Sudah Menguat Kebangetan, Rupiah Kini Terlemah di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 April 2020 09:14
penukaran uang, rupiah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/A Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Well, penguatan rupiah memang sudah kebangetan sehingga akan datang saatnya investor akan melakukan ambil untung (profit taking).

Pada Selasa (14/4/2020), US$ 1 dihargai Rp 15.650 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,19% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Seiring perjalanan, rupiah semakin lemah. Pada pukul 09:06 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 15.665 di mana rupiah melemah 0,29%.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 1,14% di hadapan dolar AS. Rupiah pun menjadi mata uang terbaik di Asia.

Sejauh ini, April sepertinya menjadi milik mata uang Ibu Pertiwi. Sejak awal bulan hingga 13 April, rupiah menguat tajam 4,17% di hadapan greenback.


Namun, penguatan yang begitu tajam ini mengandung 'kutukan'. Akan datang saatnya investor merasa keuntungan yang didapat dari rupiah sudah cukup besar. Godaan untuk mencairkan cuan begitu besar, dan ketika ini terjadi rupiah akan terpapar aksi jual sehingga depresiasi tidak bisa dihindari.

Tidak hanya rupiah, ternyata mata uang Asia lainnya juga tidak berdaya di hadapan greenback. Namun depresiasi 0,29% sudah cukup untuk membuat rupiah jadi yang terlemah di Asia.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 09:10 WIB:



Baca: Sekuat-kuatnya Rupiah, Pasti Akan Melemah Juga...

Sepertinya investor khawatir dengan pandemi virus corona, terutama di negara asalnya yaitu China. Pada 12 dan 13 April, pasien positif corona di Negeri Tirai Bambu bertambah masing-masing 0,14%. Ini adalah laju tercepat sejak 28 Maret.

Kasus corona relatif stabil dan terjaga di China. Namun karena statusnya sebagai ground zero penyebaran virus corona, setiap kenaikan akan mendapat persepsi bahwa China bakal memasuki penyebaran fase II.



Baca: Kasus Corona di China Naik Lagi, Pasar Saham Gimana Hari Ini?

Kini, China malah mewaspadai penularan dari luar negeri (imported case). Pemerintah China memperketat penjagaan di perbatasan dengan negara lain, seperti Rusia.

"Imported case masih sangat berisiko tinggi pada minggu April. Perbatasan kami begitu panjang, dan banyak wilayah yang bergunung-gunung, jalan tikus, penyeberangan kapal, situasinya sangat kompleks," kata Liu Haitao, seorang petugas imigrasi China, seperti diberitakan Reuters.

Apa yang terjadi di China membuat investor (dan seluruh dunia) cemas. Jangan-jangan kasus corona di AS dan Eropa yang kini mulai mereda hanya sebuah jeda waktu untuk menyambut penyebaran gelombang berikutnya...

Kekhawatiran itu yang membuat pelaku pasar masih berpikir dua kali untuk masuk ke aset-aset berisiko di negara berkembang. Akibatnya, pasar keuangan Asia masih diwarnai volatilitas yang tinggi.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular