Ada Corona & Minyak, Ini Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
19 April 2020 21:47
A trader works as screens show market data at CMC markets in London, Britain, December 11, 2018. REUTERS/Simon Dawson
Foto: Seorang pedagang bekerja sebagai layar menunjukkan data pasar di pasar CMC di London, Inggris, 11 Desember 2018. REUTERS / Simon Dawson

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara mingguan terkoreksi 0,31% ke level 4.634,82 pada pekan ini, menjadi yang terburuk di antara bursa utama kawasan Asia yang mayoritas menghijau.

Untuk pergerakan sepekan ke depan, investor perlu mencermati sentimen terkait harga minyak mentah dunia dan juga perkembangan penanganan wabah COVID-19 serta aktivasi ulang perekonomian di beberapa negara maju.

Berikut ini beberapa agenda utama yang dihimpun Tim Riset CNBC Indonesia, yang bakal memengaruhi sentimen pelaku pasar sepekan ke depan.

Sentimen pertama masih seputar perkembangan penanganan virus corona (strain baru). Sejauh ini, angka penderita wabah COVID-19 di seluruh dunia telah mencapai angka 2,3 juta dan menewaskan lebih dari 161.000 orang.

CNBC International pada Jumat memberitakan bahwa obat perusahaan farmasi asal AS, Gilead Sciences terbukti efektif mengobati pasien COVID-19. Obat Remdesivir milik emiten tersebut disebutkan efektif membantu pemulihan pasien secara cepat di Chicago.

Namun, kini pasar mulai skeptis dengan perkembangan tersebut, karena uji obat membutuhkan waktu setidaknya satu bulan. Barclays misalnya menyebutkan bahwa obat tidak akan menghentikan wabah, karena yang diperlukan adalah vaksin.

Sentimen kedua datang dari Jepang, yang akan merilis neraca perdagangan Maret pada Senin pukul 05:00 WIB. Nilai perdagangan Negeri Matahari Terbit itu diprediksi mengerdil menjadi hanya 420 miliar yen, dibandingkan dengan periode sebelumnya 1,11 triliun yen.

Konsensus Tradingeconomics menyebutkan ekspor dan impor Jepang bakal melemah, masing-masing sebesar 10,1% dan 9,8%. Pada periode sebelumnya kedua pos tersebut telah terkontraksi masing-masing sebesar 1% dan 14%.

Perhatikan dampak rilis tersebut terhadap saham-saham sektor energi seperti minyak dan gas serta batu bara. Pasalnya, impor Jepang terbesar adalah bahan bakal mineral (dengan porsi 21,6%). Anjloknya impor Negeri Samurai ini sedikit-banyak mencerminkan turunnya permintaan energi di negara dengan perekonomian terbesar kedua di Asa Pasifik tersebut.

 

Perhatian Indikator Resesi di AS

Pada Selasa, perhatikan rilis data penjualan rumah di AS periode Maret. Ini bakal menjadi sentimen ketiga yang perlu diantisipasi karena penjualan rumah mengindikasikan kemampuan masyarakat AS untuk mengajukan pembiayaan jangka panjang.

Polling Revinitif memperkirakan penjualan rumah di AS bakal turun 9%, atau berbalik dari periode sebelumnya yang masih naik 6,5%. Jika benar demikian, maka penurunan tersebut bakal mengonfirmasi satu dari delapan matriks yang menjadi indikator resesi ekonomi AS.

Pada hari yang sama, Departemen Tenaga Kerja AS bakal merilis angka klaim tunjangan pengangguran, yang menjadi indikator lain dari resesi. Bursa Indonesia baru merasakan riak gelombang dari data tersebut pada Rabu, karena data tersebut dirilis pada pukul 19:30 (WIB).

Sentimen keempat muncul pada Rabu, di mana perhatian investor bakal beralih ke harga minyak mentah dunia karena Energy International Agency (EIA) bakal merilis data minyak mentah mingguan di AS.

Pekan lalu, beredar kabar bahwa pasokan minyak Arab Saudi ke AS dikabarkan membanjir hingga dua kali lipat dalam sebulan terakhir. Situs TankerTrackers melaporkan bahwa pengiriman minyak Saudi ke AS pada Maret mencapai 829.540 barel per hari (bph), melonjak dari posisi Februari sebesar 366.000 bph.

Pada April, angka tersebut meningkat menjadi 1,46 juta bph dalam dua pekan pertama April. Akibatnya, banjir pasokan minyak masih terjadi di Negara Adidaya tersebut dan membuat harga minyak acuan AS melemah. Sejauh ini belum ada komentar resmi dari Negeri Padang Pasir tersebut.

Sentimen kelima masih akan terkait dengan harga energi utama dunia, tetapi dari ranah politik. Harap perhatikan faktor ketegangan di selat Hormuz menyusul ancaman Iran yang akan meningkatkan patrol militer di selat mereka tersebut.

Pada Rabu, dunia dihebohkan dengan kabar manuver 11 kapal cepat militer Iran yang memotong laju kapal perang Amerika Serikat (AS). AS mengklaim sedang berada di perairan internasional, tetapi Iran menolak klaim ini karena Teluk Persia terpisah menjadi dua Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE), yakni sebagian wilayah Iran dan sebagian lain wilayah Oman.

"Kami menyarankan Amerika untuk mengikuti aturan internasional dan protokol maritim di Teluk Persia dan Teluk Oman dan menahan diri dari berbagai aksi petualangan dan penyebaran berita bohong dan palsu," demikian keterangan resmi Angkatan Laut Iran sebagaimana dikutip CNCB International.

Jika ketegangan terus meningkat, maka harga minyak mentah dunia bakal terbantu naik setelah sepanjang tahun ini tertekan hingga 70% untuk minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) dan 25% untuk minyak jenis Brent.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Ini Lima Sentimen Penting yang Dipantau Pasar Pekan Depan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular