
Analisis Teknikal
Pola Shooting Star Muncul Lagi, Rupiah Siap Menguat Kembali
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 April 2020 08:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis pada perdagangan Rabu (8/4/2020) kemarin, sekaligus mengakhiri penguatan 3 hari beruntun.
Mata uang Garuda sempat melemah lebih dari 1%, tetapi posisinya membaik di akhir perdagangan dengan hanya melemah 0,16% di Rp 16150/US$. Dibandingkan mata uang utama Asia lainnya, pelemahan rupiah menjadi salah satu yang paling kecil.
Sentimen pelaku pasar yang masih belum stabil akibat pandemi virus corona (COVID-19) membuat rupiah belum mampu melanjutkan rally.
Sebelum Rabu kemarin, rupiah sebenarnya sudah menguat dalam tiga hari beruntun, dengan total 2,09%.
Penguatan paling besar terjadi Selasa, sebesar 1,56%, berkat membaiknya sentimen pelaku pasar setelah penyebaran virus corona (COVID-19) mulai melambat. Tetapi ketidakpastian kapan pandemi ini akan berakhir membuat sentimen pelaku pasar memburuk. Semakin lama pandemi ini berlangsung, pertumbuhan ekonomi akan semakin merosot hingga resesi yang semakin dalam.
Ketidakpastian adalah musuh utama para pelaku pasar yang membuat mereka menahan diri untuk berinvestasi di aset-aset berisiko dengan imbal hasil tinggi.
Meski demikian, kabar baiknya volatilitas rupiah sudah menurun drastis dibandingkan beberapa pekan lalu bisa menjadi hal positif.
Jika dilihat secara teknikal, rupiah masih mampu bertahan di bawah level kunci Rp 16.200/US$ pada perdagangan Rabu kemarin, sehingga peluang penguatan hari ini masih terbuka cukup besar.
Indikator Stochastic mulai turun dari wilayah jenuh beli (overbought). Posisi overbought (di atas 80) dalam waktu lama untuk perdagangan dolar AS vs Rupiah (USD/IDR) artinya dolar AS menguat terlalu tinggi.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah jenuh beli, maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang turun, yang artinya dolar AS melemah dan rupiah menguat.
Kemudian pola candle stick yang dibentuk di hari Senin juga mendukung penguatan Mata Uang Garuda.
Rupiah kemarin sempat melemah hingga 0,91%, kemudian berbalik menguat 0,12%. Jika dilihat pada grafik, badan (candle stick) kecil di bagian bawah, sementara ekornya panjang ke atas. Pola tersebut disebut shooting star, dan kerap dijadikan sinyal pembalikan arah atau USD/IDR akan bergerak turun, dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.
Pola ini sebelumnya juga sudah muncul 20 Maret lalu, tetapi sayangnya pandemi COVID-19 terus mempengaruhi sentimen pelaku pasar yang membuat rupiah sulit menguat.
Faktor fundamental memang akan lebih mempengaruhi pergerakan rupiah selama pandemi COVID-19 belum bisa dihentikan.
Pola yang sama juga muncul 2 April lalu, dan yang terbaru Rabu kemarin, sehingga total sudah ada 4 pola shooting star yang muncul dalam satu bulan terakhir. Secara psikologis, pola shooting star menunjukkan aksi jual dolar berusaha mendominasi pasar.
Selama tertahan di bawah level kunci Rp 16.200/US$, peluang penguatan rupiah masih sama menuju Rp 16.000 - 15.900/US$.
Sementara jika kembali ke atas Rp 16.200/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 16.320 hingga Rp 16.400/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Mata uang Garuda sempat melemah lebih dari 1%, tetapi posisinya membaik di akhir perdagangan dengan hanya melemah 0,16% di Rp 16150/US$. Dibandingkan mata uang utama Asia lainnya, pelemahan rupiah menjadi salah satu yang paling kecil.
Sentimen pelaku pasar yang masih belum stabil akibat pandemi virus corona (COVID-19) membuat rupiah belum mampu melanjutkan rally.
Sebelum Rabu kemarin, rupiah sebenarnya sudah menguat dalam tiga hari beruntun, dengan total 2,09%.
Ketidakpastian adalah musuh utama para pelaku pasar yang membuat mereka menahan diri untuk berinvestasi di aset-aset berisiko dengan imbal hasil tinggi.
Meski demikian, kabar baiknya volatilitas rupiah sudah menurun drastis dibandingkan beberapa pekan lalu bisa menjadi hal positif.
Jika dilihat secara teknikal, rupiah masih mampu bertahan di bawah level kunci Rp 16.200/US$ pada perdagangan Rabu kemarin, sehingga peluang penguatan hari ini masih terbuka cukup besar.
Indikator Stochastic mulai turun dari wilayah jenuh beli (overbought). Posisi overbought (di atas 80) dalam waktu lama untuk perdagangan dolar AS vs Rupiah (USD/IDR) artinya dolar AS menguat terlalu tinggi.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah jenuh beli, maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang turun, yang artinya dolar AS melemah dan rupiah menguat.
Kemudian pola candle stick yang dibentuk di hari Senin juga mendukung penguatan Mata Uang Garuda.
![]() Sumber: Refinitiv |
Rupiah kemarin sempat melemah hingga 0,91%, kemudian berbalik menguat 0,12%. Jika dilihat pada grafik, badan (candle stick) kecil di bagian bawah, sementara ekornya panjang ke atas. Pola tersebut disebut shooting star, dan kerap dijadikan sinyal pembalikan arah atau USD/IDR akan bergerak turun, dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.
Pola ini sebelumnya juga sudah muncul 20 Maret lalu, tetapi sayangnya pandemi COVID-19 terus mempengaruhi sentimen pelaku pasar yang membuat rupiah sulit menguat.
Faktor fundamental memang akan lebih mempengaruhi pergerakan rupiah selama pandemi COVID-19 belum bisa dihentikan.
Pola yang sama juga muncul 2 April lalu, dan yang terbaru Rabu kemarin, sehingga total sudah ada 4 pola shooting star yang muncul dalam satu bulan terakhir. Secara psikologis, pola shooting star menunjukkan aksi jual dolar berusaha mendominasi pasar.
Selama tertahan di bawah level kunci Rp 16.200/US$, peluang penguatan rupiah masih sama menuju Rp 16.000 - 15.900/US$.
Sementara jika kembali ke atas Rp 16.200/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 16.320 hingga Rp 16.400/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular