Dolar Rp 16.170, Rupiah Peringkat 3 dari Bawah di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 April 2020 09:16
Dolar Rp 16.170, Rupiah Peringkat 3 dari Bawah di Asia
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Pelaku pasar menyambut baik pandemi virus corona yang kian hari kian mereda, tetapi kewaspadaan masih sangat tinggi.

Pada Kamis (9/4/2020), US$ 1 dihargai Rp 16.155 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Seiring perjalanan pasar, rupiah semakin lemah. Pada pukul 09:06 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 16.170 di mana rupiah melemah 0,12%.

Dini hari tadi, sebenarnya muncul pertanda bahwa risk appetite pelaku pasar bakal meninggi. Bursa saham New York di Jl Tembok (Wall Street, bukan Jl Tambak di Jakarta) menguat tajam di mana indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 3,44%. S&P 500 melejit 3,41%, dan Nasdaq Composite terdongkrak 2,58%.

Namun optimisme di Wall Street tidak sampai ke Asia. Mayoritas mata uang utama Asia malah melemah di hadapan dolar AS.

Namun rupiah menjadi salah satu mata uang terlemah di Asia. Depresiasi 0,12% membuat rupiah berada di posisi ketiga terbawah di 'klasemen' mata uang utama Asia. Rupiah hanya lebih baik dari rupee India dan yen Jepang.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 09:10 WIB:





Penyebaran virus corona alias Coronavirus Desease-2019 (Covid-19) terus melambat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien corona di seluruh dunia adalah 1.353.361 per 8 April 2020, naik 5,75% dibandingkan sehari sebelumnya.

Meski masih ada kenaikan, tetapi laju tambahan pasien baru terus melambat. Dalam 10 hari terakhir, pertumbuhan pasien baru sudah stabil di kisaran satu digit.

 

"Fokus utama di benak investor hanyalah kapan puncak dari pandemi ini terjadi? Jika puncak itu sudah terlewati, maka aktivitas ekonomi perlahan bisa dimulai kembali," kata Eric Freedman, Chief Investment Officer di US Bank Wealth Management, seperti dikutip dari Reuters.

Ya, dengan puncak penyebaran corona yang sepertinya sudah dilalui (dengan harapan tidak ada gelombang kedua dan seterusnya), maka aktivitas ekonomi akan pulih secara bertahap. China sudah memberi contoh bagaimana aktivitas ekonomi kembali semarak selepas puncak pandemi dilalui.


Sampai kuartal II-2020 ekonomi memang masih akan berat, tetapi ada harapan pemulihan akan terjadi mulai paruh kedua. Walau secara keseluruhan 2020 sepertinya ekonomi dunia masih terkontraksi (tumbuh negatif).

Dalam riset terbarunya, Citi memperkirakan ekonomi dunia akan terkontraksi -2,3%. Padahal pada Maret, Citi masih meramal ada pertumbuhan 1,3%.

Citi

"Masih ada alasan untuk waspada karena ke depan akan semakin banyak rilis data yang menggambarkan betapa dalamnya dampak dari virus ini. Kalau terjadi penguatan, maka itu lebih karena aksi short-covering ketimbang risk taking dalam jangka panjang," tegas riset JPMorgan Chase, sebagaimana diberitakan Reuters.



TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular