Menguat Sebentar Langsung Dibanting, IHSG Labil di Awal Pekan

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
20 April 2020 09:22
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau setelah akhir pekan lalu ditutup dengan reli signifikan.

Pada perdagangan Senin (20/4/2020), IHSG dibuka di level yang sama dengan penutupan pekan lalu di 4.634,82. Sempat dibuka menguat 0,29%, IHSG kemudian berbalik arah terkoreksi 0,59% ke 4.605,65 pada 09.05 WIB.

Labilnya IHSG pagi ini terjadi ketika bursa saham kawasan Benua Kuning bergerak variatif. Pada 08.47 WIB, indeks Shang Hai Composite menguat tipis 0,03% ,Hang Seng terpangkas tipis 0,06%, TOPIX minus 0,58%, KOSPI turun 0,17%, Straits Times naik 0,1% dan KLCI melompat 1,16% .

Pada 08.30 WIB, China memutuskan untuk memangkas suku loan prime rate untuk tenor 1 dan 5 tahun masing-masing sebesar 20 basis poin (bps) dan 10 bps. Kini loan prime rate China untuk tenor 1 tahun berada di 3,65% dan tenor 5 tahun 4,65%.



Pemangkasan suku bunga oleh bank sentral China ini sudah diperhitungkan pasar. Langkah ini diambil oleh People's Bank of China (PBoC) untuk menstimulasi perekonomian Tiongkok yang pada kuartal pertama tahun ini mengalami kontraksi 6,8% (yoy) akibat terjangkit wabah corona (COVID-19). Kontraksi yang terjadi pada Q120 menjadi kontraksi pertama dalam empat dekade terakhir



Dampak wabah COVID-19 terhadap perekonomian tidak bisa dianggap remeh. Untuk itu ke depan investor masih akan terus mencermati perkembangan terbaru dari pandemi ini dari sisi jumlah kasus, perkembangan obat dan vaksin hingga kapan ekonomi akan pulih.

Kini kasus secara global sudah mencapai angka 2,4 juta. Jumlah korban meninggal sebanyak 165 ribu lebih. Walaupun jumlah kasus COVID-19 di tiga negara terbanyak (AS, Spanyol dan Italia) cenderung melambat beberapa hari terakhir.

Namun pertambahan jumlah kasus baru per harinya di tiga negara tersebut melandai dengan lambat tak secepat kenaikannya. Tentu hal ini perlu menjadi sorotan.



Di sisi lain jumlah kasus baru yang dilaporkan di berbagai belahan dunia masih menunjukkan adanya fase peningkatan atau belum mencapai puncak. Di Kawasan Asia Tenggara contohnya, pertambahan jumlah kasus cenderung fluktuatif tetapi pada tren meningkat.



Fase tiap negara dalam menghadapi pandemi COVID-19 pun beda-beda ada yang melaporkan sudah melewati puncak (China) ada yang memasuki periode puncak (AS, Spanyol & Italia) ada yang masih terus naik signifikan (Asia Tenggara).

Walaupun ada laporan yang membuat pasar optimis berasal dari obat Remdesivir produksi Gilead yang efektif melawan corona, bagaimanapun juga pengembangan obat dan vaksin ini masih harus terus diuji secara klini. Dan ini membutuhkan waktu tidak serta merta dapat langsung digunakan.

Terkait ekonomi kapan akan pulih, Terlepas dari isu transparansi data, China mencabut status lockdown di Wuhan dan beberapa kota di Hubei setelah lonjakan kasus yang terjadi per harinya di bawah angka 100.

Rencana AS dan beberapa negara Eropa pekan lalu untuk kembali memulai aktivitas sebenarnya masih menunjukkan adanya risiko. Apalagi dalam panduan yang dirilis Gedung Putih pada Kamis pekan lalu, Pemerintah Pusat AS menyerahkan kepada negara bagian masing-masing untuk mengambil keputusan kapan dan bagaimana mekanismenya.

Pembukaan lockdown masih ada nada nada gambling mengingat adanya kemungkinan wabah gelombang kedua. Jika hal ini terjadi ekonomi akan semakin susah untuk bangkit dan pulih kembali.

Kepala ekonomi IMF kembali mengingatkan bahwa walau ekonomi diramal pulih pada 2021. Namun ini bukanlah pulih dengan arti sebenarnya. Artinya dampak dari krisis kesehatan yang merembet ke perekonomian ini tak bisa dianggap remeh. Setiap kesalahan dalam pengambilan keputusan maupun kebijakan harus dibayar mahal.

Well, dunia memang masih dibayangi dengan ketidakpastian. Tindakan yang paling bijak saat ini memanglah tetap waspada dan tidak terlena.

[Gambas:Video CNBC]





TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Kasus Harian di DKI Menurun, Jabar Ambil Alih Kasus Terbanyak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular