Ancaman Resesi Picu Rupiah Melemah, tapi Masih Cukup Okelah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 April 2020 12:53
rupiah
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (16/4/2020) akibat kurang bagusnya sentimen pelaku pasar setelah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memprediksi resesi global yang dalam akibat penyakit virus corona (COVID-19).

Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung masuk ke zona merah, melemah 0,39% di Rp 15.610/US$. Depresiasi rupiah membengkak hingga 0,9% di Rp 15.690/US$, tetapi berhasil dipangkas ke Rp 15.655/US$ atau melemah 0,68% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Kemarin, rupiah mengakhiri perdagangan di level Rp 15.550/US$, menguat 0,38%, sekaligus membukukan penguatan 4 hari beruntun. Dengan penguatan tersebut, rupiah kembali menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia. Bahkan salah satu terbaik di dunia jika dilihat sejak pekan lalu total rupiah sudah menguat 5,18%.

Sehingga pelemahan rupiah hingga siang ini bisa dimaklumi sebagai koreksi harga yang "sehat". Apalagi semua mata uang utama Asia melemah melawan dolar AS pada hari ini, dan rupiah bukan yang terburuk. Ringgit Malaysia menjadi yang terburuk hingga siang ini dengan pelemahan 0,74%.

IMF dalam laporan terbaru yang diberi judul The Great Lockdown, memperkirakan ekonomi global akan mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif (-3%) pada tahun ini. Anjlok 6,3 poin persentase dibandingkan proyeksi yang dibuat pada Januari.

Lembaga yang berkantor pusat di Washington tersebut juga menyatakan krisis yang terjadi kali ini jauh lebih parah dibandingkan dengan krisis finansial global tahun 2008.



"Ini adalah krisis yang tidak sama dengan krisis lainnya. Sekarang begitu banyak ketidakpastian tentang bagaimana hidup dan kehidupan manusia. Kita bergantung kepada epidemologi dari sang virus, efektivitas upaya pencegahan penularan, pengembangan vaksin, yang semuanya tidak mudah untuk diprediksi," sebut Gita Gopinath, Penasihat Ekonomi IMF.

Kontraksi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini diprediksi sangat dalam, yang cukup membuat sentimen pelaku pasar kembali menjadi kurang bagus, akibatnya dolar AS yang menyandang status safe haven kembali berjaya.

Indonesia juga tidak lepas dari "hantu" resesi, meski IMF memprediksi ekonomi Indonesia masih tumbuh 0,5% di tahun ini.

Kemungkinan terjadinya resesi tersebut diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

"Kalau kondisi berat panjang, kemungkinan akan terjadi resesi di mana dua kuartal berturut-turut PDB [produk domestik bruto] bisa negatif," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers usai sidang kabinet paripurna, Rabu (15/4/2020).

Sebelumnya Sri Mulyani juga memberikan 2 skenario dampak COVID-19 ke perekonomian, yakni berat dan sangat berat. Dalam skenario berat, PDB diprediksi tumbuh 2,3%, sementara skenario sangat pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa minus 0,4%.

"KSSK (Komite Stabilitas Sektor Keuangan) memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini turun jadi 2,3% dan lebih buruk bisa negatif 0,4%. Sehingga kondisi ini menyebabkan penurunan kegiatan ekonomi dan berpotensi menekan lembaga keuangan karena kredit tidak bisa dibayarkan dan perusahaan alami kesulitan dari revenue," tutur Sri Mulyani yang juga Ketua KSSK, Rabu (1/4/2020).


TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]





(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular