
Rupiah Makin Perkasa, Kini Dekati Rp 15.800/US$
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 April 2020 14:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terus menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (9/4/2020), kini mendekati ke bawah Rp 15.900/US$. Tidak hanya itu, rupiah juga "berlari" sendirian dibandingkan mata uang utama Asia lainnya.
Pada pukul 14:24 WIB, US$ 1 setara Rp 15.850/US$, rupiah menguat 1,86% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Mata Uang Garuda kini berada di level terkuat sejak 19 Maret.
Mata uang utama Asia bergerak bervariasi pada hari ini, beberapa yang menguat masih di bawah 0,2%, sementara rupiah berlari kencang nyaris 2%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 14:24 WIB
Tanda-tanda rupiah akan menguat sebenarnya sudah terlihat sejak pagi tadi. Di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) di luar negeri. Kurs rupiah di NDF terus menunjukkan penguatan, artinya investor asing melihat ke depannya rupiah akan kembali menguat.
Sentimen positif sebenarnya sudah muncul sejak awal pekan, dimana penyebaran pandemi virus corona mulai menunjukkan pelambatan di Eropa dan AS.
Secara global, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan dalam kurun waktu 20 Januari-6 April rata-rata pertumbuhan jumlah kasus corona adalah 12.52% per hari. Sejak 24 Maret, pertumbuhan jumlah kasus baru sudah di bawah itu yakni 9,67%. Bahkan beberapa hari terakhir pertumbuhan kasus baru per harinya sudah satu digit persentase.
Hal ini memunculkan harapan pandemi COVID-19 akan segera berakhir, dan perekonomian bisa segera bangkit. Sentimen pelaku pasar pun membaik dan masuk ke aset-aset berisiko.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) yang menyepakati kerja sama repurchase agreement (repo) line dengan bank sentral AS (The Fed) juga memberikan efek positif ke rupiah. Bank Sentral AS nantinya akan menyiapkan stok dolar hingga US$ 60 miliar jika BI membutuhkan.
"Ini bentuknya repo line. Kerja sama dengan bank sentral termasuk BI dengan The Fed. Repo line ini adalah suatu kerja sama untuk kalau BI membutuhkan likuiditas dolar bisa digunakan," kata Perry di Channel Youtube BI, Selasa (7/4/2020).
Perry mengklaim keberhasilan kerja sama ini memberikan keyakinan kepada investor asing.
Selain itu, rupiah yang dikatakan nilainya masih di bawah nilai fundamentalnya (undervalue) menjadi salah satu pemicu penguatan tajam rupiah.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, sebelumnya juga berulang kali menyatakan nilai tukar rupiah undervalue.
"Bahwa kami memandang rupiah yang sekarang undervalue, memadai karena memang risiko global lagi tinggi dan ke depannya akan cenderung stabil bahkan menguat karena akan ada portfolio inflow yang lebih besar," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, Kamis (2/4/2020).
Perry menyebutkan, pihaknya akan terus menstabilkan nilai tukar rupiah melalui triple intervention baik secara spot, DNDF, dan pembelian SBN dari pasar sekunder. Dengan demikian ia meyakini nilai tukar rupiah akan bergerak stabil dan menguat ke level Rp 15. 000 per US$ di akhir tahun.
"Dengan langkah bersama kami yakin nilai tukar rupiah tidak hanya stabil tapi bahkan menguat di Rp 15.000 di akhir tahun ini," kata dia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada pukul 14:24 WIB, US$ 1 setara Rp 15.850/US$, rupiah menguat 1,86% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Mata Uang Garuda kini berada di level terkuat sejak 19 Maret.
Mata uang utama Asia bergerak bervariasi pada hari ini, beberapa yang menguat masih di bawah 0,2%, sementara rupiah berlari kencang nyaris 2%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 14:24 WIB
Mata Uang | Kurs Terakhir | Perubahan |
USD/CNY | 7,0641 | 0,03% |
USD/HKD | 7,7530 | 0,02% |
USD/IDR | 15.850 | -1,86% |
USD/INR | 76,415 | 0,64% |
USD/JPY | 108,92 | 0,10% |
USD/KRW | 1.217,33 | 0,13% |
USD/MYR | 4,3370 | -0,18% |
USD/PHP | 50,45 | -0,18% |
USD/SGD | 1,4236 | -0,11% |
USD/THB | 32,78 | 0,18% |
USD/TWD | 30,06 | -0,14% |
Tanda-tanda rupiah akan menguat sebenarnya sudah terlihat sejak pagi tadi. Di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) di luar negeri. Kurs rupiah di NDF terus menunjukkan penguatan, artinya investor asing melihat ke depannya rupiah akan kembali menguat.
Sentimen positif sebenarnya sudah muncul sejak awal pekan, dimana penyebaran pandemi virus corona mulai menunjukkan pelambatan di Eropa dan AS.
Secara global, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan dalam kurun waktu 20 Januari-6 April rata-rata pertumbuhan jumlah kasus corona adalah 12.52% per hari. Sejak 24 Maret, pertumbuhan jumlah kasus baru sudah di bawah itu yakni 9,67%. Bahkan beberapa hari terakhir pertumbuhan kasus baru per harinya sudah satu digit persentase.
Hal ini memunculkan harapan pandemi COVID-19 akan segera berakhir, dan perekonomian bisa segera bangkit. Sentimen pelaku pasar pun membaik dan masuk ke aset-aset berisiko.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) yang menyepakati kerja sama repurchase agreement (repo) line dengan bank sentral AS (The Fed) juga memberikan efek positif ke rupiah. Bank Sentral AS nantinya akan menyiapkan stok dolar hingga US$ 60 miliar jika BI membutuhkan.
"Ini bentuknya repo line. Kerja sama dengan bank sentral termasuk BI dengan The Fed. Repo line ini adalah suatu kerja sama untuk kalau BI membutuhkan likuiditas dolar bisa digunakan," kata Perry di Channel Youtube BI, Selasa (7/4/2020).
Perry mengklaim keberhasilan kerja sama ini memberikan keyakinan kepada investor asing.
Selain itu, rupiah yang dikatakan nilainya masih di bawah nilai fundamentalnya (undervalue) menjadi salah satu pemicu penguatan tajam rupiah.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, sebelumnya juga berulang kali menyatakan nilai tukar rupiah undervalue.
"Bahwa kami memandang rupiah yang sekarang undervalue, memadai karena memang risiko global lagi tinggi dan ke depannya akan cenderung stabil bahkan menguat karena akan ada portfolio inflow yang lebih besar," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, Kamis (2/4/2020).
Perry menyebutkan, pihaknya akan terus menstabilkan nilai tukar rupiah melalui triple intervention baik secara spot, DNDF, dan pembelian SBN dari pasar sekunder. Dengan demikian ia meyakini nilai tukar rupiah akan bergerak stabil dan menguat ke level Rp 15. 000 per US$ di akhir tahun.
"Dengan langkah bersama kami yakin nilai tukar rupiah tidak hanya stabil tapi bahkan menguat di Rp 15.000 di akhir tahun ini," kata dia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular