Jelang Bulan Puasa, Saham Konsumer Bisa 'Kebal' Corona?

Haryanto, CNBC Indonesia
16 April 2020 14:23
Buka Puasa di Berbagai Negara (Muslims wait to have their Iftar (breaking fast) meals inside a mosque during the holy fasting month of Ramadan in Mumbai, India, May 10, 2019. REUTERS/Francis Mascarenhas)
Foto: Buka Puasa di Berbagai Negara (Muslims wait to have their Iftar (breaking fast) meals inside a mosque during the holy fasting month of Ramadan in Mumbai, India, May 10, 2019. REUTERS/Francis Mascarenhas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja saham sektor barang konsumsi (consumer goods) biasanya mendapatkan berkah menjelang bulan puasa dan lebaran. Terutama ketika menjelang lebaran karena konsumen mendapat tambahan pendapatan dari Tunjangan Hari Raya (THR).

Hal tersebut mendorong kinerja saham-saham sektor barang konsumsi untuk meningkat. Ketika penjualan naik pada akhirnya berdampak pada kinerja keuangan emiten-emiten sektor barang konsumsi, termasuk yang berada pada sub sektor makanan dan minuman hingga sub sektor kosmetik dan keperluan rumah tangga.

Di antara saham-saham unggulan LQ45 yang sudah merasakan keuntungan menjelang bulan puasa selama sebulan ini yaitu saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang naik 1,92% mejadi Rp 6.625/saham, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) menguat 2,31% pada Rp 9.975/saham. Sementara untuk saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) menguat 0,41% menjadi Rp 6.150/saham pada catatan pukul 14:00 WIB.

Sementara itu, pada periode yang sama di tahun lalu, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) turun 7,57% pada Rp 9.100/saham, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) menguat 4,29% pada Rp 9.725/saham. Sementara untuk saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) naik 9,02% pada Rp 6.950/saham.

Kendati demikian, penguatan pada saham sektor barang konsumsi pada tahun ini diperkirakan akan tetap berfluktuasi karena faktor dari pandemi virus corona yang semakin meluas ke berbagai lini ekonomi bisa menggerus kenaikan.

Pandemi virus corona pertama kali muncul pada akhir 2019 tepatnya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Virus ini telah menyebar ke seluruh penjuru dunia dengan lebih dari 180 negara terinfeksi pandemi virus corona.

Meluasnya penyebaran pandemi corona telah menghantam perkonomian di seluruh dunia termasuk Indonesia, hingga kemungkinan resesi. Dana Moneter Internasional (IMF) dalam proyeksi outlook ekonomi global yang bertajuk 'The Great Lockdown' menyatakan bahwa ekonomi global bakal mengalami kontraksi tajam hingga minus 3% di tahun ini, jauh lebih buruk sejak krisis keuangan yang terjadi di 2008-09.

"Virus corona dan upaya negara-negara untuk mengendalikannya telah menempatkan ekonomi global pada jalur resesi terburuk sejak Depresi Hebat (Great Depression) dan dapat menelan kerugian kumulatif US$ 9 triliun dalam kegiatan ekonomi selama tahun 2020 dan 2021, lebih besar dari ukuran ekonomi Jepang dan Jerman jika digabungkan," Gita Gopinath, Penasihat Ekonomi IMF.

Lalu jika dibandingkan dari ketiga saham unggulan tersebut terhadap kinerja di tahun lalu menjelang bulan puasa jelas berbeda. Tahun lalu pandemi virus corona tidak ada sehingga konsusi relatif stabil dan baik.

Namun, kali ini dengan adanya pandemi virus corona yang kemungkinan besar menyebabkan resesi global, bisa jadi ketiga saham unggulan tersebut bakal mengalami koreksi hingga akhir April 2020. Sebab daya beli konsumen berkurang di tengah pembatasan aktivitas, PHK di sejumlah perusahaan, atau absennya THR.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular