
Internasional
Sempat Babak Belur di Bawah US$ 0/barel, Harga Minyak Rebound
Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
21 April 2020 10:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga patokan minyak di bursa berjangka AS untuk perdagangan Mei rebound alias balik arah di atas US$ 0/barel. Perdagangan hari terakhir untuk kontrak Mei ini, yakni Selasa (21/4/2020) pukul 8.30 WIB, harga minyak dunia berada di posisi US$ 1,10/barel.
Sebelumnya pada penutupan Senin (20/4/2020) kemarin, harga West Texas Intermediate (WTI) yang jadi patokan harga minyak AS ini sempat jatuh ke teritori negatif dan berakhir di -US$ 37,63/barel di Bursa NYMEX.
Deadline perdagangan Mei yang segera berakhir pada 21 April ini, namun tidak dibarengi dengan banyaknya permintaan atas minyak tersebut menjadi penyebab harganya ambles sedalam-dalamnya, terparah dalam sejarah. Pasokan masih melimpah tapi pembelian sangat langka.
Selain karena corona yang memutus rantai pasokan, kondisi ini juga konsekuensi dari perang minyak Arab Saudi dan Rusia yang terjadi pada akhir Maret lalu.
Meski sudah diputuskan akan ada pemangkasan oleh OPEC+ sekitar 10 juta barel per hari (bph) di Mei hingga Juni, keputusan dianggap telat oleh pelaku pasar.
Sementara untuk kontrak Juni, harga minyak WTI justru naik 8,4% atau sekitar US$ 1,72, di mana harganya menjadi US$ 22,15/barel.
Kontrak berjangka adalah kontrak untuk pengiriman fisik komoditas atau efek tertentu yang mendasarinya. Banyak spekulan yang memperjualbelikan kontrak dengan underlying asset berupa minyak mentah untuk meraup keuntungan.
Namun ada juga pihak yang memperjualbelikannya karena menggunakan komoditas tersebut. Beberapa contohnya adalah kilang minyak dan industri maskapai pesawat terbang.
Meski WTI kemarin sempat negatif, patokan internasional lain yakni Brent untuk patokan pasar Asia dan Eropa tetap di area positif. Meski harganya masih di kisaran US$ 26,06/barel.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengaku akan mengambil keuntungan dari penurunan harga minyak yang terjadi .
Ia mengatakan akan membeli 75 juta barel untuk mengisi kembali cadangan strategis nasional negara itu.
"Kami sedang mengisi cadangan minyak bumi nasional kami ... Anda tahu, cadangan strategis. Dan, kami ingin memasukkan sebanyak 75 juta barel ke dalam cadangan kami sendiri," kata Trump pada konferensi pers dikutip AFP.
Trump sendiri memang sudah mengumumkan niat untuk mengisi cadangan minyak strategis (SPR) sampai penuh sejak 13 Maret. Di posisi 17 April, cadangan minyak AS sudah terisi 635 juta barel, dari batas saat ini sebanyak 713,5 juta barel.
Minyak disimpan di area bawah tanah di sepanjang Teluk Texas dan Louisiana, di selatan AS. Kapasitas maksimal SPR adalah 727 juta barel.
AS akan menggunakan cadangan ini dalam keadaan darurat. Seperti yang terjadi saat Perang Irak di tahun 1991 dan Badai Katrina di tahun 2005.
(sef/sef) Next Article Drama Harga Minyak, Bagaimana Nasib RI?
Sebelumnya pada penutupan Senin (20/4/2020) kemarin, harga West Texas Intermediate (WTI) yang jadi patokan harga minyak AS ini sempat jatuh ke teritori negatif dan berakhir di -US$ 37,63/barel di Bursa NYMEX.
Deadline perdagangan Mei yang segera berakhir pada 21 April ini, namun tidak dibarengi dengan banyaknya permintaan atas minyak tersebut menjadi penyebab harganya ambles sedalam-dalamnya, terparah dalam sejarah. Pasokan masih melimpah tapi pembelian sangat langka.
Meski sudah diputuskan akan ada pemangkasan oleh OPEC+ sekitar 10 juta barel per hari (bph) di Mei hingga Juni, keputusan dianggap telat oleh pelaku pasar.
Sementara untuk kontrak Juni, harga minyak WTI justru naik 8,4% atau sekitar US$ 1,72, di mana harganya menjadi US$ 22,15/barel.
Kontrak berjangka adalah kontrak untuk pengiriman fisik komoditas atau efek tertentu yang mendasarinya. Banyak spekulan yang memperjualbelikan kontrak dengan underlying asset berupa minyak mentah untuk meraup keuntungan.
Namun ada juga pihak yang memperjualbelikannya karena menggunakan komoditas tersebut. Beberapa contohnya adalah kilang minyak dan industri maskapai pesawat terbang.
Meski WTI kemarin sempat negatif, patokan internasional lain yakni Brent untuk patokan pasar Asia dan Eropa tetap di area positif. Meski harganya masih di kisaran US$ 26,06/barel.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengaku akan mengambil keuntungan dari penurunan harga minyak yang terjadi .
Ia mengatakan akan membeli 75 juta barel untuk mengisi kembali cadangan strategis nasional negara itu.
"Kami sedang mengisi cadangan minyak bumi nasional kami ... Anda tahu, cadangan strategis. Dan, kami ingin memasukkan sebanyak 75 juta barel ke dalam cadangan kami sendiri," kata Trump pada konferensi pers dikutip AFP.
Trump sendiri memang sudah mengumumkan niat untuk mengisi cadangan minyak strategis (SPR) sampai penuh sejak 13 Maret. Di posisi 17 April, cadangan minyak AS sudah terisi 635 juta barel, dari batas saat ini sebanyak 713,5 juta barel.
Minyak disimpan di area bawah tanah di sepanjang Teluk Texas dan Louisiana, di selatan AS. Kapasitas maksimal SPR adalah 727 juta barel.
AS akan menggunakan cadangan ini dalam keadaan darurat. Seperti yang terjadi saat Perang Irak di tahun 1991 dan Badai Katrina di tahun 2005.
(sef/sef) Next Article Drama Harga Minyak, Bagaimana Nasib RI?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular