Ujian Kesabaran di Awal Puasa: Rupiah Terlemah di Asia...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 April 2020 10:15
rupiah
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)
Apa boleh buat, dolar AS memang sedang 'menggila'. Tidak cuma di Asia, mata uang Negeri Paman Sam sedang perkasa di level global. Pada pukul 09:45 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,12%.

Investor mencemaskan rilis data ekonomi terbaru yang semakin memberi konfirmasi bahwa resesi sepertinya merupakan sebuah keniscayaan. Pada pekan yang berakhir 18 April, Kementerian Ketenagakerjaan AS mencatat jumlah klaim tunjangan pengangguran adalah 4,43 juta. Turun dibandingkan pekan sebelumnya yang mencapai 5,24 juta.

Namun, itu tidak menghapus fakta bahwa sejak pertengahan Maret jumlah klaim tunjangan pengangguran di Negeri Paman Sam sudah mencapai 26,5 juta. Virus corona yang memaksa pemerintah menerapkan pembatasan sosial (social distancing) dan karantina wilayah (lockdown) menyebabkan dunia usaha terpukul sehingga terjadilah tsunami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).


Kemudian pembacaan awal angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur periode April 2020 di sejumlah negara pun jeblok. Di AS, angkanya ada di 36,9. Jauh di bawah pencapaian bulan sebelumnya yaitu 48,5 dan konsensus pasar yang dihimpun Trading Economics yang sebesar 38. Angka 36,9 sekaligus menjadi yang terendah dalam 11 tahun terakhir.

Tidak cuma di AS, PMI manufaktur di Eropa pun jatuh-sejatuhnya. Angka pembacaan awal PMI manufaktur Zona Euro periode April 2020 berada di 33,6. Jauh di bawah pencapaian Maret yaitu 44,5 dan menjadi yang terendah sejak Februari 2009.

Beralih ke Asia, angka pembacaan awal PMI manufaktur Jepang periode April 2020 adalah 43,7. Ini menjadi catatan terendah sejak April 2009.

Bergeser ke selatan yaitu Australia, situasinya tidak lebih baik. Angka pembacaan awal PMI manufaktur Negeri Kanguru periode April 2020 adalah 45,6, terendah sejak PMI mulai dicatat di sana pada Mei 2016.

"Berdasarkan indikator-indikator tersebut, sepertinya kita akan mengalami kontraksi ekonomi yang paling cepat dan dalam selama satu abad terakhir. Atau mungkin beberapa abad," kata Gertjan Vlieghe, Anggota Komite Kebijakan Moneter Bank Sentral Inggris (BoE), seperti dikutip dari Reuters.

Situasi ini membuat investor kembali ogah mengambil risiko. Daripada kenapa-kenapa, lebih baik mengamankan diri dengan memegang uang tunai, dalam hal ini dolar AS yang berstatus sebagai mata uang global.

Permintaan dolar AS meningkat sehingga nilai tukarnya menguat. Keperkasaan dolar AS harus dibayar dengan kelesuan mata uang lainnya, tidak terkecuali rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular