
Terungkap! Alasan Warren Buffett Ogah Belanja Saham Saat Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Chairman perusahaan investasi Berkshire Hathaway Inc, sekaligus investor saham kenamaan dan salah orang terkaya di dunia, Warren Buffett, mengungkapkan alasannya kenapa tidak menggelontorkan dana besar untuk belanja saham dan akuisisi, tapi malah menumpuk kas tunai perusahaan semakin gemuk.
Hal itu lantaran selama masa pandemi virus corona (Covid-19) ini, sang investor global yang dijuluki "Oracle of Omaha' atau peramal dari Omaha ini belum menemukan satu target investasi dengan harga yang menarik.
"Kami belum melakukan apa-apa, karena kami tidak melihat ada sesuatu yang menarik untuk dilakukan," kata Buffett, dalam pertemuan tahunan (RUPST) virtual Berkshire Hathaway, di Omaha, Nebraska, AS, Sabtu (2/5/2020).
"Sekarang [keputusan investasi] itu bisa berubah sangat cepat atau mungkin tidak berubah."
Menurut laporan kuartalan audit atau 10-Q (laporan keuangan sesuai dengan aturan Securities and Exchange Commission/SEC), Berkshire memiliki kas yang mencapai rekor yakni US$ 137 miliar atau Rp 2.124 triliun dalam bentuk tunai dan instrumen setara kas pada akhir Maret lalu.
Dalam RUPST ini, sebetulnya pada pemegang saham Berkshire juga menunggu Buffett untuk menggelontorkan sejumlah uang tunai itu untuk belanja saham, terutama setelah coronavirus memicu penurunan besar-besaran harga saham di bursa Wall Street AS (baik Bursa New York Stock Exchange maupun Bursa Nasdaq).
Indeks S&P 500 ambles hingga 35% dari rekor yang sempat ditembus di 19 Februari hingga mencapai level terendah yakni di 23 Maret. Sejak itu, indeks utama pasar saham AS dengan konstituen yang cukup banyak ini mulai rebound (balik arah) perlahan.
Padahal, biasanya Buffett memanfaatkan penurunan harga saham saat terjadi koreksi tajam untuk masuk, mengingat terjadi diskon besar-besaran pada beberapa saham yang punya fundamental baik. Misalnya, saat harga ambles, Buffett melakukan investasi khusus pada saham perusahaan seperti Bank of America dan Goldman Sachs selama krisis keuangan 2008.
Tapi kini Buffett diam seribu bahasa.
"Kami bersedia melakukan sesuatu yang sangat besar [investasi jumbo]. Maksud saya Anda bisa saja datang kepada saya pada Senin pagi membawa kabar target yang akan kami beli, misalnya US$ 30, atau US$ 40 miliar atau $ 50 miliar. Dan jika kita benar-benar menyukai apa yang kita lihat, kita akan melakukannya [investasi]," kata Buffett. Tetapi saat ini, "kami belum melihat sesuatu yang menarik."
Buffett justru sudah menjual seluruh kepemilikan saham di sejumlah maskapai penerbangan AS seiring dengan dampak virus corona (Covid-19) yang menghantam sektor penerbangan global.
Kepemilikan saham Buffett yang dibeli lewat Berkshire sebelumnya di sektor ini mencapai US$ 4 miliar atau setara Rp 62 triliun (asumsi kurs Rp 15.500/US$) pada Desember tahun lalu, termasuk saham di empat maskapai penerbangan yakni United, American, Southwest, dan Delta Airlines.
"Dunia sudah berubah bagi bisnis maskapai penerbangan. Dan saya tidak tahu bagaimana itu terjadi. Saya berharap itu [bisnis maskapai bisa] bisa segera pulih dengan cara yang cukup cepat," katanya.
"Saya pikir ada industri tertentu, dan sayangnya, industri penerbangan, antara lainnya, benar-benar sangat terpukul oleh peristiwa yang jauh di luar kendali kami," tambahnya.
"Jika kita menyukai satu bisnis, kita akan membeli sahamnya sebanyak mungkin dan menyimpannya selama kita bisa," tambahnya. "Dan ketika kita berubah pikiran, kita tidak menjual setengah-setengah," tegas orang terkaya di dunia nomor 4 versi Forbes ini. Kekayaan Buffett ditaksir Forbes mencapai US$ 72 miliar tahun ini, atau Rp 1.116 triliun.
(tas/tas) Next Article Warren Buffett Tahan Diri Belanja Saham Saat Ini, Kenapa?
