
Terima Kasih BI! Rupiah Perkasa Lagi, Sentuh Rp 15.500/US$
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 April 2020 12:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (14/4/2020), melanjutkan kinerja impresif sejak pekan lalu.
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah menguat tipis 0,06% ke Rp 15.600/US$. Penguatan tersebut semakin "tebal" hingga 0,7% ke Rp 15.500US$.
Namun, penguatan tersebut kembali terpangkas, dan rupiah berada di level Rp 15.550/US$, menguat 0,38% pada pukul 12:00 WIB.
Pada perdagangan kemarin, rupiah menguat 0,06%, meski tipis tapi cukup memperpanjang kinerja impresif sejak pekan lalu. Dalam 6 hari perdagangan (libur hari Jumat Agung satu kali), rupiah menguat lima kali dan hanya sekali melemah. Total persentase penguatan selama periode tersebut sebesar 4,82%, dan menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terbaik di dunia.
Bank Indonesia (BI) yang kembali memberikan stimulus moneter membuat rupiah kembali perkasa. Setelah memangkas suku bunga sebanyak 2 kali secara beruntun masing-masing 25 basis poin (bps), Gubernur BI, Perry Warjiyo, melalui video conference Selasa sore kemarin mengumumkan suku bunga (7 Day Reverse Repo rate) tetap sebesar 4,5%, lending facility menjadi 5,25% dan deposit facility 3,75%.
Keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas eksternal di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang saat ini masih relatif tinggi, meskipun BI tetap melihat adanya ruang penurunan suku bunga dengan rendahnya tekanan inflasi dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Tetapi Perry menegaskan untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional dari dampak COVID-19, Bank Indonesia akan meningkatkan pelonggaran moneter melalui instrumen kuantitas (quantitative easing).
"Untuk dukung upaya pemulihan ekonomi nasional, BI melakukan pelonggaran moneter," kata Perry, Selasa (14/4/2020).
"BI menurunkan GWM rupiah sebesar 200 bps untuk bank umum konvensional dan 50 bps untuk bank umum syariah. Berlaku 1 Mei 2020," imbuh Perry.
Perry mengatakan, dengan penurunan GWM tersebut maka akan tersedia likuiditas tambahan hingga Rp 102 triliun.
Selain itu BI juga melakukan ekspansi operasi moneter melalui penyediaan term-repo kepada bank-bank dan korporasi dengan transaksi underlying SUN/SBSN dengan tenor sampai dengan 1 (satu) tahun.
BI juga tidak memberlakukan kewajiban tambahan Giro untuk pemenuhan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) baik terhadap Bank Umum Konvensional maupun Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah untuk periode 1 (satu) tahun, mulai berlaku 1 Mei 2020.
Kebijakan BI tersebut membuat pelaku pasar semakin yakin perekonomian Indonesia bisa segara bangkit setelah penyebaran pernyakit virus corona (COVID-19) bisa dihentikan.
Secara global, penyebaran pandemi COVID-19 terus menunjukkan pelambatan, meski di beberapa wilayah termasuk Indonesia masih dalam tren naik.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) penambahan jumlah kasus secara penambahan jumlah kasus COVID-19 sudah satu digit persentase sejak 30 Maret lalu. Terbaru, pada 14 April terjadi penambahan kasus 4,05% sehingga total menjadi 1,84 juta kasus. Persentase penambahan tersebut merupakan yang terendah sejak 10 Maret.
Eropa yang menjadi episentrum penyebaran sebelum AS bahkan sudah mulai melonggarkan kebijakan lockdown-nya setelah penyebaran COVID-19 terus melambat.
CNBC International melaporkan Italia dan Spanyol, mulai mencabut beberapa larangan pembatasan aktivitas warganya setelah jumlah kasus baru serta korban meninggal akibat COVID-19 terus menurun.
Spanyol sudah mengijinkan beberapa aktivitas konstruksi bekerja kembali, begitu juga dengan pabrik-pabrik sudah mulai beroperasi sejak hari Senin. Sementara itu Italia mulai mengijinkan beberapa usaha untuk kembali beraktivitas hari ini.
Tidak hanya itu, negara dengan nilai perekonomian terbesar di Benua Biru, Jerman, juga mempertimbangkan langkah-langkah secara bertahap menuju aktivitas normal.
Pelambatan penyebaran COVID-19 dan mulai dilonggarkannya lockdown di Eropa memunculkan harapan pandemi COVID-19 akan segara berakhir, sentimen pelaku pasar membaik, dan rupiah pun diuntungkan
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah menguat tipis 0,06% ke Rp 15.600/US$. Penguatan tersebut semakin "tebal" hingga 0,7% ke Rp 15.500US$.
Namun, penguatan tersebut kembali terpangkas, dan rupiah berada di level Rp 15.550/US$, menguat 0,38% pada pukul 12:00 WIB.
Bank Indonesia (BI) yang kembali memberikan stimulus moneter membuat rupiah kembali perkasa. Setelah memangkas suku bunga sebanyak 2 kali secara beruntun masing-masing 25 basis poin (bps), Gubernur BI, Perry Warjiyo, melalui video conference Selasa sore kemarin mengumumkan suku bunga (7 Day Reverse Repo rate) tetap sebesar 4,5%, lending facility menjadi 5,25% dan deposit facility 3,75%.
Keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas eksternal di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang saat ini masih relatif tinggi, meskipun BI tetap melihat adanya ruang penurunan suku bunga dengan rendahnya tekanan inflasi dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Tetapi Perry menegaskan untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional dari dampak COVID-19, Bank Indonesia akan meningkatkan pelonggaran moneter melalui instrumen kuantitas (quantitative easing).
"Untuk dukung upaya pemulihan ekonomi nasional, BI melakukan pelonggaran moneter," kata Perry, Selasa (14/4/2020).
"BI menurunkan GWM rupiah sebesar 200 bps untuk bank umum konvensional dan 50 bps untuk bank umum syariah. Berlaku 1 Mei 2020," imbuh Perry.
Perry mengatakan, dengan penurunan GWM tersebut maka akan tersedia likuiditas tambahan hingga Rp 102 triliun.
Selain itu BI juga melakukan ekspansi operasi moneter melalui penyediaan term-repo kepada bank-bank dan korporasi dengan transaksi underlying SUN/SBSN dengan tenor sampai dengan 1 (satu) tahun.
BI juga tidak memberlakukan kewajiban tambahan Giro untuk pemenuhan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) baik terhadap Bank Umum Konvensional maupun Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah untuk periode 1 (satu) tahun, mulai berlaku 1 Mei 2020.
Kebijakan BI tersebut membuat pelaku pasar semakin yakin perekonomian Indonesia bisa segara bangkit setelah penyebaran pernyakit virus corona (COVID-19) bisa dihentikan.
Secara global, penyebaran pandemi COVID-19 terus menunjukkan pelambatan, meski di beberapa wilayah termasuk Indonesia masih dalam tren naik.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) penambahan jumlah kasus secara penambahan jumlah kasus COVID-19 sudah satu digit persentase sejak 30 Maret lalu. Terbaru, pada 14 April terjadi penambahan kasus 4,05% sehingga total menjadi 1,84 juta kasus. Persentase penambahan tersebut merupakan yang terendah sejak 10 Maret.
Eropa yang menjadi episentrum penyebaran sebelum AS bahkan sudah mulai melonggarkan kebijakan lockdown-nya setelah penyebaran COVID-19 terus melambat.
CNBC International melaporkan Italia dan Spanyol, mulai mencabut beberapa larangan pembatasan aktivitas warganya setelah jumlah kasus baru serta korban meninggal akibat COVID-19 terus menurun.
Spanyol sudah mengijinkan beberapa aktivitas konstruksi bekerja kembali, begitu juga dengan pabrik-pabrik sudah mulai beroperasi sejak hari Senin. Sementara itu Italia mulai mengijinkan beberapa usaha untuk kembali beraktivitas hari ini.
Tidak hanya itu, negara dengan nilai perekonomian terbesar di Benua Biru, Jerman, juga mempertimbangkan langkah-langkah secara bertahap menuju aktivitas normal.
Pelambatan penyebaran COVID-19 dan mulai dilonggarkannya lockdown di Eropa memunculkan harapan pandemi COVID-19 akan segara berakhir, sentimen pelaku pasar membaik, dan rupiah pun diuntungkan
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular