
Berat! Rupiah Sepertinya Bakal Gagal Cetak Hat-trick Hari Ini
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 April 2020 12:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah pada perdagangan Jumat (24/4/2020) setelah pada Kamis kemarin melakukan come back yang impresif. Sentimen pelaku pasar yang kembali memburuk membuat rupiah kembali tertekan, dan sepertinya cukup sulit untuk kembali mencetak penguatan.
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung melemah 0,42%, dan semakin membengkak hingga 0,72% di Rp 15.450/US$ pada pukul 12:00 WIB di pasar spot melansir data Refinitiv.
Kamis kemarin, rupiah juga sempat anjlok 0,88%, tetapi di menit-menit akhir perdagangan berhasil membalikkan keadaan hingga membukukan penguatan 0,32% di Rp 15.350/US$.
Semakin terlihat "sakti" mengingat pada pertengahan perdagangan rupiah menjadi mata dengan kinerja terburuk di Asia, tetapi di akhir justru menjadi juara ketiga.
Dengan kinerja kemarin, total sepanjang bulan April rupiah sudah membukukan penguatan 5,83%. Selain itu, rupiah juga sudah membukukan penguatan dua pekan beruntun, jika hari ini mampu kembali menguat maka rupiah akan mencetak hat-trick atau penguatan tiga pekan beruntun.
Bahkan walaupun berakhir melemah, rupiah masih bisa mencetak hat-trick selama pelemahannya tidak lebih dari 0,29% di akhir perdagangan nanti.
Membaiknya sentimen pelaku pasar setelah harga minyak mentah kembali menguat menjadi penopang pergerakan rupiah. Saat sentimen pelaku pasar membaik, rupiah akan menjadi mengerikan bagi dolar AS.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) pada perdagangan kemarin menguat nyaris 20% dan berada di kisaran US$ 16/barel. Minyak WTI di awal pekan ini menghebohkan jagat finansial dimana harganya sempat minus US$ 40/barel.
Kemudian minyak jenis Brent naik 4,7% di level US$ 21,33/barel. Pergerakan harga minyak mentah akan menjadi salah satu perhatian pelaku pasar hari ini, yang akan mempengaruhi sentimen.
Selain itu, efek optimisme yang ditebar Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo masih terasa. Perry saat memaparkan Perkembangan Ekonomi Terkini melalui video conference Rabu (22/4/2020) menebar optimisme di pasar finansial dengan mengatakan puncak kepanikan global akibat pandemi Covid-19 sudah berlalu, puncaknya di pekan kedua Maret.
Perry juga mengatakan dana asing yang masuk ke pasar surat berharga negara (SBN) mencapai Rp 4,37 triliun.
"Kami pantau, data-data yang transaksi harian, dari non residence atas investasi portofolio SBN, saham dari 13-20 April lalu. Dari pemantauan kami terjadi inflow asing dari non residence terhadap SBN. Data kami menunjukkan, 13-20 April inflow Rp 4,37 triliun," ujar Perry, secara virtual, di Jakarta, Rabu (22/04/2020).
Namun hari ini, sentimen pelaku pasar kembali memburuk akibat obat penyakit virus corona yang dilaporkan gagal menyembuhkan pasien positif.
Sedikit mengingat ke belakang, pada Jumat (17/4/2020) pekan lalu, pelaku pasar sempat dibuat ceria setelah adanya kabar Gilead Science Inc, raksasa farmasi di AS, memiliki obat yang efektif melawan virus corona.
CNBC International mengutip media STAT melaporkan rumah sakit di Chicago merawat pasien Covid-19 yang parah dengan obat antivirus remdesivir yang dalam uji coba klinis dan diawasi ketat. Hasilnya, pasien tersebut menunjukkan pemulihan yang cepat dari demam dan gangguan pernapasan.
Tetapi hari ini, pelaku pasar dibuat kecewa setelah Financial Times melaporkan obat dari Gilead tersebut tidak mampu memperbaiki kondisi pasien. Financial Times mengutip sebuah dokumen yang secara tidak sengaja dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), dan merupakan hasil uji klinis di China, sebagaimana dilansir CNBC International.
Merespon berita tersebut, sentimen pelaku pasar kembali memburuk, dan rupiah sekali lagi terpuruk. Tidak hanya rupiah, semua mata uang utama Asia melemah hingga siang ini, itu artinya dolar AS kembali menjadi buruan pelaku pasar, yang tentunya menyulitkan bagi rupiah untuk kembali menguat seperti Kamis kemarin, sehingga peluang untuk mencetak hat-trick atau penguatan tiga pekan beruntun terancam gagal.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung melemah 0,42%, dan semakin membengkak hingga 0,72% di Rp 15.450/US$ pada pukul 12:00 WIB di pasar spot melansir data Refinitiv.
Kamis kemarin, rupiah juga sempat anjlok 0,88%, tetapi di menit-menit akhir perdagangan berhasil membalikkan keadaan hingga membukukan penguatan 0,32% di Rp 15.350/US$.
Dengan kinerja kemarin, total sepanjang bulan April rupiah sudah membukukan penguatan 5,83%. Selain itu, rupiah juga sudah membukukan penguatan dua pekan beruntun, jika hari ini mampu kembali menguat maka rupiah akan mencetak hat-trick atau penguatan tiga pekan beruntun.
Bahkan walaupun berakhir melemah, rupiah masih bisa mencetak hat-trick selama pelemahannya tidak lebih dari 0,29% di akhir perdagangan nanti.
Membaiknya sentimen pelaku pasar setelah harga minyak mentah kembali menguat menjadi penopang pergerakan rupiah. Saat sentimen pelaku pasar membaik, rupiah akan menjadi mengerikan bagi dolar AS.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) pada perdagangan kemarin menguat nyaris 20% dan berada di kisaran US$ 16/barel. Minyak WTI di awal pekan ini menghebohkan jagat finansial dimana harganya sempat minus US$ 40/barel.
Kemudian minyak jenis Brent naik 4,7% di level US$ 21,33/barel. Pergerakan harga minyak mentah akan menjadi salah satu perhatian pelaku pasar hari ini, yang akan mempengaruhi sentimen.
Selain itu, efek optimisme yang ditebar Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo masih terasa. Perry saat memaparkan Perkembangan Ekonomi Terkini melalui video conference Rabu (22/4/2020) menebar optimisme di pasar finansial dengan mengatakan puncak kepanikan global akibat pandemi Covid-19 sudah berlalu, puncaknya di pekan kedua Maret.
Perry juga mengatakan dana asing yang masuk ke pasar surat berharga negara (SBN) mencapai Rp 4,37 triliun.
"Kami pantau, data-data yang transaksi harian, dari non residence atas investasi portofolio SBN, saham dari 13-20 April lalu. Dari pemantauan kami terjadi inflow asing dari non residence terhadap SBN. Data kami menunjukkan, 13-20 April inflow Rp 4,37 triliun," ujar Perry, secara virtual, di Jakarta, Rabu (22/04/2020).
Namun hari ini, sentimen pelaku pasar kembali memburuk akibat obat penyakit virus corona yang dilaporkan gagal menyembuhkan pasien positif.
Sedikit mengingat ke belakang, pada Jumat (17/4/2020) pekan lalu, pelaku pasar sempat dibuat ceria setelah adanya kabar Gilead Science Inc, raksasa farmasi di AS, memiliki obat yang efektif melawan virus corona.
CNBC International mengutip media STAT melaporkan rumah sakit di Chicago merawat pasien Covid-19 yang parah dengan obat antivirus remdesivir yang dalam uji coba klinis dan diawasi ketat. Hasilnya, pasien tersebut menunjukkan pemulihan yang cepat dari demam dan gangguan pernapasan.
Tetapi hari ini, pelaku pasar dibuat kecewa setelah Financial Times melaporkan obat dari Gilead tersebut tidak mampu memperbaiki kondisi pasien. Financial Times mengutip sebuah dokumen yang secara tidak sengaja dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), dan merupakan hasil uji klinis di China, sebagaimana dilansir CNBC International.
Merespon berita tersebut, sentimen pelaku pasar kembali memburuk, dan rupiah sekali lagi terpuruk. Tidak hanya rupiah, semua mata uang utama Asia melemah hingga siang ini, itu artinya dolar AS kembali menjadi buruan pelaku pasar, yang tentunya menyulitkan bagi rupiah untuk kembali menguat seperti Kamis kemarin, sehingga peluang untuk mencetak hat-trick atau penguatan tiga pekan beruntun terancam gagal.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular