
Ada Wabah Covid-19, Begini Arah Nasib Industri Ritel RI
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
14 April 2020 17:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2019 beberapa emiten ritel dalam negeri mencatatkan kinerja keuangan yang memuaskan, sementara ada juga yang kinerjanya kurang baik. Tahun ini, ancaman pandemi corona membuat gambaran sektor ritel menjadi suram.
Beberapa emiten ritel seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Erajaya Swsembada Tbk (ERAA), PT Hero Supermarket Tbk (HERO), dan PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) sudah merilis laporan keuangan tahunannya.
Mengacu pada laporan keuangan auditan perusahaan, AMRT dan LPPF masing-masing mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 9,2% dan 0,4% year on year (yoy). Sementara dua emiten yang lain yakni ERAA & HERO justru membukukan penurunan pendapatan masing-masing sebesar 5,2% dan 5,4% (yoy).
Kenaikan pendapatan emiten ritel AMRT dan LPPF juga dibarengi dengan kenaikan beban pokok penjualan (HPP) perusahaan. Pada tahun 2019 HPP AMRT naik 9% (yoy) sementara untuk LPPF naik 6,5% (yoy).
Kenaikan HPP yang lebih tinggi dari peningkatan pendapatan LPPF membuat laba kotornya tergerus. LPPF membukukan penurunan laba kotor sebesar 3,3% (yoy).
Bersama dengan LPPF, emiten ERAA & HERO juga membukukan penurunan laba kotor masing-masing sebesar 10,4% (yoy) dan 4,1% (yoy). Walau mengalami kenaikan HPP, AMRT masih mampu membukukan kenaikan laba kotor sebesar 9,9% (yoy).
Tiga emiten ritel dalam negeri mencatatkan kenaikan beban penjualan. Beban penjualan AMRT bertambah 9,1% (yoy), LPPF naik 7,7% (yoy), sementara ongkos penjualan ERAA naik paling signifikan yakni sebesar 24,5% (yoy).
Kenaikan pos beban biaya yang signifikan menyebabkan laba ERAA tergerus. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, ERAA membukukan laba yang dapat diatribusikan untuk entitas induk sebesar Rp 295 miliar dari sebelumnya Rp 850 miliar.
Dengan keberhasilan HERO untuk menekan beban biaya, emiten ritel ini berhasil mencetak laba sebesar Rp 70 miliar. Pada 2018 HERO harus menderita kerugian sebesar Rp 1,25 triliun.
Emiten LPPF juga masih mampu mencatatkan laba sebesar Rp 1,366 trilun dari sebelumnya Rp 1,09 triliun pada tahun lalu. Sementara AMRT mampu mencetak laba sebesar Rp 1,11 triliun pada 2019 dari tahun 2018 sebesar Rp 650 miliar.
Berikut ini adalah gambaran dari kinerja keuangan emiten ritel Tanah Air di sepanjang tahun 2019
Beberapa emiten ritel seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Erajaya Swsembada Tbk (ERAA), PT Hero Supermarket Tbk (HERO), dan PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) sudah merilis laporan keuangan tahunannya.
Mengacu pada laporan keuangan auditan perusahaan, AMRT dan LPPF masing-masing mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 9,2% dan 0,4% year on year (yoy). Sementara dua emiten yang lain yakni ERAA & HERO justru membukukan penurunan pendapatan masing-masing sebesar 5,2% dan 5,4% (yoy).
Kenaikan pendapatan emiten ritel AMRT dan LPPF juga dibarengi dengan kenaikan beban pokok penjualan (HPP) perusahaan. Pada tahun 2019 HPP AMRT naik 9% (yoy) sementara untuk LPPF naik 6,5% (yoy).
Kenaikan HPP yang lebih tinggi dari peningkatan pendapatan LPPF membuat laba kotornya tergerus. LPPF membukukan penurunan laba kotor sebesar 3,3% (yoy).
Bersama dengan LPPF, emiten ERAA & HERO juga membukukan penurunan laba kotor masing-masing sebesar 10,4% (yoy) dan 4,1% (yoy). Walau mengalami kenaikan HPP, AMRT masih mampu membukukan kenaikan laba kotor sebesar 9,9% (yoy).
Tiga emiten ritel dalam negeri mencatatkan kenaikan beban penjualan. Beban penjualan AMRT bertambah 9,1% (yoy), LPPF naik 7,7% (yoy), sementara ongkos penjualan ERAA naik paling signifikan yakni sebesar 24,5% (yoy).
Kenaikan pos beban biaya yang signifikan menyebabkan laba ERAA tergerus. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, ERAA membukukan laba yang dapat diatribusikan untuk entitas induk sebesar Rp 295 miliar dari sebelumnya Rp 850 miliar.
Dengan keberhasilan HERO untuk menekan beban biaya, emiten ritel ini berhasil mencetak laba sebesar Rp 70 miliar. Pada 2018 HERO harus menderita kerugian sebesar Rp 1,25 triliun.
Emiten LPPF juga masih mampu mencatatkan laba sebesar Rp 1,366 trilun dari sebelumnya Rp 1,09 triliun pada tahun lalu. Sementara AMRT mampu mencetak laba sebesar Rp 1,11 triliun pada 2019 dari tahun 2018 sebesar Rp 650 miliar.
Berikut ini adalah gambaran dari kinerja keuangan emiten ritel Tanah Air di sepanjang tahun 2019
Pages
Most Popular