Rupiah Terbaik Asia (Lagi), Tapi Jangan Dipuji Berlebihan!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 April 2020 16:32
Tantangan Masih Berat, Jangan Beri Pujian Berlebihan
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jika secara global penyebaran COVID-19 melambat, di China justru terjadi peningkatan kasus yang memicu kecemasan akan "serangan" COVID-19 gelombang kedua.

China, yang sebelumnya sudah berhasil meredam penyebaran COVID-19 kini kembali mengalami kenaikan kasus dua kali lipat. Komisi Kesehatan China (NHC) melaporkan pada 11 April terjadi penambahan sebanyak 99 kasus COVID-19. Angka tersebut bertambah lebih dari dua kali lipat hari sebelumnya, dimana kasus baru yang dilaporkan sebanyak 46 kasus.

Dari total kasus baru kemarin, sebanyak 97 di antaranya merupakan kasus "impor" atau orang-orang yang baru datang ke China dari luar negeri. Sementara 2 lainnya merupakan transmisi lokal.

Kemudian, Minggu kemarin NHC melaporkan jumlah kasus baru sebanyak 108, dengan 98 kasus merupakan kasus impor dan 10 orang transmisi lokal.



Berkaca dari Singapura, serangan virus corona gelombang kedua yang terjadi akibat kasus impor dan mengakibatkan penambahan kasus yang sangat signifikan.

Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan 233 kasus baru dalam sehari Minggu kemarin. 167 diantaranya dikatakan tidak pernah kontak dengan pasien lainnya. Penambahan kasus harian tertinggi sebanyak 287 kasus yang dilaporkan pada pekan lalu.

Singapura merupakan salah satu negara yang terpapar COVID-19 sejak awal kemunculannya, bahkan sempat menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China. Tetapi, Singapura mampu meredam penyebarannya, hingga pertengahan Maret total jumlah kasus sekitar 200-an orang.


Tetapi setelahnya, Negeri Merlion menghadapi serangan virus corona gelombang kedua. Sebabnya, warga negara Singapura yang tinggal di Eropa maupun Amerika Serikat (AS) mudik setelah Eropa kemudian AS menjadi episentrum penyebaran COVID-19.

Dampaknya, Singapura mengalami lonjakan kasus, hingga hari ini jumlah kasus tercatat sebanyak 2.532 kasus, naik 1.000% lebih dibandingkan pertengahan Maret lalu.

Di Indonesia sendiri, kasus COVID-19 masih dalam tren naik, mengingat kasus pertama baru terjadi awal Maret. Hingga Minggu kemarin tercatat kasus positif sebanyak 4.241 orang, dengan 373 orang meninggal dunia, dan 359 dinyatakan sembuh.

Penyebaran kasus di China, Singapura hingga Indonesia jika terus menunjukkan kenaikan signifikan tentunya akan kembali memperburuk sentimen pelaku pasar, dan aliran modal keluar (capital outflow) bisa kembali terjadi.

Pergerakan rupiah memang sangat rentan oleh keluar masuknya aliran modal (hot money) sebagai sumber devisa. Sebabnya, pos pendapatan devisa lain yakni transaksi berjalan (current account), belum bisa diandalkan.

Sejak tahun 2011 transaksi berjalan RI sudah mengalami defisit (current account deficit/CAD). Praktis pasokan valas hanya dari hot money, yang mudah masuk-keluar. Ketika terjadi capital outflow yang besar maka tekanan bagi rupiah akan semakin kuat.


TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular