbuh 2,97% secara year-on-year (YoY).
Rilis tersebut jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi domestik tumbuh 4,33% YoY.
Kepala BPS Suhariyanto memaparkan pada triwulan I-2020 ada beberapa catatan peristiwa yang mempengaruhi PDB.
"Penyebaran covid-19 ini membuat ekonomi global terkontraksi," kata Suhariyanto, Selasa (5/4/2020).
Sementara, ekonomi beberapa mitra dagang Indonesia terkontraksi sebagai akibat adanya pembatasan aktivitas lockdown untuk mengendalikan penyerbaran Covid-19
Harga komoditas migas dan hasil tambang pun pada Triwulan I-2020 menunjukkan penurunan. "Jadi apa yang bisa dilihat adalah semua indikator terpengaruh Covid-19," kata Suhariyanto.
"Pada triwulan I-2020, ekonomi ini mengalami perlambatan yang sangat dalam," katanya.
Merespon merosotnya PDB Indonesia, pergerakan rupiah terbilang "santai", tidak terjadi gejolak yang berlebihan. Pelaku pasar sepertinya sudah "menerima" perekonomian Indonesia melambat, bahkan perekonomian global yang akan mengalami resesi akibat bencana kesehatan Covid-19, dan bukan ulah manusia.
Yang terpenting bagi investor saat ini adakah kemampuan meredam penyebaran Covid-19 dan segara memutar kembali roda perekonomian.
Rilis PDB hari ini melengkapi data yang dirilis awal pekan kemarin yang juga menunjukkan dampak buruk Covid-19.
IHS Markit melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia di angka 27,5 alias mengalami kontraksi. Jauh menurun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 43,5 dan menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI yang dimulai sejak April 2011.
Kemudian BPS merilis pada April 2020 terjadi inflasi sebesar 0,08%. Adapun secara tahunan inflasi berada di 2,67%.
Rendahnya inflasi tersebut menjadi salah satu indikasi penurunan daya beli masyarakat yang menurun, akibat banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) serta penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung melemah 0,17% di Rp 15.075/US$. Pelemahan sempat bertambah menjadi 0,2%, tetapi setelahnya rupiah mampu berbalik menguat hingga 0,47% ke Rp 14.890/US$.
Tetapi tidak lama, rupiah perlahan memangkas penguatan hingga stagnan. Setelah rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia, rupiah kembali masuk ke zona merah, melemah melemah 0,23%di Rp 15.085/US$ pada pukul 11:40 WIB berdasarkan data Refinitiv.
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia (produk domestic bruto/PDB) triwulan I-2020 tumbuh 2,97% secara year-on-year (YoY).
Rilis tersebut jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi domestik tumbuh 4,33% YoY.
Kepala BPS Suhariyanto memaparkan pada triwulan I-2020 ada beberapa catatan peristiwa yang mempengaruhi PDB.
"Penyebaran covid-19 ini membuat ekonomi global terkontraksi," kata Suhariyanto, Selasa (5/4/2020).
Sementara, ekonomi beberapa mitra dagang Indonesia terkontraksi sebagai akibat adanya pembatasan aktivitas lockdown untuk mengendalikan penyerbaran Covid-19
Harga komoditas migas dan hasil tambang pun pada Triwulan I-2020 menunjukkan penurunan. "Jadi apa yang bisa dilihat adalah semua indikator terpengaruh Covid-19," kata Suhariyanto.
"Pada triwulan I-2020, ekonomi ini mengalami perlambatan yang sangat dalam," katanya.
Merespon merosotnya PDB Indonesia, pergerakan rupiah terbilang "santai", tidak terjadi gejolak yang berlebihan. Pelaku pasar sepertinya sudah "menerima" perekonomian Indonesia melambat, bahkan perekonomian global yang akan mengalami resesi akibat bencana kesehatan Covid-19, dan bukan ulah manusia.
Yang terpenting bagi investor saat ini adakah kemampuan meredam penyebaran Covid-19 dan segara memutar kembali roda perekonomian.
Rilis PDB hari ini melengkapi data yang dirilis awal pekan kemarin yang juga menunjukkan dampak buruk Covid-19.
IHS Markit melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia di angka 27,5 alias mengalami kontraksi. Jauh menurun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 43,5 dan menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI yang dimulai sejak April 2011.
Kemudian BPS merilis pada April 2020 terjadi inflasi sebesar 0,08%. Adapun secara tahunan inflasi berada di 2,67%.
Rendahnya inflasi tersebut menjadi salah satu indikasi penurunan daya beli masyarakat yang menurun, akibat banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) serta penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular