
Corona di ASEAN Bikin Cemas, Investor Tekan Tombol Panik?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 April 2020 09:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia bergerak melemah pada perdagangan pagi ini. Pelaku pasar masih belum yakin bahwa penyebaran virus corona (Coronavirus Desease-2019/Covid-19) di Asia sudah mulai melambat seperti di Eropa.
Pada Senin (13/4/2020) pukul 08:58 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Asia:
Secara global, pandemi virus corona terus menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 11 April adalah 1.610.909 orang. Naik 5,89% dibandingkan sehari sebelumnya.
Akan tetapi, kenaikan 5,89% adalah yang terendah sejak 8 April. Juga lebih rendah dibandingkan rata-rata kenaikan harian selama 20 Januari-11 April yang sebesar 12,11%.
Namun di Asia, terutama Asia, Tenggara, situasinya masih agak mengkhawatirkan. Pada 12 April, kasus corona baru di Asia Tenggara (termasuk Indonesia) berjumlah 16.041. Naik 13,28% dibandingkan sehari sebelumnya.
Sejak 18 Maret hingga 12 April, rata-rata pertumbuhan kasus corona di Asia Tenggara adalah 14,6% per hari. Setiap harinya masih sering kasus naik dalam kisaran dua digit.
Situasi berbeda terjadi di Eropa, di mana perlambatan kasus baru terus terjadi. Di Spanyol, Perdana Menteri Pedro Sanchez mengatakan bahwa virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini mulai terkendali.
"Api mulai bisa dikendalikan. Laju pertumbuhan kasus baru terus menurun," kata Sanchez dalam rapat parlemen, seperti diberitakan Reuters.
Sejak 3 Maret hingga 9 April, laju pertumbuhan kasus corona di Negeri Matador adalah 35,3% per hari. Namun dalam 10 hari terakhir, pertumbuhannya stabil di kisaran satu digit.
Â
Demikian pula dengan di Jerman. Robert Koch Institute mencatat jumlah kasus corona di Negeri Panser pada 12 April adalah 120.479. Naik 2,4%.
Meski masih naik, tetapi lajunya adalah yang paling lambat sejak setidaknya 2 Maret. Juga sudah jauh di bawah rata-rata pertumbuhan harian selama 2 Maret-12 April yang 18,75%.
"Saya bisa bilang bahwa angka terakhir memberikan harapan, meski kita harus selalu waspada. Kurva kasus semakin mendatar, dan angka pasien baru semakin menurun. Kita boleh berbahagia untuk itu," kata Angela Merkel, Kanselir Jerman, seperti diwartakan Reuters.
Angka yang kontras di Eropa dan Asia tentu jadi salah satu pertimbangan investor. pandemi virus corona yang masih mengkhawatirkan di Asia, terutama Asia Tenggara, membuat pelaku pasar berpikir dua kali untuk masuk. Akibatnya, bursa saham Asia bergerak ke selatan.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Jelang Rilis Data Inflasi AS, Bursa Eropa Tetap Tegar
Pada Senin (13/4/2020) pukul 08:58 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Asia:
Akan tetapi, kenaikan 5,89% adalah yang terendah sejak 8 April. Juga lebih rendah dibandingkan rata-rata kenaikan harian selama 20 Januari-11 April yang sebesar 12,11%.
Namun di Asia, terutama Asia, Tenggara, situasinya masih agak mengkhawatirkan. Pada 12 April, kasus corona baru di Asia Tenggara (termasuk Indonesia) berjumlah 16.041. Naik 13,28% dibandingkan sehari sebelumnya.
Sejak 18 Maret hingga 12 April, rata-rata pertumbuhan kasus corona di Asia Tenggara adalah 14,6% per hari. Setiap harinya masih sering kasus naik dalam kisaran dua digit.
Situasi berbeda terjadi di Eropa, di mana perlambatan kasus baru terus terjadi. Di Spanyol, Perdana Menteri Pedro Sanchez mengatakan bahwa virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini mulai terkendali.
"Api mulai bisa dikendalikan. Laju pertumbuhan kasus baru terus menurun," kata Sanchez dalam rapat parlemen, seperti diberitakan Reuters.
Sejak 3 Maret hingga 9 April, laju pertumbuhan kasus corona di Negeri Matador adalah 35,3% per hari. Namun dalam 10 hari terakhir, pertumbuhannya stabil di kisaran satu digit.
Â
Demikian pula dengan di Jerman. Robert Koch Institute mencatat jumlah kasus corona di Negeri Panser pada 12 April adalah 120.479. Naik 2,4%.
Meski masih naik, tetapi lajunya adalah yang paling lambat sejak setidaknya 2 Maret. Juga sudah jauh di bawah rata-rata pertumbuhan harian selama 2 Maret-12 April yang 18,75%.
"Saya bisa bilang bahwa angka terakhir memberikan harapan, meski kita harus selalu waspada. Kurva kasus semakin mendatar, dan angka pasien baru semakin menurun. Kita boleh berbahagia untuk itu," kata Angela Merkel, Kanselir Jerman, seperti diwartakan Reuters.
Angka yang kontras di Eropa dan Asia tentu jadi salah satu pertimbangan investor. pandemi virus corona yang masih mengkhawatirkan di Asia, terutama Asia Tenggara, membuat pelaku pasar berpikir dua kali untuk masuk. Akibatnya, bursa saham Asia bergerak ke selatan.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Jelang Rilis Data Inflasi AS, Bursa Eropa Tetap Tegar
Most Popular