
Kinerja 2019 Babak Belur, Ada Apa Antam & PT Timah?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
17 April 2020 16:42

Hal serupa juga dialami oleh emiten BUMN sektor pertambangan yang lain yakni PT Timah Tbk (TINS).
Penjualan perseroan mampu tumbuh 75,1% (yoy). Kenaikan penjualan yang signifikan ditopang oleh pendapatan dari penjualan logam timah yang mencapai 81,8% (yoy) di tahun lalu. Penjualan logam timah menyumbang 92% dari total pendapatan TINS.
Di sisi lain TINS membukukan kenaikan ongkos yang dikeluarkan untuk bahan baku bijih timah (+89% yoy) dan jasa pihak ketiga (+527% yoy). Kedua pos ini menyumbang 90% dari total HPP perseroan, Akibatnya HPP perusahaan naik signifikan (+82,8% yoy). Kenaikannya melebihi kenaikan penjualan TINS.
Laba kotor pun tergerus signifikan. Margin laba kotor yang dicatatkan perusahaan pada 2018 sebesar 9,7% . Pada 2019 marginnya turun menjadi 5,8% saja.
TINS juga membukukan kenaikan beban umum & administrasi serta beban penjualan masing-masing sebesar +27,7% (yoy) dan +36,4% (yoy). Kenaikan yang signifikan ini memicu laba usaha perseroan minus Rp 80 miliar.
Dengan peningkatan beban bunga dan kerugian selisih kurs, maka laba bersih dari TINS tergerus signifikan.
TINS harus membukukan kerugian di tahun 2019. Kerugian yang tercatat mencapai Rp 610 miliar. Nilai kerugian ini adalah kerugian yang dapat diatribusikan untuk entitas induk. Padahal tahun 2018 TINS sempat mencatatkan laba mencapai Rp 130 miliar.
Kedua emiten pertambangan pelat merah ini memang mencatatkan kenaikan penjualan yang signifikan. Namun kenaikan pos beban biaya produksi, penjualan dan pemasaran hingga beban bunga membuat keduanya tekor.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Penjualan perseroan mampu tumbuh 75,1% (yoy). Kenaikan penjualan yang signifikan ditopang oleh pendapatan dari penjualan logam timah yang mencapai 81,8% (yoy) di tahun lalu. Penjualan logam timah menyumbang 92% dari total pendapatan TINS.
Laba kotor pun tergerus signifikan. Margin laba kotor yang dicatatkan perusahaan pada 2018 sebesar 9,7% . Pada 2019 marginnya turun menjadi 5,8% saja.
TINS juga membukukan kenaikan beban umum & administrasi serta beban penjualan masing-masing sebesar +27,7% (yoy) dan +36,4% (yoy). Kenaikan yang signifikan ini memicu laba usaha perseroan minus Rp 80 miliar.
Dengan peningkatan beban bunga dan kerugian selisih kurs, maka laba bersih dari TINS tergerus signifikan.
TINS harus membukukan kerugian di tahun 2019. Kerugian yang tercatat mencapai Rp 610 miliar. Nilai kerugian ini adalah kerugian yang dapat diatribusikan untuk entitas induk. Padahal tahun 2018 TINS sempat mencatatkan laba mencapai Rp 130 miliar.
Kedua emiten pertambangan pelat merah ini memang mencatatkan kenaikan penjualan yang signifikan. Namun kenaikan pos beban biaya produksi, penjualan dan pemasaran hingga beban bunga membuat keduanya tekor.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Pages
Most Popular