
Kurs dolar Australia Melesat 1% Lebih ke Rp 9.625/AU$
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 May 2020 11:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan dolar Australia pada perdagangan Senin (4/5/2020) setelah pemerintahnya berencana melonggarkan karantina wilayah (lockdown) melalui beberapa tahap. Di sisi lain, rupiah mengalami tekanan akibat memburuknya sentimen pelaku pasar akibat risiko terjadinya babak baru perang dagang AS-China.
Pada pukul 10:40 WIB, AU$ 1 setara Rp 9.625,98, dolar Australia menguat 1,19% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Melansir Daily Telegraph Minggu (3/5/2020) kemarin, Kepala Petugas Medis Australia, Professor Brendan Murphy, mengatakan lockdown akan dilonggarkan dan meminta warga Australia untuk mengunduh aplikasi coronavirus traccing agar bisa memantau bagaimana pelonggaran akan dilakukan.
Prof. Murphy mengatakan pelonggaran lockdown akan dilakukan secara bertahap, dan memperingatkan pelonggaran yang terlalu cepat akan memicu terjadinya penyebaran gelombang kedua seperti di beberapa negara lain.
Ia menambahkan, setiap tahap akan dievaluasi dalam beberapa minggu, sebelum memutuskan apakah akan melakukan pelonggaran lebih lanjut.
"Virus itu masih ada di masyarakat kita, Covid-19 masih diantara kita, kita... berada dalam posisi yang jauh lebih baik dibandingkan beberapa negara lainnya di dunia, tetapi kita masih tetap harus berhati-hati dalam melakukan pemetaan dalam beberapa bulan ke depan, " kata Prof. Murphy, sebagaimana dilansir Daily Telegraph Minggu (3/5/2030.
Komite Utama Perlindungan Kesehatan Australia akan melakukan pertemuan di pekan ini dan akan memberikan rekomendasi ke Kabinet pada hari Jumat.
Pada pekan lalu, beberapa negara bagian di Australia sebenarnya sudah melonggarkan lockdown setelah penambahan kasus menunjukkan pelambatan.
Rata-rata penambahan kasus di Australia per harinya sudah di bawah 1% sejak 12 April lalu. Pantai Bondi dan beberapa pantai lainnya di Sydney mulai dibuka kembali Selasa (28/4/2020) pekan lalu.
Negara Bagian New South Wales, di mana setengah dari total jumlah kasus Covid-19 ada di negara bagian tersebut akan memperbolehkan orang berkunjung ke rumah mulai hari Jumat (1/5/2020), sebagaimana dilansir Channel News Asia.
Pelonggaran tersebut membuat dolar Australia sempat menguat hingga ke atas Rp 10.000/AU$ di awal pekan lalu, sebelum berbalik melemah tajam di hari Kamis akibat rupiah yang kembali perkasa merespon membaiknya sentimen pelaku pasar.
Tetapi kini sentimen pelaku pasar kembali memburuk yang membuat rupiah berbalik tertekan.
Presiden AS, Donald Trump, pada Jumat waktu setempat mengatakan bisa saja mengenakan bea masuk impor akibat cara penanganan virus corona yang dilakukan China sehingga menjadi pandemi global.
Hal ini dikatakan Trump dalam konferensi pers dengan wartawan di Gedung Putih, Kamis (30/4/2020) waktu setempat. "Bisa saja melakukan sesuatu dengan tarif," katanya sebagaimana dikutip dari AFP, Jumat (1/5/2020).
Selain itu, Trump juga menuduh virus corona berasal dari Institut Virologi Wuhan, sebuah laboratorium di China. Bahkan ia mengatakan memiliki kepercayaan sangat tinggi.
"Ya, ya saya lihat [bukti]," katanya. "Saya tidak bisa memberi tahu Anda tentang ini. Saya tidak diizinkan memberi tahu kepada Anda [wartawan] soal ini."
Memburuknya sentimen pelaku pasar terlihat dari rontoknya bursa saham di hari Jumat, dan kemungkinan berpengaruh juga di awal pekan ini. Pasar keuangan Indonesia libur Hari Buruh pada Jumat (1/5/2020) pekan lalu, sehingga baru akan merespon pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada pukul 10:40 WIB, AU$ 1 setara Rp 9.625,98, dolar Australia menguat 1,19% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Melansir Daily Telegraph Minggu (3/5/2020) kemarin, Kepala Petugas Medis Australia, Professor Brendan Murphy, mengatakan lockdown akan dilonggarkan dan meminta warga Australia untuk mengunduh aplikasi coronavirus traccing agar bisa memantau bagaimana pelonggaran akan dilakukan.
Ia menambahkan, setiap tahap akan dievaluasi dalam beberapa minggu, sebelum memutuskan apakah akan melakukan pelonggaran lebih lanjut.
"Virus itu masih ada di masyarakat kita, Covid-19 masih diantara kita, kita... berada dalam posisi yang jauh lebih baik dibandingkan beberapa negara lainnya di dunia, tetapi kita masih tetap harus berhati-hati dalam melakukan pemetaan dalam beberapa bulan ke depan, " kata Prof. Murphy, sebagaimana dilansir Daily Telegraph Minggu (3/5/2030.
Komite Utama Perlindungan Kesehatan Australia akan melakukan pertemuan di pekan ini dan akan memberikan rekomendasi ke Kabinet pada hari Jumat.
Pada pekan lalu, beberapa negara bagian di Australia sebenarnya sudah melonggarkan lockdown setelah penambahan kasus menunjukkan pelambatan.
Rata-rata penambahan kasus di Australia per harinya sudah di bawah 1% sejak 12 April lalu. Pantai Bondi dan beberapa pantai lainnya di Sydney mulai dibuka kembali Selasa (28/4/2020) pekan lalu.
Negara Bagian New South Wales, di mana setengah dari total jumlah kasus Covid-19 ada di negara bagian tersebut akan memperbolehkan orang berkunjung ke rumah mulai hari Jumat (1/5/2020), sebagaimana dilansir Channel News Asia.
Pelonggaran tersebut membuat dolar Australia sempat menguat hingga ke atas Rp 10.000/AU$ di awal pekan lalu, sebelum berbalik melemah tajam di hari Kamis akibat rupiah yang kembali perkasa merespon membaiknya sentimen pelaku pasar.
Tetapi kini sentimen pelaku pasar kembali memburuk yang membuat rupiah berbalik tertekan.
Presiden AS, Donald Trump, pada Jumat waktu setempat mengatakan bisa saja mengenakan bea masuk impor akibat cara penanganan virus corona yang dilakukan China sehingga menjadi pandemi global.
Hal ini dikatakan Trump dalam konferensi pers dengan wartawan di Gedung Putih, Kamis (30/4/2020) waktu setempat. "Bisa saja melakukan sesuatu dengan tarif," katanya sebagaimana dikutip dari AFP, Jumat (1/5/2020).
Selain itu, Trump juga menuduh virus corona berasal dari Institut Virologi Wuhan, sebuah laboratorium di China. Bahkan ia mengatakan memiliki kepercayaan sangat tinggi.
"Ya, ya saya lihat [bukti]," katanya. "Saya tidak bisa memberi tahu Anda tentang ini. Saya tidak diizinkan memberi tahu kepada Anda [wartawan] soal ini."
Memburuknya sentimen pelaku pasar terlihat dari rontoknya bursa saham di hari Jumat, dan kemungkinan berpengaruh juga di awal pekan ini. Pasar keuangan Indonesia libur Hari Buruh pada Jumat (1/5/2020) pekan lalu, sehingga baru akan merespon pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular